Mohon tunggu...
Olvia Safitri
Olvia Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Voli

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Teori perkembangan moral yang di kemukakan lawience kohlberg

19 Januari 2025   00:15 Diperbarui: 19 Januari 2025   00:15 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg

Lawrence Kohlberg adalah seorang psikolog Amerika yang terkenal karena teorinya tentang perkembangan moral. Teorinya didasarkan pada gagasan bahwa perkembangan moral adalah proses bertahap yang terjadi seiring dengan pertumbuhan kognitif seseorang. Kohlberg mengembangkan teorinya dengan mengadaptasi pemikiran Jean Piaget tentang perkembangan kognitif anak. Melalui penelitian panjang, ia mengidentifikasi tiga tingkat perkembangan moral, yang masing-masing terdiri dari dua tahap.

Teori ini menjelaskan bagaimana individu membuat keputusan moral berdasarkan penalaran yang mereka gunakan, bukan pada hasil keputusan tersebut. Kohlberg percaya bahwa pemikiran moral seseorang berkembang melalui interaksi sosial dan pengalaman hidup.

---

Metodologi Penelitian Kohlberg

Kohlberg mengembangkan teorinya dengan menggunakan metode wawancara. Ia memberikan serangkaian dilema moral kepada partisipan, salah satu yang paling terkenal adalah "Dilema Heinz". Dalam dilema ini, Heinz menghadapi pilihan sulit: apakah ia harus mencuri obat yang sangat mahal untuk menyelamatkan nyawa istrinya yang sekarat, atau mematuhi hukum dan tidak mencuri. Dari jawaban partisipan, Kohlberg menganalisis alasan di balik keputusan mereka, bukan hanya pilihan yang mereka ambil.

---

Tiga Tingkat dan Enam Tahap Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg, perkembangan moral terdiri dari tiga tingkat utama, masing-masing dengan dua tahap:

1. Tingkat Prakonvensional

Pada tingkat ini, moralitas didasarkan pada konsekuensi langsung dari tindakan. Penalaran moral bersifat egosentris dan berfokus pada kepentingan pribadi.

Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Ketaatan
Anak-anak menilai tindakan berdasarkan konsekuensinya. Sesuatu dianggap "benar" jika menghindari hukuman, dan "salah" jika mengakibatkan hukuman.
Contoh: "Mencuri itu salah karena akan dihukum."

Tahap 2: Orientasi Relativis dan Kepentingan Pribadi
Anak mulai memahami bahwa tindakan benar atau salah tergantung pada apa yang memberikan manfaat bagi dirinya sendiri. Moralitas bersifat transaksional.
Contoh: "Heinz sebaiknya mencuri obat karena itu akan menyelamatkan istrinya, dan dia mencintai istrinya."

---

2. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini, moralitas didasarkan pada norma-norma sosial dan harapan masyarakat. Penalaran moral berfokus pada hubungan interpersonal dan menjaga tatanan sosial.

Tahap 3: Orientasi Kesepakatan Interpersonal (Mencari Persetujuan)
Individu ingin dianggap baik oleh orang lain dan berperilaku sesuai dengan harapan sosial.
Contoh: "Heinz harus mencuri obat karena itu adalah tindakan yang baik untuk menyelamatkan istrinya."

Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban
Individu menilai tindakan berdasarkan aturan hukum dan tatanan sosial. Menjaga keteraturan menjadi prioritas utama.
Contoh: "Heinz tidak boleh mencuri obat karena itu melanggar hukum."

---

3. Tingkat Pasca-konvensional

Pada tingkat ini, moralitas didasarkan pada prinsip universal yang melampaui hukum dan norma sosial. Penalaran moral bersifat abstrak dan filosofis.

Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial
Individu menyadari bahwa hukum dan aturan ada untuk melayani kepentingan bersama, tetapi juga memahami bahwa hukum bisa diubah jika tidak adil.
Contoh: "Heinz harus mencuri obat karena kehidupan manusia lebih penting daripada keuntungan perusahaan farmasi."

Tahap 6: Orientasi Prinsip Etis Universal
Pada tahap ini, individu mengikuti prinsip moral universal yang mereka anggap benar, meskipun bertentangan dengan hukum atau norma sosial.
Contoh: "Heinz harus mencuri obat karena setiap orang memiliki hak untuk hidup, dan itu adalah prinsip moral tertinggi."

---

Karakteristik Utama Teori Kohlberg

1. Penalaran Moral Berbasis Proses
Kohlberg menekankan bahwa penalaran yang digunakan individu dalam membuat keputusan moral lebih penting daripada keputusan itu sendiri.

2. Tidak Semua Orang Mencapai Tingkat Tertinggi
Banyak orang hanya mencapai tingkat konvensional, dan hanya sedikit yang mencapai tingkat pasca-konvensional, terutama tahap 6.

3. Hubungan dengan Perkembangan Kognitif
Kohlberg percaya bahwa perkembangan moral bergantung pada perkembangan kemampuan kognitif seseorang, seperti yang dijelaskan dalam teori Piaget.

---

Kritik terhadap Teori Kohlberg

Meskipun teori Kohlberg sangat berpengaruh, ia juga mendapat kritik:

1. Bias Gender
Carol Gilligan, seorang psikolog, mengkritik Kohlberg karena penelitiannya berfokus pada laki-laki dan mengabaikan perspektif perempuan, yang cenderung menekankan etika peduli dan hubungan interpersonal.

2. Abstraksi Terlalu Tinggi
Teori ini dianggap terlalu idealis dan tidak selalu mencerminkan pengambilan keputusan moral dalam situasi nyata.

3. Konteks Budaya
Kohlberg dikritik karena teorinya didasarkan pada nilai-nilai Barat dan kurang memperhitungkan variasi budaya dalam penalaran moral.

---

Kesimpulan

Teori perkembangan moral Kohlberg memberikan wawasan penting tentang bagaimana individu memproses dan mengevaluasi dilema moral sepanjang hidup mereka. Dengan memahami tahapan ini, kita dapat mengembangkan pendekatan yang lebih baik untuk pendidikan moral, pengasuhan, dan pengembangan nilai-nilai etis dalam masyarakat. Namun, kritik terhadap teori ini juga menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih inklusif dan kontekstual dalam memahami moralitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun