"AMERICA FIRST"
Oleh. Ni Putu Ollga Saraswati,S.Tr.Han.,M.A.P
LATAR BELAKANG KEMENGANGAN TRUMP
Trump datang ke dalam arena politik sebagai seorang outsider, bukan politisi tradisional. Kampanye Trump memanfaatkan populisme, menyasar ketidakpuasan publik terhadap elite politik Washington dan menjanjikan perubahan besar dengan slogan "Make America Great Again". Trump banyak menggunakan retorika keras dan cenderung kontroversial, terutama dalam soal imigrasi, kebijakan luar negeri, dan ekonomi. Kemenangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap elit politik yang sudah ada, serta dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di Amerika Serikat.
Berikut adalah beberapa latar belakang utama yang mengarah pada kemenangan Trump:
1. Ketidakpuasan terhadap Elit Politik dan Status Quo
Banyak pemilih merasa tidak puas dengan politisi tradisional yang mereka anggap hanya peduli pada kepentingan mereka sendiri. Trump, yang merupakan calon dari luar sistem politik, mampu memanfaatkan perasaan ini dan menawarkan dirinya sebagai "outsider" yang dapat membawa perubahan. Pesannya bahwa dia akan "Membuat Amerika Hebat Lagi" (Make America Great Again) beresonansi dengan mereka yang merasa terpinggirkan oleh kebijakan pemerintah sebelumnya.
2. Krisis Ekonomi dan Ketimpangan Sosial
Meskipun ekonomi AS mengalami pemulihan pasca-krisis finansial 2008, banyak lapisan masyarakat merasa tidak merasakan manfaatnya, terutama di daerah-daerah industri yang mengalami deindustrialisasi dan kehilangan pekerjaan. Trump berfokus pada masalah ini, mengklaim bahwa kebijakan perdagangan internasional dan kesepakatan global merugikan pekerja Amerika. Trump berjanji untuk menghentikan praktik perdagangan yang dianggap merugikan, termasuk menegosiasikan kembali perjanjian perdagangan seperti NAFTA dan menarik diri dari kesepakatan internasional seperti Trans-Pacific Partnership (TPP).
3. Populisme dan Kebijakan Imigrasi
Trump mengusung platform populis yang sangat menekankan pada penguatan kebijakan imigrasi. Ia berjanji untuk membangun tembok di perbatasan dengan Meksiko untuk mencegah imigran ilegal masuk ke AS dan mengurangi dampak negatif dari imigrasi yang tidak terkendali. Pendekatan ini sangat menarik bagi sebagian besar pemilih yang khawatir tentang dampak imigrasi terhadap pekerjaan dan budaya Amerika.
4. Media Sosial dan Pengaruh Media
Trump sangat mahir menggunakan media sosial, terutama Twitter, untuk langsung berkomunikasi dengan pendukungnya dan menyampaikan pesannya tanpa filter dari media tradisional. Ini memberinya kendali penuh atas narasi dan memungkinkan dia untuk menghindari kritik media mainstream, yang seringkali menganggapnya kontroversial. Kemampuan Trump dalam memanfaatkan media sosial juga berperan besar dalam mobilisasi pendukung dan penyebaran pesan-pesan politiknya.
5. Kebijakan Luar Negeri dan Nasionalisme
Trump mengusung pendekatan kebijakan luar negeri yang lebih nasionalis dan "America First". Dia menentang intervensi militer AS di luar negeri dan mengkritik kebijakan luar negeri yang dianggapnya merugikan Amerika, seperti keterlibatan di Timur Tengah dan kebijakan luar negeri global. Pendekatan ini disukai oleh sebagian pemilih yang merasa bahwa Amerika seharusnya lebih fokus pada kepentingan domestik daripada terlibat dalam konflik internasional yang tidak langsung menguntungkan negara.
6. Dinamika Sosial dan Budaya
Pemilu 2016 juga dipengaruhi oleh ketegangan sosial dan budaya, seperti perbedaan pandangan mengenai hak-hak minoritas, feminisme, serta identitas rasial dan etnis. Trump sering menggunakan retorika yang kontroversial, yang banyak menarik perhatian tetapi juga memperburuk ketegangan sosial. Namun, bagi sebagian besar pendukungnya, dia dianggap sebagai pembela nilai-nilai tradisional Amerika.
