Ayahku pernah menjadi seorang anak, tapi aku tidak pernah menjadi seorang ayah ..
Ibuku pernah menjadi seorang anak, tapi aku tidak pernah menjadi seorang ibu ..
Orangtua yang sekarang ku panggil ayah dan ibu adalah seorang anak yang dilahirkan penuh suka cita dan menjalanin hari-harinya dengan campuran kesedihan, kegundahan, kekurangan kasih sayang, karena harus berbagi dengan saudara-saudara yang lain.
Diawal masa remajaku saat pubertas, aku sangat bermusuhan dengan ibu, aku menganggap dia adalah musuhku, orang yang suka melarangku, bahkan ada hari dimana aku berfikir, ibuku sangat membenciku dan tak sayang padaku. Tapi karena kepergianku untuk merantau perlahan aku menyadari apa yang terjadi pada ibuku, kenapa ia sampai seperti itu, kenapa ia tak adil, kenapa ia memukulku untuk kesalahan saudaraku, kenapa ia sangat tidak adil dalam pembagian sesuatu, mengapa ia seperti acuh pada apapun hasil pencapaian ku, hingga menghasikan aku yang tidak begitu menyukai keluargaku, aku berfikir bahwa jauh dari mereka adalah yang terbaik.
Ayahku pun tak jauh sama, ia turut menyumbang kemalasanku, kami jarang berinteraksi, tapi aku tau ayahku sangat perhatian, kala dulu sangat ingat, dari ke-4 anaknya, aku anaknya yang paling mudah dibawa kemana-mana, bahkan ke lokasi kerjanya untuk bertemu para tukang saat dia sedang menjadi kepala tim, bertemu saudara jauh dari manapun, disaat anak-anak seumuran ku menangis kangen ibunya, aku jauh lebih ceria dan santai. tapi dibalik kedekatan kita, disaat usia pubertas aku merasa ayahku tidak sepenuhnya menyayangiku, aku sangat suka membaca komik, tapi ayahku bilang tu mahal padahal harga komik hanya 10ribu, hal yang sagat aku ingat ia kembalu ketoko buku dan keluar membawa buku yang harganya jauh lebih mahal dari komik, aku sangat kesal kala itu.
Aku merasa ia jauh lebih sayang kepada saudariku yang lain, ia sangat mengapersiasi adikku yang pandai dalam pendidikan formal, ia memuji semua apa yang adikku lakukan, tapi tidak pada aku yang sangat suka menari dan menjadi penari bayaran untuk acara pembukaan, ia sangat tidak peduli. Aku mencoba peruntungan dengan giat belajar meski aku IPS, nilaiku cukup bagus, saat ujian TO aku mengisi 3 nama tertinggi, tapi lagi-lagi dia bilang itukan cuma TO, gak pengaruh apa-apa. Mungkin itu sederhana tapi untuk kalian para orang tua, itu sangat berbekas, dari hari itu aku sangat membenci semua pelajaran apapun itu, aku sudah tidak peduli lagi, mimpiku hanya ingin di apresiasi.
Berbeda dari kakak dan adikku, kedua orangtua ku tidak pernah khawatir dengan keberadaanku, pernah sekali aku mencoba pulang sangat larut malam, ibuku hanya menulis pesan Kalau mau kabur, pulangin dulu motornya. Aku tertawa sedih membaca pesan itu mengapa mereka sangat tidak peduli denganku? adikku yang pulang telat maghrib saja ibuku sudah khawatir mereka berdua akan menunggu di depan rumah dengan mondari-mandir, menyuruhku menelpon semua kenalan adikku, lantas aku yang pulang jam 11 malam, mereka sama sekali tidak peduli, benarkah mereka tidak peduli dan sayang padaku?Â
Mereka pernah menjadi seorang anak, seharusnya mereka tau apa yang aku rasakan, aku kan belum pernah menjadi orang tua, bagaimana aku tau cara pikir mereka?
Apakah ada seorang yang tau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H