Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi tren besar di Indonesia, tidak hanya di kalangan milenial dan Gen Z, tetapi juga semakin meluas ke berbagai kalangan usia. Ketakutan akan ketinggalan tren yang sedang populer ini terlihat jelas dalam berbagai produk yang tiba-tiba naik daun. Setelah kesuksesan Cromboloni dan Boneka Labubu, sekarang giliran coklat dari Dubai yang mendominasi media sosial Indonesia. Namun, jejak awal tren FOMO ini juga dapat kita lihat sejak masa pandemi COVID-19, ketika fenomena seperti dalgona coffee dan berbagai tren lainnya mulai mencuri perhatian.
Awal Mula FOMO di Tengah Pandemi: Dari Dalgona Coffee ke Kuliner Kekinian Â
FOMO mendapatkan dorongan kuat di masa pandemi COVID-19, saat orang-orang harus menghabiskan waktu di rumah dan beralih ke media sosial untuk hiburan. Salah satu tren yang paling berpengaruh saat itu adalah dalgona coffee. Resep kopi kocok asal Korea ini pertama kali viral di TikTok dan Instagram dan segera diikuti oleh banyak orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Terinspirasi oleh unggahan-unggahan di media sosial, banyak orang di Indonesia mencoba membuat dalgona coffee dan membagikan hasilnya. Tidak ingin merasa "ketinggalan," masyarakat ikut serta dalam tren ini, yang akhirnya memicu fenomena FOMO di tengah masa pandemi.
Tak hanya dalgona coffee, muncul pula tren kuliner lain seperti garlic bread dan milk bun asal Thailand, yang mendapat perhatian besar dari pengguna media sosial di Indonesia. Banyak yang mencoba membuat garlic bread ala Korea dan milk bun yang empuk serta manis, lalu membagikan hasil kreasi mereka di media sosial. Kedua tren makanan ini menunjukkan bagaimana pandemi memperkuat dorongan untuk berpartisipasi dalam tren kuliner global demi menjaga interaksi sosial, meski hanya melalui unggahan di media sosial. Menurut We Are Social & Hootsuite (2024), pandemi menciptakan budaya berbagi di media sosial yang semakin memperkuat FOMO karena banyak orang ingin menjadi bagian dari pengalaman-pengalaman yang viral.Â
Cromboloni: Awal dari Fenomena FOMO di Produk Viral Â
Setelah pandemi, tren FOMO ini berlanjut dengan produk-produk baru seperti Cromboloni pada tahun 2022. Cromboloni, sebuah jajanan kekinian, sukses menarik perhatian masyarakat Indonesia berkat pemasaran eksklusif yang hanya tersedia di beberapa kota besar dengan waktu terbatas. Banyak influencer seperti Jovi Adhiguna dan Sisca Kohl membagikan pengalaman mereka mencicipi Cromboloni, membuat masyarakat merasa "harus" mencobanya agar tak ketinggalan zaman.Â
Menurut laporan We Are Social & Hootsuite (2024), Cromboloni adalah contoh sukses dari pemanfaatan social influence di media sosial. Efek domino ini membuat Cromboloni menjadi makanan yang diburu oleh masyarakat luas, terutama kalangan muda yang aktif di media sosial.Â
Boneka Labubu: Kekuatan Social Influence dalam Koleksi Â
Setelah tren makanan seperti Cromboloni, FOMO beralih ke dunia mainan koleksi. Pada tahun 2021, Pop Mart memperkenalkan Boneka Labubu ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Boneka ini awalnya populer di kalangan kolektor di China, namun berkat influencer internasional seperti Lisa BLACKPINK, Labubu mendapat eksposur besar. Lisa memperlihatkan koleksi Boneka Labubu di media sosialnya, membuat pengikutnya di seluruh dunia, termasuk Indonesia, merasa tertarik.Â
Di Indonesia, influencer populer seperti Tasya Farasya dan Jerome Polin juga ikut memamerkan koleksi mereka, memperkuat fenomena FOMO ini. Berdasarkan data dari Akademi Konsumen Indonesia (2023), Boneka Labubu telah membentuk perilaku kolektif di kalangan kolektor muda yang merasa bangga dan 'keren' memiliki boneka ini. Social influence di kalangan komunitas kolektor memainkan peran penting dalam mendorong orang-orang untuk membeli produk ini dengan cepat, takut ketinggalan tren.Â