Jika kita mendengar sebuah kata "Trade" atau perdagangan mungkin tidak asing, trade ini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia dalam pasar dan ekonomi secara global. Kita saat ini berada dalam era dimana perdagangan pasar global saling interconnected untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.Â
Dalam ekonomi, tarif merupakan biaya pajak dari aktivitas ekspor dan impor antar negara. Namun saat ini penerapan tarif menjadi kontroversial karena dijadikan sebagai strategi negara untuk membentuk dinamika perdagangan dunia yang pada akhirnya akan menguras dompet. Lalu, bagaimana tarif bisa menjadi sangat powerful dalam ekonomi?
"I am a big believer on tariffs. Tariff is the most beautiful word in the dictionary and it's my favorite word. I think they are going to make us rich,.." Trump (2024)
Tarif akan memberi dampak terhadap ekonomi dan industri, walaupun beberapa industri akan mendapat keuntungan ketika harga produk impor jauh kebih mahal dalam kompetisi perdagangan. Tarif juga akan berdampak pada harga yang kita bayarkan saat bertransaksi jual - Â beli, sehingga memaksa para pembisnis atau konsumen untuk mengeluarkan uang lebih.Â
Sebenarnya, tarif ini memiliki sisi positif terhadapa ekonomi secara makro. Contohnya seperti, penerapan tarif pada barang impor yang bertujuan untuk membuat produk luar negeri lebih mahal. Idealnya, untuk memproteksi produk lokal dari kompetisi produk impor dan juga mendukung para konsumen untuk membeli produk buatan dalam negeri.
Para ekonom berkata bahwa, stategi penerapan tarif merupakan "Protectionist Trade Off" yang artinya cara memproteksi atau melindungi satu industri dengan mengorbankan industri lainya dengan cara menekan angka tarif masuk produk luar dan di tingkat global dampaknya sangat besar. Negara - negara yang menjadi sasaran tarif tinggi akan memicu kompetisi perdagangan, seperti konflik ketegangan antara dua ekonomi raksasa dunia yang saling menaikkan angka tarif bea masuk dan tentunya mengganggu rantai pasok di seluruh dunia.
Kompetisi dominasi perdagangan Amerika - Cina telah memberi dampak tarif yang signifikan terhadap barang - barang seperti, elektronik, produk pertanian dan sebagainya. Contoh nyata bagaimana tarif sangat berdampak terhadap harga yaitu ketika tarif diberlakukan atau dinaikan seringkali memberi dampak terhadap kenaikan harga.Â
Biasanya ada tiga cara industri untuk merespon adanya tarif, pertama tarif sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan atau industri, kedua dengan memotong biaya lainya sebagai alternatif, dan terakhir dilimpahkan pada konsumer atau industri membagi tarif keselurahan dengan ditanggung oleh industri, pemotongan biaya  produks lainya dan menaiki harga jual.
Dampak tarif juga akan berimbas pada kenaikan harga jual property, seperti perumahan yang sekarang harganya tinggi dan banyak orang tidak mampu untuk membeli. Ini terjadi karena kenaikan harga raw material seperti steel yang disebabkan oleh kenaikan pajak. Â
Setelah steel ini di distribusikan pada industri material bangunan harganya juga akan otomatis naik, lalu konsumen akhir juga merasakan mahalnya bahan material untuk kebutuhan membangun infrastruktur, rumah, gedung hotel dan sebagainya. Hal inilah yang membuat harga jual rumah saat ini melonjak tinggi sehingga menimbulkan kurangnya daya beli masyarakat karena tidak mampu untuk memilik properti atau rumah pribadi.
Di Indonesia untuk menghindari peningkatan angka inflasi, Sri Mulyani mewakili pemerintah mengumumkan bahwa per tanggal 1 Januari 2025 akan ada kenaikan pajak 12%. Upaya penerapan pajak tersebut bertujuan untuk ketahanan ekonomi dalam negeri di tengah suasana konflik dominasi pasar global. Dan sebagai langkah pemulihan dalam menstabilkan ekonomi pasca covid-19. Pemerintah menegaskan bahwa kenaikan pajak 12% ini hanya pada barang mewah seperti mobil, jet, kapal pesiar dan sebagainya. Namun sebagian masyarakat tidak sepenuhnya memahami kenapa semua harga kebutuhan bahan pokok melonjak dan menjadi keluhan terutama bagi masyarakat menengah kebawah.Â
Di sisi lain, penerapan kenaikan pajak juga memberi efek domino antara lain, membuat pertumbuhan ekonomi dalam negeri melambat. Daya beli masyarakat juga akan menurun secara signifikan dan hal ini akan memicu meningkatnya minat masyarakat terhadap kredit atau beban hutang seperti pinjol (Pinjaman Online). Inflasi dan fluktuasi harga yang tidak sesuai dengan penghasilan juga akan berdampak pada meningkatnya kemiskinan, kelaparan, serta kesenjangan sosial.Â
Selain itu, para pengusaha lokal nantinya akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi karena harus menaiki harga jual dan memungkinkan kehilangan pelanggan. Dengan harga bahan produksi yang juga melonjak membuat industri harus memilih untuk mengurangi jumlah pekerja dan hal ini akan menimbulkan peningkatan angka pengangguran. Does the word of "tariff" still sound beautiful or we have no choice?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H