KEBIJAKAN TRUMP
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Donald Trump selama masa kepresidenannya (2017--2021) memiliki dampak yang signifikan, baik bagi Amerika Serikat maupun dunia secara keseluruhan. Kebijakan-kebijakan ini sering kali kontroversial dan memicu perdebatan, tetapi mereka tetap berpengaruh dalam banyak aspek geopolitik, ekonomi, dan sosial global. Berikut adalah beberapa kebijakan utama Trump yang berdampak besar di dunia:
1.Kebijakan Perdagangan: Amerika First dan Perang Dagang
Trump sangat fokus pada kebijakan proteksionisme dengan slogan "America First". Dia berusaha untuk mengurangi defisit perdagangan AS dengan negara lain dan memprioritaskan kepentingan ekonomi domestik. Hal ini tercermin dalam kebijakan seperti tarif impor yang tinggi terhadap barang-barang dari negara-negara seperti China, Eropa, dan Kanada, serta penarikan dari perjanjian perdagangan internasional. Salah satu kebijakan yang paling menonjol adalah perang dagang dengan China. Trump memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang China, dengan tujuan mengurangi ketergantungan AS pada barang-barang impor dan memaksa China untuk merundingkan kesepakatan perdagangan yang lebih menguntungkan bagi AS. Ini menyebabkan gangguan besar dalam rantai pasokan global dan meningkatkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Kebijakan proteksionis ini menambah ketidakpastian dalam perdagangan internasional, memengaruhi negara-negara yang bergantung pada ekspor ke AS atau China, dan menyebabkan volatilitas di pasar saham global.
2.Penarikan dari Kesepakatan Perdagangan Internasional
Trump menarik AS keluar dari beberapa kesepakatan internasional yang dianggapnya merugikan ekonomi Amerika. Salah satu yang paling terkenal adalah Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang melibatkan 11 negara di kawasan Asia-Pasifik. Trump juga menarik AS dari Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim pada 2017. Penarikan dari TPP melemahkan posisi AS di kawasan Asia-Pasifik, yang merupakan pasar besar dan wilayah strategis. Ini memberikan peluang bagi China untuk lebih dominan dalam perdagangan regional melalui inisiatif Belt and Road Initiative (BRI). Penarikan AS dari Kesepakatan Paris mengurangi tekanan internasional terhadap negara-negara besar untuk mengurangi emisi karbon. Hal ini juga menciptakan ketegangan antara AS dan negara-negara Eropa serta negara-negara lainnya yang mendukung perubahan iklim global.
3.Kebijakan Imigrasi yang Ketat
Trump mengimplementasikan kebijakan imigrasi yang sangat ketat, termasuk upaya untuk membangun tembok perbatasan dengan Meksiko, pembatasan terhadap pengungsi, dan penangguhan sementara visa bagi beberapa negara mayoritas Muslim. Trump juga mengurangi jumlah pengungsi yang diterima AS. Kebijakan ini memengaruhi hubungan AS dengan banyak negara, terutama di Amerika Latin dan Timur Tengah. Misalnya, kebijakan tentang pengungsi dan pembatasan visa mempengaruhi orang-orang dari negara-negara konflik dan negara-negara berkembang yang mencari suaka atau kesempatan hidup lebih baik di AS.
Ketegangan dengan Negara-negara Lain: Pembatasan visa dan pengungsi memperburuk hubungan dengan negara-negara yang terdampak, serta menambah ketegangan antara negara-negara yang memiliki kebijakan lebih terbuka terhadap imigrasi.
4.Kebijakan Luar Negeri: Pendekatan "America First"
Trump lebih memilih kebijakan luar negeri yang lebih nasionalis dan mengutamakan kepentingan Amerika. Ia mengkritik peran AS dalam organisasi internasional seperti NATO dan PBB, serta lebih memilih hubungan bilateral daripada multilateral. Dia juga mengambil sikap keras terhadap negara-negara yang dianggapnya tidak menguntungkan AS, seperti Iran, Korea Utara, dan Venezuela. Trump mencoba untuk mendekati Korea Utara dengan dialog langsung dengan Kim Jong-un, meskipun upaya ini tidak membuahkan hasil yang signifikan dalam denuklirisasi. Ini menyebabkan ketegangan antara AS dan sekutu-sekutunya di Asia, terutama Jepang dan Korea Selatan. Trump menarik AS dari Kesepakatan Nuklir Iran (JCPOA) pada 2018 dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran, yang meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan memengaruhi stabilitas energi global. Trump mendukung upaya oposisi Venezuela untuk menggulingkan Presiden Nicols Maduro, memberikan sanksi ekonomi yang sangat berat kepada pemerintah Venezuela, yang menyebabkan krisis kemanusiaan yang lebih buruk.
5. Isu Israel dan Palestina
Trump mendekatkan hubungan AS dengan Israel, termasuk pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS ke kota tersebut. Ini adalah langkah yang sangat kontroversial karena dianggap merusak prospek perdamaian Israel-Palestina. Langkah ini meningkatkan ketegangan antara Israel dan Palestina serta memicu protes di negara-negara Arab dan dunia Muslim. Selain itu, hal ini menyebabkan ketegangan dalam hubungan AS dengan negara-negara Arab yang lebih mendukung Palestina. Perubahan Aliansi di Timur Tengah: Kebijakan ini juga berperan dalam mempererat hubungan AS dengan negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), yang kemudian mengarah pada normalisasi hubungan dengan Israel melalui Kesepakatan Abraham.
PENGARUH KEMENANGAN TRUMP TERHADAP INDONESIA
Pengaruh kebijakan Donald memiliki sejumlah dampak terhadap Indonesia, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan, diplomasi, maupun hubungan internasional. Berikut adalah beberapa pengaruh kebijakan Trump terhadap Indonesia:
1.Perdagangan dan Tarif Impor
Trump menerapkan kebijakan proteksionis dan tarif impor yang lebih tinggi, terutama terhadap barang-barang dari China, serta negara-negara yang dianggapnya tidak adil dalam perdagangan. Ini menciptakan ketegangan dalam perdagangan global. Sementara Indonesia tidak langsung terlibat dalam perang dagang antara AS dan China, kebijakan tarif yang diterapkan Trump terhadap produk China memberi peluang bagi negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan ekspor ke AS. Produk-produk Indonesia yang dapat bersaing dengan barang-barang China mulai mendapat keuntungan, seperti di sektor tekstil dan produk manufaktur.
Pengaruh terhadap Sektor Ekspor: Meskipun demikian, ketegangan perdagangan global juga berdampak pada Indonesia, karena adanya ketidakpastian di pasar global. Jika ada gangguan dalam rantai pasokan global atau masalah tarif, sektor-sektor yang mengandalkan ekspor bisa merasakan dampaknya, seperti produk kelapa sawit dan karet.
2.Hubungan dengan Asia dan Kebijakan "Indo-Pacific"
Trump menekankan kebijakan luar negeri yang lebih fokus pada kawasan Indo-Pasifik, dengan memperkuat hubungan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Dia juga memperkenalkan konsep Indo-Pacific Strategy, yang berfokus pada China dan upaya untuk mengurangi pengaruh Beijing di kawasan tersebut.Peningkatan Hubungan Ekonomi dan Keamanan: Kebijakan Indo-Pasifik yang lebih mengutamakan aliansi dengan negara-negara Asia Tenggara memberi Indonesia peluang untuk memperkuat hubungan dengan AS dalam hal perdagangan, investasi, dan keamanan. Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memainkan peran penting dalam upaya menjaga stabilitas kawasan. Kebijakan Trump yang semakin keras terhadap China, termasuk dalam perdagangan dan sengketa wilayah di Laut China Selatan, mempengaruhi Indonesia yang memiliki klaim wilayah di Laut China Selatan. Ketegangan yang meningkat antara AS dan China memengaruhi dinamika geopolitik di kawasan tersebut, yang dapat memengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia dalam menyeimbangkan hubungan dengan kedua negara besar tersebut.
Trump mengurangi perhatian AS terhadap isu-isu hak asasi manusia dalam kebijakan luar negeri, lebih fokus pada keuntungan strategis dan ekonomi. Isu HAM di Papua: Indonesia telah menghadapi tekanan internasional terkait masalah hak asasi manusia di Papua. Kebijakan luar negeri Trump yang lebih pragmatis dan tidak terlalu menekankan hak asasi manusia mungkin memberikan ruang bagi Indonesia untuk mengelola isu ini tanpa terlalu banyak tekanan dari AS. Namun, perubahan ini juga dapat mengurangi upaya internasional untuk menekan negara-negara yang dianggap melanggar HAM.
3.Inflasi Ruipah
Kenaikan nilai dolar AS terhadap rupiah dapat memiliki dampak yang luas bagi ekonomi Indonesia. Dampak negatif termasuk meningkatnya biaya impor, inflasi, dan beban utang luar negeri, sementara dampak positif lebih terlihat pada daya saing produk ekspor Indonesia di pasar global. Namun, ketergantungan Indonesia pada impor barang dan energi yang dihitung dalam dolar membuat penguatan dolar AS seringkali menjadi tantangan besar bagi perekonomian domestik. Pemerintah Indonesia, melalui Bank Indonesia dan kebijakan moneter lainnya, biasanya berusaha untuk menstabilkan nilai tukar rupiah agar dampak negatif dari fluktuasi nilai tukar ini dapat diminimalkan.
KESIMPULAN
"America First" dan proteksionisme secara drastis mengubah dinamika global dalam banyak hal. Dampaknya terasa dalam perdagangan internasional, hubungan luar negeri, kebijakan iklim, dan isu-isu sosial seperti imigrasi. Beberapa kebijakan Trump, seperti tarif perdagangan dan penarikan dari kesepakatan internasional, memperburuk ketegangan antara AS dan negara-negara besar lainnya. Di sisi lain, kebijakan luar negeri yang lebih unilateral dan lebih fokus pada kepentingan nasional seringkali mengguncang aliansi global tradisional, menyebabkan ketidakpastian di banyak kawasan dunia.
Kebijakan-kebijakan Trump memiliki dampak yang cukup kompleks terhadap Indonesia. Di satu sisi, kebijakan proteksionis dan perang dagang memberi Indonesia kesempatan untuk meningkatkan ekspor ke AS, sementara kebijakan imigrasi dan lingkungan yang lebih ketat membawa tantangan tersendiri bagi hubungan sosial dan diplomatik. Di sisi lain, kebijakan luar negeri Trump yang lebih fokus pada "America First" dan ketegangan dengan negara besar seperti China dan Iran menciptakan ketidakpastian geopolitik yang dapat mempengaruhi posisi Indonesia di arena internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H