Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mau Pelihara Ikan Tapi Malas Menguras Kolam? Ini Solusi Praktis Agar Berbulan-Bulan Tidak Usah Menguras Kolam

15 Oktober 2016   10:03 Diperbarui: 18 Oktober 2016   14:07 7773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Skema Penyusunan Kaca Pada “Perangkap Kotoran Air Kolam” (bikinan sendiri)

Bagamana caranya? Ini dia... Disimak ya..?

--------

Pertama, kita bikin “Perangkap Kotoran Air Kolam” yang terbuat dari kaca (sebetulnya boleh dari bahan apapun sih, asal yang tahan air...) dengan susunan kaca lebih kurang sebagai berikut (lihat gambar 1 di atas): 

Keterangan Gambar 1:

  • Kaca-4 dan Kaca-6 dipasang “menggantung”, ujung bawahnya berjarak sekitar 2 cm dari Kaca-7. Ini menciptakanlubang untuk tempat mengalirnya air dari kolam ikan ke “kolom-A”, dan dari ”kolom-B” ke “kolom-C”.
  • Kaca-5 dipasang rapat ke Kaca-7, tetapi karena panjangnya dikurangi, misalnya dikurangi 6-8 cm, Kaca-5 ini tidak sampai mencapai ujung atas, sehingga dengan mudah air dari ”kolom-A” mengalir ke “kolom-B” melaluinya.
  • Wait a minute! Ukurannya berapa ya? Yah, karena Om-G mah bukan pakar, maka ukurannya juga cuma dikira-kira doang... Pakai logika saja deh ya, misalnya panjang dan lebar “kolom-C” tentunya harus sedikit lebih besar daripada diameter (ukuran) pompa submersible yang kita pakai. Misalnya pada yang Om-G pakai mah ukuran “kolom-C” ini sekitar 20 cm. Lebar “kolom-B” juga dibuat sama dengan lebar “kolom-C”. Nah tapi lebar “kolom-A” mah kecil saja, misalnya 2-3 cm. Lalu berapa tingginya? Nah untuk ini pun tidak da ukuran yang pasti. Patokannya adalah bahwa ujung atas dari alat “Perangkap Kotoran Air Kolam” ini harus lebih tinggi dari permukaan air kolam pada saat dia paling tinggi. Ah mudah-mudahan dengan penjelasan ini menjadi agak lebih jelas ya...
  • Apakah ukuran kolam berpengaruh terhadap ukuran alat “Perangkap Kotoran Air Kolam”? Agaknya sih tidak berpengaruh secara langsung, dalam arti tidak berpengaruh secara linier... Tapi makin besar kolamnya, berarti volume air yang harus dibersihkan juga makin banyak, artinya kapasitas isap pompanya harus lebih besar, artinya watt pompanya lebih besar, dan biasanya ukuran pompanya juga akan lebih besar, artinya panjang dan lebar “kolom-C” juga lebih besar.
  • Kalau sudah selesai, ya mesti ditunggu kering dulu lem kaca-nya.
  • Ribet? Ndak usah dibikin ribet. Bawa saja gambarnya ke tukang akuarium, lalu minta tolong dibikinin. Bilang saja bahwa kacanya tidak usah yang tebal, 3 mm juga sudah cukup... Harganya setahun yang lalu, di Bandung, sekitar 75 ribu rupiah.
  • Setelah itu, “Perangkap Kotoran Air Kolam” ini kita bawa ke dekat kolam ikan kita, lalu “dipasang” deh, dengan terlebih dahulu menyiapkan “bak” untuk tempatalat tadi dipasang [Lihat Gambar.2 Skema Pemasangan  “Perangkap Kotoran Air Kolam”]. Catatan: bak ini (garis biru pada gambar) tentu saja tidak boleh bocor), ukurannya (sedikit) lebih besar dari ukuran alat “Perangkap Kotoran Air Kolam”. Sebetulnya bahkan boleh juga alat tadi “dicemplungin” langsung di kolam, dengan syarat bahwa ketinggian dinding atas alat tersebut selalu harus lebih tinggi dari tinggi permukaan air kolam. Kalau tidak, ya akan percuma dong disaring...

