Mohon tunggu...
Olsen Pramana
Olsen Pramana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

ada saatnya untuk berubah untuk masa depan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pangan yang Sehat untuk Pakan yang Sehat

12 November 2018   18:05 Diperbarui: 12 November 2018   19:11 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pangan merupakan bahan makanan pokok bagi manusia pada umumnya yang dimana sebagai sumber karbohidrat bagi tubuh untuk menghasilkan energi dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Tanaman pangan yang kita kenal yaitu Padi, Jagung, Gandum dan Kedelai.

Jagung dikenal didunia sebagai penghasil karbohidrat yang terpenting selain dari padi dan gandum. Walaupun di Indonesia masyarakat tidak mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok tetapi dalam 5 tahun  terakhir produksi jagung meningkat 50,92%, hal ini menjadi tantangan dan peluang bagi para petani jagung dan terutama bagi para sarjana pertanian dalam meningkatkan hasil produksi jagung.

Pada tahun 2018 sasaran produksi jagung 30 juta ton atau meningkat 7,36% dari capaian ARAM II 2017, dari jumlah sebanyak itu tidak serta merta hanya sebagai konsumsi masyarakat secara langsung yang hanya dipergunakan 4 juta ton, tetapi terbagi oleh beberapa kebutuhan antara lain Indsutri pakan 8 juta ton, pakan peternak lokal 2,5 juta ton, Benih 100 ribu ton dan Industri pangan 4 juta ton, data ini dapat kita lihat pada rancangan neraca produksi jagung tahun 2018.

Dari hasil neraca yang diketahui bahwa produksi setiap tahunnya meningkat oleh karena jagung dibutuhkan oleh berbagai industri terutama pada industri pakan yang membutuhkan dengan jumlah yang tertinggi. Walaupun demikian, para pemulia tanaman jagung tidak henti-hentinya melakukan pemuliaan tanaman untuk meningkatkan kualitas dan inovasi teknologi jagung. Hal ini dilakukan karena manusia sendiri tidak hanya membutuhkan makanan dari tumbuhan tetapi juga membutuhkan tambahan energi dari hewani, sehingga bila jagung yang baik digunakan sebagai pakan ternak, maka hasil ternak juga baik sehingga saat dikonsumsi oleh masyarakat akan berdampak baik bagi tubuh masyarakat.

Neraca produksi jagung ini juga menjadi tantangan dan peluang bagi para petani jagung dan sarjana pertanian setelah menyelesaikan kuliahnya sehingga peluang pekerjaan masih sangat dibutuhkan bagi para sarjana pertanian untuk mencapai swasembada jagung yang berkelanjutan, namun masih ada beberapa masalah yang dihadapi dalam sistem pengelolaan Tanaman Terpadu, antara lain penggunaan benih unggul dimana pemerintah telah mendorong para petani jagung untuk menggunakan benih hibrida dikarenakan dapat meningkatkan hasil produksi yang tinggi, tetapi petani sendiri belum banyak yang menggunakannya disebabkan harga benih hibrida lebih mahal dan penyebaran benih hibrida belum sangat luas terutama daerah pelosok yang belum terjangkau. Pemupukan berimbang juga belum sepenuhnya dilakukan oleh para petani sehingga juga menjadi permasalahan, permodalan yang terbatas yang dimana tidak ada dukungan dari lembaga pemerintah atau swasta.

Pasca panen sendiri perlu dilakukan untuk menghasilkan jagung yang berkualitas : penen benih jagung pada saat masak fisiologis dengan ciri-ciri terbentuknya 50% lapisan hitam. seleksi tongkol dilakukan secara manual, tongkol jagung kecil/ompong dipisahkan dari tongkol yang baik dan juga yang terinfeksi penyakit. Pengeringan untuk mengurangi kadar air untuk taraf penyimpanan aman dan mempertahankan viabilitas benih. Pemipilan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemipil, kadar air merupakan faktor penentu, kadar air terbaik kisaran 15-17%. Sortasi biji bertujuan memisahkan kotoran, benih pecah, benih ukuran kecil dan besar. Pengemasan benih untuk mempertahankan kualitas benih, perlu dilakukan pengemasan dengan bahan pengemas yang dapat mencegah peningkatan kadar air benih. Benih yang telah dikemas disimpan dalam silo plastik atau silo kayu untuk menekan proses deteriorasi benih.

Sumber :

ARAM II Tahun 2017 Hasil Rakor Kementan dan BPS 26-28 Oktober 2017 di Yogyakarta (2017)

Bahan Ketahanan Pangan 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun