Lha iya, di pusat perbelanjaan ‘kan pasti adem. Di sekeliling Masjidil Haram memang banyak pusat perbelanjaan seperti ini, tempat kita bisa belanja oleh-oleh sambil ngadem (jangan terlalu banyak ya belanjanya, nanti berat lho membawanya... Ingat bahwa tujuan kita ke situ ‘kan untuk beribadah, bukan untuk berbelanja!).
4. Dan, last but not least, ngadem dengan Penyemprot Air (“Water Sprayer”).
[karena bagaimanapun, sekali-sekali kita pasti harus jalan siang-siang di luar ‘kan? Nah dalam kondisi seperti itu lah alat ini diperlukan]. Alatnya sih sangat sederhana. Water sprayer atawa penyemprot air itu adalah alat yang sering bisa kita lihat di barber shop a.k.a tukang cukur, atau juga di tempat pemeliharaan anggrek. Harganya murah, sekitar 7 ribuan Rupiah (mungkin sekarang sekitar 10 ribuan atau belasan ribu Rupiah, ‘kan yang tadi mah harga 6 tahun yang lalu...).
Ukurannya juga kecil, dan karena terbuat dari plastik, juga ringan. Dan justru Om-G mah menganjurkan penyemprot air yang berukuran kecil, yang kalau diisi air, paling-paling juga airnya hanya 250-300 ml. Kenapa Om-G anjurkan yang berukuran kecil? Ya sederhana sekali, agar tidak berat pada saat dipakai, sehingga tidak bikin tangan kita pegal pada waktu menggunakannya berkali-kali.
Pada saat-saat tertentu memang mungkin saja kita memerlukan penyemprot air yang airnya lebih banyak, jadi tidak cukup hanya 300 ml. Jadi bagaimana atuh? Mudah saja dongs: pakai saja botol air seukuran 600 ml atau 1 liter. Yang tidak bikin pegal tangan kita, karena botol air ini ‘kan bisa kita bawa di tas ransel kita, dan hanya sekali-sekali saja kita angkat yaitu pada saat kita menuangkan air yang ada di dalam botol untuk mengisi water sprayer.
Kapan sih kita memerlukan alat ini? Yang pasti mah ketika cuaca panas dan kita belum sampai di Masjidil Haram, dan tidak sedang belanja (atau cuma ngadem!) di pertokoan. Contohnya adalah kalau kita bonek berjalan menuju ke Masjidil Haram siang-siang.
Lha kalau begitu, kalau kita pake ONH Plus, yang jarak hotelnya hanya “sepelemparan batu” dari Masjidil Haram, berarti kita tidak perlu membawa alat penyemprot air dong? Halah, wong alatnya ringan (apalagi ketika belum diisi air, paling-paling juga kurang dari 100 gram...) dan murah meriah gitu kok; ya bawa saja yaks... Kalaupun kita benar-benar tidak memerlukannya, ya kita hibahkan saja kepada orang yang memerlukan. Beres toh? Ya beres, dan mudah-mudahan menjadi pahala bagi kita. Aamiin...
Apalagi hey, jangan somse duluk yaks... Ndak peduli sampeyan pake ONH Plus, ONH plus-plus, ato ONH Plus-plus-plus; kemungkinan mah sampeyan tetap bisa terpapar udara panas. Gak percaya? Nih...: Bagaimana ketika kita sedang berada di Padang Arafah? Pasti siang, ‘kan? (Sejak sebelum waktu Zuhur sampai Magrib deh...).
Trus ada satu lagi: pada saat melempar jumroh (yang 3 hari tea...). Walaupun, kalau tidak salah, melempar jumroh mah boleh malam hari, tapi logisnya mah banyak orang yang berpikiran sama: enakan dilakukan pada malam hari. Akibatnya? Ya lebih banyak orang, lebih padat...
Trus bagaimana atuh? Tenang Bro... ‘Kan ada alat penyemprot air tadi! Menurut pengalaman Om-G 6 tahun yang lalu mah, pemakaian alat penyemprot air tadi cukup efektif kok untuk meredakan panas yang menyengat terutama di wajah kita. Dan bahkan Om-G jadi nambah teman (dan mudah-mudahan juga nambah pahala...) gara-gara Om-G suka nyemprotin air ke wajah-wajah yang kepanasan yang berjalan di dekat Om-G [tentu saja, Om-G nanya mereka dulu, kadang-kadang harus pake “bahasa tarzan”, mau nggak mukanya disemprot air. Alhamdulillah, rasanya 100% pada mau!).
Nah itu sekelumit kisah Om-G ketika berhaji dulu. Mohon ampun ya, ini mah nawaetu-nya untuk sharing doang, bukan untuk maksud lainnya. Mudah-mudahan membawa manfaat. [Catatan sedikit: Om-G mah pada saat itu membawa dua buah alat penyemprot air, sebagai cadangan bila yang satu tidak berfungsi (sehingga kita masih punya yang satunya lagi), atau kita hadiahkan kepada orang yang perlu, tetapi lupa membawanya. Setuju, ‘kan..?