FOMO dalam Dunia Kosmetik: Dari Kemasan Unik hingga Influencer Marketing Â
Fenomena FOMO juga sangat kuat dalam dunia kosmetik. Ketika sebuah brand kosmetik merilis produk baru dengan kemasan unik dan lucu, masyarakat sering kali terpicu untuk segera membelinya, terutama setelah produk tersebut diulas secara menarik oleh beauty influencer.Â
Salah satu contohnya adalah produk tinted lip balm dari brand lokal Somethinc dengan edisi kemasan unik yang digunakan dengan cara menekan bagian ujung produk. Beauty influencer seperti Tasya Farasya pun memaparkan ulasan kreatif tentang produk ini, menunjukkan estetika kemasan yang membuatnya layak untuk dikoleksi. Fenomena serupa terjadi pada cushion dari Skintific, yang memfokuskan promosi pada keunggulan coverage dan ketahanan cushion mereka, menggunakan testimoni influencer yang menunjukkan hasil "flawless" hanya dalam beberapa detik.
Menurut Dr. Rizky Darmawan, FOMO dalam dunia kosmetik diperkuat oleh estetika produk, ulasan influencer, dan pemasaran eksklusif, yang menciptakan kebutuhan mendesak di kalangan konsumen untuk menjadi bagian dari tren.Â
Coklat Dubai: Tren Terbaru yang Menggoda Konsumen Indonesia Â
Kini, coklat dari Dubai menjadi tren berikutnya. Produk ini berhasil menarik perhatian publik Indonesia melalui media sosial, terutama setelah sejumlah selebritas dan influencer mengunggah momen mereka menikmati coklat ini di Dubai atau membelinya di Indonesia dengan harga yang tidak murah. Dengan kemasan mewah dan cita rasa khas yang tidak dapat ditemukan di pasaran lokal, coklat Dubai dianggap sebagai produk yang eksklusif dan layak dikoleksi, bukan hanya dinikmati.Â
Jessica Halim, pengamat budaya pop, menyebutkan bahwa fenomena FOMO pada produk makanan impor ini didorong oleh ketidakmampuan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut di sembarang tempat. "Konsumen Indonesia semakin penasaran ketika produk yang dipamerkan hanya tersedia di luar negeri atau di beberapa gerai eksklusif. Hal ini semakin memperkuat FOMO karena konsumen merasa perlu menjadi bagian dari tren sebelum terlambat," ujarnya dalam Euromonitor International (2023).Â
Mengapa FOMO Terus Menjadi Bagian Budaya Konsumen Indonesia? Â
Mengamati tren dari dalgona coffee, Cromboloni, Boneka Labubu, hingga coklat Dubai, jelas bahwa FOMO bukanlah fenomena sementara. Faktor-faktor seperti social influence, influencer marketing, dan eksklusivitas produk menjadi pendorong utama yang membuat masyarakat Indonesia rela merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan produk viral ini.Â
Dr. Rizky Darmawan, pakar perilaku konsumen, menjelaskan dalam jurnal Psikologi Konsumen Indonesia (2023) bahwa fenomena FOMO seringkali muncul karena keinginan untuk diakui dalam lingkungan sosial. "Konsumen merasa adanya tekanan untuk mengikuti tren demi tetap relevan, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang lebih aktif di media sosial," katanya.Â
Akankah Tren FOMO Ini Terus Berlanjut? Â