skema-penyusunan-kaca-pada-perangkap-kotoran-air-kolam-580199e1e2afbdfb41b93d11.jpg
skema-penyusunan-kaca-pada-perangkap-kotoran-air-kolam-580199e1e2afbdfb41b93d11.jpg
Gambar 2. Skema Pemasangan “Perangkap Kotoran Air Kolam”
  • Beres? Ok, sekarang di bagian bawah “kolom-B” diberi batu-batu bulat sebesar telur ayam, sampai ketinggian kurang lebih 10 cm dari dasar (Kaca-7).
  • Di “kolom-B”, di atas batu-batu bulat tadi kita pasang “penyaring kotoran air” beberapa lapis (4 atau 5 lapis juga cukup). [Om-G tidak tahu namanya, penampakannya seperti dari bahan plastik berpori setebal sekitar 1-2 cm berwarna putih. Tanyakan saja ke tukang akuarium, mesti mereka tahu karena biasanya mereka memang menjualnya]. Harganya juga murah kok... Tips: beli saja yang berukuran agak besar, nanti kita gunting sendiri sesuai kebutuhan.
  • Di “kolom-C” kita pasang pompa submersible (pompa yang ditenggelamkan seluruhnya di bawah permukaan air, katanya ini lebih bagus, karena temperatur pompa akan selalu rendah walaupun pompa dinyalakan terus 24 jam sehari).
  • Pompa-nya yang berapa watt? Untuk ukuran kolam seperti di pekarangan Om-G mah tidak usah yang tinggi tinggi watt nya. Karena sudah “kepalang punya”, Om-G memakai pompa yang 60 watt, tapi agaknya yang 30 watt juga  sudah cukup deh... Akan lebih baik kalau kita punya pompa cadangan, sehingga kalau suatu ketika pompanya bermasalah, bisa kita ganti dalam 5 menit, bukan berjam-jam atau berhari-hari (karena kita betulin dulu, atau kita ke toko dulu untuk beli), yang bisa bikin ikan-ikan di kolam kita megap-megap dan kemudian meninggal gara-gara pompanya nggak jalan...

            Di saluran ke luar pompa, kita pasang pipa yang mengarahkan air untuk kembali masuk ke kolam, terserah mau lewat air mancur dulu atau langsung...

Sudah? Artinya memang semuanya sudah beres. Tinggal nyalakan pompanya, masukkan ikannya ke kolam, lalu kita bisa nikmati pemandangan ikan-ikan yang berenang kian kemari dengan riang gembira dan sejahtera. Oh ya  ada yang lupa, jangan lupa, kalau bisa setiap hari penyaring kotoran air (yang dari bahan plastik yang porous/berpori, yang ada di “kolom-B” tadi) agar diangkat lalu dimasukkan ke dalam ember berisi air bersih, dikucek-kucek sebentar, lalu dibalikin lagi deh ke “kolom-B” di atas batu-batu yng sebesar telur ayam tea... Wah capé, dong, Om-G..? Ya pasti nggak lah... ngerjainnya paling-paling juga cuma 1-2 menitan doang...

