Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenyamanan Kerja Diperlukan Untuk Mencapai Produktivitas Yang Tinggi. Ah Yang Bener..?

4 Mei 2015   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23 2351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Om-G: Seri Ergonomi Terapan, Produktivitas, 4 Mei 2015, 2)

Bekerja adalah sebuah aktivitas yang biasanya membuat kita para pekerja menjadi lelah. Itu adalah biasa, normal dan manusiawi. Lalu kenapa pada judul disebutkan bahwa “kenyamanan kerja perlu untuk mencapai produktivitas yang tinggi” ?

Untuk menjawabnya sederhana saja kok, ndak rumit-rumit...

Jadi begini ya, Om dan Tante... Menurut Om G, penjelasannya logis-logis saja kok.

Secara sederhana, produktivitas adalah keluaran dibagi masukan (atau output/input). Makin besar output dan atau makin kecil input, berarti makin bagus karena produktivitasnya makin besar. Orang yang bekerja tidak dengan nyaman maka dia akan lebih cepat lelah (atau “lelah sebelum waktu yang seharusnya”). Orang itu mungkin saja kelihatannya tetap bekerja sepanjang jam kerjanya (dan dia memang tetap bekerja). Tapi... you know what? Orang yang sudah lelah berarti dia sudah tidak lagi full capacity dalam melaksanakan pekerjaannya: kecepatan kerja berkurang, kewaspadaan berkurang, ketelitian berkurang. Akibatnya adalah output kerja lebih sedikit, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan menjadi lebih lama, prosentase terhasilkannya product defect lebih banyak, kualitas hasil pekerjaan pun menurun. (Pada pekerjaan perawatan kendaraan misalnya, menurunnya kualitas hasil pekerjaan ini akan mengakibatkan kendaraan yang dirawat akan lebih cepat kembali ke bengkel...).

Om G pernah menyebarkan kuesioner di beberapa perusahaan dari berbagai jenis industri dengan jumlah res­ponden yang cukup banyak di masing-masing perusahaan. Hasilnya? Cukup mengejutkan! Pada pertanyaan “Setelah berapa lama, dalam pekerjaan Anda sehari-hari, Anda merasa lelah?”, 25-29% responden menjawab “Setelah 3 jam”. Ini artinya, pada jam ke-4 dan seterusnya, 25-29% pekerja bekerja tidak dengan “kapasitas penuh”, dengan segala akibatnya, seperti yang ditulis pada alinea sebelumnya.

Nah, bagaimana caranya agar para karyawan merasa nyaman selama jam kerjanya? Ini sih akan panjang dongengnya, tapi sebenarnya banyak hal sederhana yang bisa kita lakukan. Jadi mudah saja kok... Insya Allah Om G akan menulisnya secara bertahap di kompasiana.com/Om-G ini.

Sekarang, bagaimana penjelasannya, bahwa upaya-upaya meningkatkan kenyamanan ini akan meningkatkan produktivitas? Bukankah upaya-upaya tadi memerlukan biaya untuk implementasinya? Bila input naik, ini akan menurunkan rasio “Output/Input”, ‘kan?

Ada dua penjelasan yang sangat sederhana untuk menjawab pertanyaan ini.

Pertama, ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan sebagai improvement dengan hampir tanpa biaya, atau dengan biaya yang sangat rendah. Misalnya dalam pekerjaan pemasangan komponen-komponen di stang sepeda motor, yang cukup bikin pegal karena posisi tangan berada di atas bahu (sehingga kecepatan kerja berkurang, karena si operator akan sekali-sekali menurunkan lengannya agar dia tidak merasa terlalu pegal), pemasangan alas berdiri (misalnya terbuat dari kayu bekas yang murah) akan membantu mengurangi pegal di lengan tadi sehingga kecepatan kerjanya meningkat. Dalam “bahasa produktivitas”, bila output bertambah padahal input tetap, maka produktivitas bertambah pula...

Ke dua, walaupun misalnya biaya yang diimplementasikan cukup mahal (yang berarti bahwa ada penambahan input yang cukup besar), ya ndak apa-apa, ini tetap bisa meningkatkan produktivitas asalkan penambahan output lebih besar daripada penambahan input.

Sekian dulu ya. Nanti kita terusin lagi, deh...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun