Bahasa dan Faktor Luar Bahasa
Pada kajian linguistik makro bahasa berhubungan dengan faktor-faktor di luar bahasa. Apakah dan bagaimanakah faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang menjadi objek kajian linguistik makro itu. Hal-hal yang menjadi objek kajian linguistik makro itu sangat luas dan beragam. Mulai dari penerjemahan, penyusunan kamus, pendidikan bahasa, sampai yang hanya berkaitan dengan bahasa seperti pengobatan dan pembangunan. Yang akan dibicarakan disini adalah masalah bahasa dalam kaitannya dengan kegiatan sosial di dalam masyarakat atau hubungan bahasa dengan masyarakatnya itu.
Masyarakat Bahasa
Definisi dari bahasa sendiri adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia memiliki makna dan ciri-ciri arbriter, konvensional, universal, unik, produktif, dinamis dan variatif sebagai alat komunikasi identitas diri.
Luar bahasa sendiri mencakup kegiatan manusia di dalam masyarakat. kata masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang dalam jumlah yang relatif banyak yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal, atau yang mempunyai kepentingan sosial yang sama.
Lalu masyarakat bahasa adalah sekelompok masyarakat yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Contoh seperti sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa korea maka dikatakan maka mereka adalah masyarakat bahasa korea. Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa yaitu "merasa menggunakan bahasa yang sama", maka konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas dan sempit.
Bahasa secara luas artinya bahasa itu sendiri bisa melewati batas provinsi, negara, bahkan benua. Contoh bahasa secara luas adalah bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris telah melewati berbagai benua.
Bahasa secara sempit artinya bahasa yang hanya digunakan oleh sekelompok orang saja dan tidak meluas. Contoh bahasa secara sempit seperti masyarakat bahasa baduy yang menggunakan bahasany sendiri di wilayah tersebut dan tidak meluas.
Bagaimana dengan Bilingual dan Multilingual? Bilingual adalah kemampuan seseorang untuk berbicara dua bahasa. Sementara Multilingual adalah kemampuan seseorang berbicara lebih dari dua bahasa. Masyarakat Indonesia sendiri rata-rata mampu berbicara dua bahasa atau bilingual yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Variasi dan Status Sosial Bahasa
bahasa itu bervariasi dengan kegunaan yang bervariasi juga karena masyarakatnya sendiri yang beragam. berdasarkan penuturnya kita mengenal dialek dalam berbicara. dialek mempunya dua jenis yaitu dialek regional dan sosial
Dialek regional merupakan varian bahasa yang digunakan oleh masyarakat di wilayah tertentu.
dialek sosial yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang menandai strata sosial tertentu. Misalnya, dialek remaja.
ada yang menjadi pembeda atau diglosia dalam variasi bahasa berdasarkan status pemakaianya.
yakni Variasi bahasa tinggi dan rendah
variasi bahasa tinggi digunakan dalam situasi resmi seperi dalam pidoto kenegaraan
maka bahasa yang digunakannya adalah bahasa formal atau baku
sementara itu variasi rendah biasanya digunakan dalam sehari hari.
Pengunaan Bahasa
Adanya bebagai macam dialek dan ragam bahasa menumbulkan masalah, bagaimana kita harus menggunakan bahasa itu di dalam masyarakat. Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan 8 unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:
1. seting and scene, pengunaan bahasa menurut tempat dan waktu, artinya kita harus melihat kondisi. misal ketika kita sedang di dalam kelas dan presentasi dan dirumah bahasa yang digunakan juga berbeda
2. participans, kita harus mengetahui pengunaan bahasa apa yang harus digunakan saat berbiicara, contohnya saat sedang pidato di depan audiens banyak maka penggunaan bahasa tentu tingkat tinggi
3. end, ketika kita sudah berbicara maka kita pasti dapat hasi dari berbicara tersebut apa yang kita dapat
4. act sequens, apa hal yang menjadi bentuk atau makna dari isi percakapannya apakah konptasinya buruk atau baik
5. key, itu adalah cara atau semangat dalam melaksanakan percakpannya dan ini mencakup penggunaaan apa yang diambil dalam berbahasa saat berbicara dengan nada yang semangat
6. instrumentalities, menunjuk pada jalur percakapannya apakah secara lisan atau bukan tulisan nah penggunaan bahasa juga mempengaruhi hal tersebut
7. norms, gestur saat melakukan percakapan atau perilaku saat malakukan percakapan nah itu juga menunjuk pada norma penggunaan bahasa
8. genres, mencakup pada dialek atau ragam penggunaan bahasa yang digunakan
Kontak Bahasa
Masyarakat terbika artinya adalah masyarakat itu sendiri dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakt lain, abik dari satu atau lebih dari satu masyatakat, hal itulah yang disebut kontak bahasa.
Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa indonesia yang digunakan secara nasional, terdapat juga ratusan bahasa darrah besar maupun kecil, yqng digunakan pleh para anggota masyarajat bahasa daerah itu untuk keperluan yang bersifat kedaerahan. Tetapi masih banyak juga yang hanya menguasai satu bahasa.
Kefasihan seseorang untuk menggunakan dua buah bahasa sangat tergantung pada adanya kesempatan untuk menggunakan kedua bahasa itu. Jika kesempatan Banyak, maka kefasihan bertambah baik. Jika kesempatannya berkurang atau sedikit maka kefasihan ya pun berkurang.
Dalam masyarakat yang Bilingual atau Muslimah sebagai akibat adanya kontak bahasa Dan juga kontak budaya dapat terjadi peristiwa atau kasus yang disebut interferensi, integrasi, alihkode dan campur kode. Keempat peristiwa itu gejalanya sama, yaitu adanya unsur bahasa lainnya dalam bahasa yang digunakan namun, konsep masalahnya tidak sama. Dalam peristiwa interferensi biasanya Si pembicara melakukannya karena tidak tahu, dan interferensi itu terjadi Dari bahasa yang paling dikuasainya. Di dalam peristiwa campur kode, peristiwa itu terjadi dengan disadari oleh si pembicara.
Bahasa dan Budaya
Apakah bahasa Yang merupakan alat komunikasi verbal milik manusia itu merupakan bagian dari unsur kebudayaan atau bukan. Kalau bahasa merupakan bagian kebut Dayakan. Lalu wujud hubungannya itu bagaimana?
Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Dikeluarkan ileh dua orang pakar, yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf, Bahasa itu mempengaruhi cara berfikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi, bahasa itu menguasai cara berfikir dan bertindak manusia. Apa yang dilakukan manusia selalu dipengaruhi oleh sifat sifat bahasanya. Misalnya, katanya, dalam bahasa bahasa yang mempunyai kategori kalah atau waktu, masyarakat penuturnya sangat menghargai dan sangat terikat oleh waktu.
Kenyataan juga membuktikan, masyarakat yang kegiatannya sangat terbatas, seperti masyarakat suku suku bangsa yang terpencil, hanya mempunyai kosakata yang juga terbatas jumlahnya. Sebaliknya masyarakat yang terbuka, yang anggota anggota masyarakatnya mempunyai kegiatan yang sangat luas, memiliki kosakata yang sangat banyak.
Maka dari itu bahasa dan budaya Itu sama pentingnya ada pakar yang menyamakan hubungan keduanya itu sebagai bayi kembar Siam, dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Abdul chaer, Linguistik Umum. (2007)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H