Karena mahasiswa Universitas Pakuan paham betul akan dilarangnya politik praktis masuk kelingkungan kampus kecuali keilmuwan politik sebagai kajian akademis, jadi kondisi sampai saat ini bisa dibilang kondusif. Hanya ada perbedaan pandangan yang terjadi di diskusi personal saja, tidak sampai ke ranah organisasi.Â
Sebagai pemegang amanah di BEM KBM Univesitas pakuan, Dwiyansyah mengatakan polarisasi pandangan politik maupun pilihan calon pemimpin pasti ada, namun diluar konteks itu, ketika selesai berdebat, persahabatan harus tetap terjalin. Untuk menanamkan nilai-nilai itu, perlu ada tokoh, ada kata kunci yaitu "solidaritas", argumentasi, fakta, dan data.Â
Mahasiswa harus sadar dirinya sebagai akademisi yang membahas segala sesuatu melalui sudut pandang ilmu pengetahuan bukan subjektivitas pribadi. Sebagai mahasiswa yang berorganisasi, sosialisasikan bahwa persatuan adalah hal yang paling penting untuk dijaga.
Secara tegas Dwiyansyah mengatakan Universitas Pakuan tidak akan teracuni politik praktis yang berpotensi memecah belah persatuan. Mahasiswa Pakuan secara personal juga banyak yang terafiliasi dengan organisasi diluar kampus, mereka secara aktif mensosialisasikan pemilu damai, menjaga kerukunan, turun langsung ke jalan pada saat car free day mensosialisasikan seperti apa pemilu saat ini di tengah polarisasi kebangsaan dibawah entitas keagamaan, jangan sampai terjadi keributan dan perpecahan.Â
Dwiyansyah yang mengaku lebih nyaman ditempatkan sebagai representatif mahasisiwa Universitas Pakuan daripada representatif mahasiswa se-Indonesia ini berpesan, mahasiswa itu dikenal sebagai cendekiawan muda. Oleh karena itu, independensi sangatlah penting. Yang berasal dari mahasiswa kita tindak secara akademis dan yang berasal dari masyarakat kita tindak secara realis.Â
Mahasiswa harus menjaga komintmennya sebagai pengawas kritis jalannya pemerintahan dan bukan sebagai oposisi. Organisasi haruslah menjaga intelektualitasnya agar tidak tersusupi kepentingan asing.
Tips Berkomitmen Meredam Perpecahan Ala Teman-Teman Mahasiswa
1. Agritama Hegar Winara, Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Ibnu Khaldun
Menurut Hegar, kondisi politik di Indonesia saat ini cukup memperihatinkan. Kepentingan para pejabat menjadikan rakyat sebagai korban. Cara Hegar untuk tetap idealis dan meredam perpecahan di tengah kondisi seperti ini adalah aktif memilah mana yang benar dan salah.Â
Hegar berpesan untuk teman-teman mahasiswa, "Jangan takut untuk mengeluarkan aspirasi kalian, karena kita memang diharuskan kritis berbekal ilmu yang kita punya. Jangan munafik dengan membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar."