Mohon tunggu...
olyvia fazila
olyvia fazila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Suka belajar hal baru, kepribadian dengan melankolis dengan konten yg infografis

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Kampung Lontong

22 April 2024   20:19 Diperbarui: 22 April 2024   20:25 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

KAMPUNG LONTONG

(Banyu Urip lor Surabaya)

   Saat ini telah diakui bahwa usaha kecil dan menengah memiliki peran vital dan strategis dalam pembangunan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Peran penting tersebut khususnya dalam perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, serta dalam pembangunan ekonomi (Tambunan : 2008). Untuk itu dibuatkannya undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, bahwa perlu langkah-langkah pemberdayaan bagi UMK.

     Seperti salah satu kampung disurabaya yaitu Kampung lontong, merupakan julukan bagi warga yang tinggal di Banyu Urip Lor X-XI, Kelurahan Kupang Krajan. Hal ini dikarenakan mayoritas warga disana memiliki usaha rumahan yaitu memproduksi lontong dalam skala kecil (mikro). 

Meskipun kebanyakan UMKM di Banyu Urip Lor ini telah ada sejak bertahun-tahun sangat sedikit dari mereka yang dapat berkembang menjadi usaha skala menengah bahkan skala besar. Pertumbuhan dan perkembangan UMKM di Banyu Urip Lor ini sangat penting dalam membantu meningkatkan perekenomian di perkampungan tersebut. 

  Sekitar tahun 1960, ternyata Kampung Lontong merupakan daerah sentra penghasil tempe yang besar di Surabaya. Dan dikenal dengan sebutan"Bog Tempe", yang berarti jembatan tempe. Sebutan Bog Tempe muncul karena di Banyu Urip Lor terdapat sebuah jembatan dan hampir semua warga di sekitar jembatan tersebut, berprofesi sebagai pembuat tempe. 

Namun, ketika tahun 1970 eksistensi tempe banyu Urip ini tergeser karena banyak pesaing dan pada saat itu eksistensi tempe didominasi tempe pekalongan hanya karena harga yang lebih murah. Pada tahun itulah pedagang tempe banyu Urip beralih menjadi pedagang lontong mulai tahun 1970 dan terjadi puncak penjualan tahun 1998-1999, Kebutuhan lontong di Surabaya menjadi terus-menerus bertambah karena banyaknya kuliner yang berbahan dasar lontong, menjadikan usaha ini berkembang pesat, dan mengubah citra Banyu Urip Lor dari sebutan "Bog Tempe" menjadi "Kampung Lontong". Peningkatan pada data statistik dari kementrian pertanian tahun 2015-2018, yang juga menunjukkan konsumsi lontong di Indonesia meningkat rata rata 25% (StatistikPertanian,2018).

Sumber

Nathanael, A. (2020). Edukasi Penentuan Harga Pokok Produksi dan Pembukuan Usaha di Kampung Lontong Banyu Urip Kelurahan Kupang Krajan, Surabaya. Among: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 1-6.

Murti, A. B., & Wahyuningdyah, E. T. (2022, December). STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PERAJIN LONTONG DI ERA INDUSTRI 4.0 (Studi Kasus Kampung Lontong Banyu Urip Lor di Kota Surabaya). In Seminar Nasional Teknologi dan Multidisiplin Ilmu (SEMNASTEKMU) (Vol. 2, No. 2, pp. 414-439).

SARI, D. K. N., & ALRIANINGRUM, S. (2018). Dari BOG Tempe menjadi Kampung Lontong Tahun 1974-2012. AVATARA, e-Journal Pendidik. Sej, 6(2), 294-298.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun