Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Ketaatan
Anak-anak menilai tindakan berdasarkan konsekuensinya. Sesuatu dianggap "benar" jika menghindari hukuman, dan "salah" jika mengakibatkan hukuman.
Contoh: "Mencuri itu salah karena akan dihukum."
Tahap 2: Orientasi Relativis dan Kepentingan Pribadi
Anak mulai memahami bahwa tindakan benar atau salah tergantung pada apa yang memberikan manfaat bagi dirinya sendiri. Moralitas bersifat transaksional.
Contoh: "Heinz sebaiknya mencuri obat karena itu akan menyelamatkan istrinya, dan dia mencintai istrinya."
---
2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, moralitas didasarkan pada norma-norma sosial dan harapan masyarakat. Penalaran moral berfokus pada hubungan interpersonal dan menjaga tatanan sosial.
Tahap 3: Orientasi Kesepakatan Interpersonal (Mencari Persetujuan)
Individu ingin dianggap baik oleh orang lain dan berperilaku sesuai dengan harapan sosial.
Contoh: "Heinz harus mencuri obat karena itu adalah tindakan yang baik untuk menyelamatkan istrinya."
Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban
Individu menilai tindakan berdasarkan aturan hukum dan tatanan sosial. Menjaga keteraturan menjadi prioritas utama.
Contoh: "Heinz tidak boleh mencuri obat karena itu melanggar hukum."
---
3. Tingkat Pasca-konvensional
Pada tingkat ini, moralitas didasarkan pada prinsip universal yang melampaui hukum dan norma sosial. Penalaran moral bersifat abstrak dan filosofis.
Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial
Individu menyadari bahwa hukum dan aturan ada untuk melayani kepentingan bersama, tetapi juga memahami bahwa hukum bisa diubah jika tidak adil.
Contoh: "Heinz harus mencuri obat karena kehidupan manusia lebih penting daripada keuntungan perusahaan farmasi."