--------

Kalau boleh, Om-G ingin menambahkan beberapa catatan kecil, yang berasal dari kesalahan-kesalahan yang Om-G lakukan dulu, dan dari ngobrol-ngobrol dengan tukang ikan hias kenalan Om-G:

  • Kalau kolam ikannya baru saja selesai dibuat, ditunggu kering dulu ya...
  • Setelah 2-3 hari, isi kolam dengan air, lihat apakah ada yang bocor. Kalau ya, ya ditambal dong... Coba lagi diisi dengan air, sampai tidak ada kebocoran lagi.
  • Setelah itu, kosongkan kolam sampai benar-benar kosong, lalu kolam diisi dengan air sumur (atau kalau terpaksa memakai air ledeng, katanya harus dibiarkan dulu beberapa hari, baru deh dimasukkan ke kolam ikan kita).
  • Di sepanjang pinggir kolam agar dipasangi penghalang untuk mencegah si meong ngapa-ngapain ikan di kolam ikan kita. Gampang-gampangan,Om-G sih memakai ram kawat setinggi kira-kira 30 cm. Ternyata efektif juga tuh...
  • Ikan yang kita masukkan ke kolam hendaknya ikan yang langsung berasal dari kolam pemeliharaannya (lalu diangkut dalam plastik berisi air + oksigen, agar ikan tetap hidup dan tidak mabok), bukan yang dibeli dari pasar (karena yang ini mah, katanya, kemungkinan besar sudah berjam-jam berada dalam pengangkutan dan ditambah berjam-jam lagi di pasarnya).
  • Di awal-awal, lebih baik kita pilih ikan berukuran kecil-kecil saja dulu deh ya... Dulu Om-G dengan bersemangat memasukkan beberapa ikan mas berukuran 2 kg, eh dua hari kemudian pada meninggal tuh, ikannya... (mungkin juga karena belum memakai sistem yang kita bahas di atas).  Diisi lagi dengan yang 1 kg-an, eh meninggal lagi. Lalu diisi dengan yang 0,5 kg-an, sami mawon... Akhirnya nyerah deh, lalu diisi dengan ikan seukuran 2-3 jari. Eh pada selamet, sampai sekarang... (dan sekarang agaknya mah berat mereka sudah lumayan juga, masing-masing sudah sekitar 0,5 kg-an...).
  • Ngasih makannya dengan apa? Ah nggak usah ribet-ribet deh... Om-G mah suka pakai “pelet” yang bisa dibeli di pasar, yaitu di tukang jualan makanan ayam, burung dan ikan. Harganya di Bandung sekitar 7 ribu per kg. Ini rasanya cukup untuk sebulan. Cara memberi makannya tinggal ditabur di kolam.
  • Dosis ngasih makannya segimana? Ah Om-G mah nggak punya takaran pasti, apalagi ‘kan ikannya juga makin lama makin besar; artinya nyamnyam-nya juga akan makin banyak. Tapi terlalu banyak juga bisa bikin ikan-ikan kita mabok lho, karena makanan yang tersisa akan membusuk...Patokannya begini saja deh: kalau 5-10 menit setelah pelet ditabur di kolam, lalu tidak habis, itu artinya peletnya kebanyakan. Untuk berikutnya, dikurangi ya...
  • Berapa kali sehari? Ya suka-suka deh, bagaimana sempatnya saja. Om-G sih biasanya ngasi makan ikannya 2x sehari, pagi dan sore.
  • Tips penting: jangan tergoda untuk nyemplunginmakanan sisa breakfast, lunchatau dinner kita ke kolam ya? Ikan-ikan kita bisa mabok tuh... Ya jangan dibandingkan dengan kolam ikan benerandong, itu mah airnya juga ‘kan bisa ratusan m3, jadi dicemplungin makanan yang berminyak dan bisa busuk juga nggak ngaruh... Tandanya begini deh: kalau di permukaan air kolam ada banyak busa, ini tandanya sebentar kemudian ikan-ikannya bakal megap-megap di permukaan air. Lalu kalau keadaan ini tidak segera diperbaiki, kemungkinan besar mah sebentar lagi juga ikan-ikannya bakalan mabok...

Sekian dulu dari Om-G ya, mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya, terutama bagi yang mempunyai masalah yang sama seperti Om-G dulu...

Bonne journée à tous.

Salam,

Om-G.[Kompasiana.com/Om-G].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun