Mohon tunggu...
Inne OllyviaAgatha
Inne OllyviaAgatha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Sebagai mahasiswa baru di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, saya memiliki minat khusus dalam isu kesehatan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan anak dan remaja. Menulis adalah cara saya untuk menyuarakan opini mengenai masalah kesehatan di Indonesia. Saya mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hobi saya meliputi mendengarkan musik dan menjelajahi tempat baru.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Antisipasi Demam Berdarah di Jakarta

16 September 2024   13:00 Diperbarui: 16 September 2024   13:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

            Penyakit demam berdarah di Jakarta semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan kasus terbanyak pada Jakarta Barat, yakni 562 kasus, Jakarta Selatan sebanyak 450 kasus, Jakarta Timur sebanyak 395 kasus, Jakarta Utara sebanyak 194 kasus, Jakarta Pusat sebanyak 115 kasus, dan Kepulauan Seribu sebanyak 13 kasus (DPRD DKI Jakarta. 2024. Pemberantasan Sarang Nyamuk Efektif Tekan Kasus DBD.  https://dprd-dkijakartaprov.go.id/pemberantasan-sarang-nyamuk-efektif-tekan-kasus-dbd [online] 9 September 2024). 

Penyakit demam berdarah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Oleh karena itu, penting untuk membahasa peran kesehatan masyarakat dalam mengendalikan dan mencegah penyakit DBD.

            Walaupun banyak pakar kesehatan masyarakat yang sudah berkontribusi dalam mengendalikan penyakit ini, kasus DBD masih saja meningkat. Pastinya terdapat beberapa faktor yang mempersulit pengendalian penyakit ini. Pertama, perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari genangan air sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk. 

Kedua, urbanisasi yang cepat sering kali tidak diimbangi dengan infrastruktur yang memadai, menciptakan area padat penduduk dengan kondisi sanitasi buruk. Ketiga, resistensi nyamuk terhadap insektisida membuat Upaya pengendalian vector menjadi lebih sulit. Semua ini menunjukkan bahwa intervensi medis saja tidak cukup, diperlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai pihak.

            Tingginya angka kejadian DBD menimbulkan kekhawatiran yang serius. Penyakit ini tidak hanya berdampak pada individu yang terinfeksi, tetapi juga pada keluarga dan komunitas yang lebih luas. Tingginya biaya perawatan, hilangnya produktivitas akibat sakit, serta beban psikologis yang ditimbulkan oleh ketakutan terhadap penularan penyakit menjadi masalah yang harus dihadapi. Selain itu, fasilitas kesehatan yang terbatas, terutama di daerah pedesaan, memperburuk situasi ini, sehingga masyarakat yang paling rentan sering kali tidak mendapatkan akses perawatan yang memadai. Jika situasi ini dibiarkan, bukan hanya kesehatan masyarakat yang terancam, tetapi juga kesejahteraan sosial dan ekonomi secara keseluruhan.

            Menghadapi penyakit ini diperlukan pendekatan kesehatan masyarakat yang terpadu menjadi kunci. Pertama, diperlukan kampanye edukasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama dengan memberantas tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Edukasi harus mencakup semua kalangan, mulai dari sekolah, komunitas, hingga lingkungan kerja, sehingga pencegahan DBD dapat menjadi tanggung jawab bersama. Kedua, promosi program 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang) harus terus dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan pemimpin lokal agar program ini lebih efektif. Ketiga, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil juga penting untuk memastikan distribusi sumber daya dan teknologi yang lebih merata, seperti pengadaan kelambu, vaksin, atau penyemprotan insektisida di daerah rawan.

            Kesehatan masyarakat berperan besar dalam upaya pengendalian DBD. Pertama, para tenaga kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai fasilitator yang mengedukasi masyarakat tentang pola hidup sehat dan langkah-langkah pencegahan penyakit. Kedua, mereka dapat melakukan surveilans epidemiologi untuk mendeteksi dini penyebaran DBD dan memberikan respons cepat ketika terjadi peningkatan kasus. Ketiga, dalam jangka panjang, ahli kesehatan masyarakat juga terlibat dalam penelitian untuk mengembangkan metode baru yang lebih efektif dalam mengendalikan vektor nyamuk atau bahkan menemukan vaksin yang lebih terjangkau bagi masyarakat luas.

Secara keseluruhan, pengendalian DBD membutuhkan upaya yang holistik dengan melibatkan peran kesehatan masyarakat yang signifikan. Dengan pendekatan yang komprehensif dan partisipatif, angka kejadian DBD dapat ditekan, sehingga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga.

DAFTAR PUSTAKA 

Schaefer TJ, Panda PK, Wolford RW. 2024. Dengue Fever. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430732/ [online]. (9 September 2024)

WHO. 2024. Dengue and severe dengue. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue [online]. (9 September 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun