Mohon tunggu...
Olivia Nada
Olivia Nada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Saya merupakan seorang mahasiswa Geografi UI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Kolaborasi Multisektoral dalam Teknologi Desalinasi untuk Mengatasi Krisis Air Bersih

30 Desember 2024   22:50 Diperbarui: 30 Desember 2024   22:44 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Produksi dan Volume Bersih yang Disalurkan (ribu/m3), 2020-2022 (Sumber : Statistik Air Bersih DKI Jakarta Tahun 2020-2022)

Oleh Muhamad Danar Pridana dan Olivia Nada

Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia

Jakarta sebagai kota metropolitan terbesar di Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.672.100 jiwa pada tahun 2023 (RPDP Jakarta 2025-2045). Jumlah penduduk ini kian meningkat setiap tahunnya, menyebabkan semakin meningkat pula kebutuhan air bersih di Jakarta. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 tahun 2017, air bersih atau air untuk Keperluan Higiene Sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan kualitas air minum. Kondisi kebutuhan air bersih meningkat berbalik dengan ketersediaannya yang makin menurun.

Sebagian besar masyarakat Jakarta yang menggunakan air tanah sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Namun, tingginya pengambilan air tanah yang tak terkendali menyebabkan penurunan muka air tanah secara signifikan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya intrusi air laut. Kondisi ini juga telah mencemari sumber air tanah di berbagai wilayah Jakarta, terutama di kawasan pesisir Utara Jakarta. Intrusi air laut juga menyebabkan semakin buruknya krisis air bersih di Jakarta, hal ini dibuktikan dengan peningkatan kadar salinitas pada air tanah yang menjadikannya tidak layak untuk konsumsi.

Peliknya permasalahan intrusi air laut di Utara Jakarta yang menyebabkan susahnya akses terhadap air bersih, tentunya memerlukan solusi yang berkeadilan dan berkelanjutan. Desalinisasi menawarkan solusi untuk menyediakan air bersih yang bisa dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat. Desalinasi merupakan salah satu langkah penting untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-6, yaitu memastikan ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak bagi semua. Kolaborasi multisektoral menjadi kunci untuk merealisasikan tujuan yang tercantum dalam poin 6.a, yaitu pada tahun 2030 memperluas kerja sama internasional dan dukungan pembangunan kapasitas bagi negara-negara berkembang dalam program dan kegiatan terkait air dan sanitasi. Salah-satunya melalui pemanfaatan teknologi desalinasi (Alisjahbana, A, S & Endah, M., 2018). 

Gambar 2. SDGs tujuan ke-6 (Sumber: SDGs Indonesia)
Gambar 2. SDGs tujuan ke-6 (Sumber: SDGs Indonesia)

Instrusi Air Laut: Sekadar Desas-Desus atau Isu Serius?

Isu ‘Jakarta tenggelam’ beberapa tahun terakhir telah menjadi perbincangan yang hangat. Hal ini dikarenakan sejak tahun 1997 - 2011 telah terjadi intrusi air laut sebanyak 1 - 25 cm per tahun. Intrusi air laut adalah naiknya batas antara permukaan air laut dengan permukaan air tanah yang bergerak menuju daratan. Intrusi air laut berdampak pada berkurangnya ketersediaan air bersih di Jakarta. Padahal kebutuhan air bersih semakin bertambah kian meningkatnya jumlah penduduk Jakarta setiap tahunnya. 

Kebutuhan air bersih di Jakarta sebagian besar dipenuhi melalui pemanfaatan air tanah. Sayangnya, dominasi air tanah sebagai sumber air bersih utama menimbulkan dampak negatif akibat ekstraksi air tanah berlebihan yang masih menjadi permasalahan-permasalahan yang mengakar kuat dan cenderung lebih sulit dicari solusinya (Lubis, R. F., 2024). Beberapa wilayah di Jakarta, terutama pesisir Jakarta Barat dan Utara, mengalami masalah kualitas air yang buruk, dengan air tanah yang mengandung bakteri (total coliform) E. Coli dan kadar salinitas tinggi. Intrusi air laut dari Teluk Jakarta semakin memperburuk kondisi ini. Ditambah pertumbuhan penduduk yang secara tidak langsung menyebabkan kebutuhan air bersih juga semakin meningkat. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) DKI Jakarta sebagai perusahaan jasa milik pemerintah masih belum bisa mencukupi kebutuhan dalam mendistribusikan air bersih kepada masyarakat dengan wilayah cakupan layanan seluas 60,3% (PAM Jaya, 2019) sehingga masyarakat yang belum terlayani akan memilih menggunakan sumber air di sekitarnya, salah satunya air tanah yang saat ini sudah mengalami intrusi air laut. Desalinasi Sebagai Solusi?

Mengatasi hal ini, diperlukan suatu solusi yang mampu mengatasi krisis air bersih karena intrusi air laut yang mencemari air tanah di Utara Jakarta. Salah satu solusi utama untuk mengatasi kekurangan air adalah pemisahan garam dari air dalam proses yang disebut desalinasi (Nugroho, A. 2004). Teknologi desalinasi, yang menghasilkan air tawar dengan menghilangkan garam dan komponen mineral lainnya dari air laut, telah menjadi salah satu solusi paling penting untuk pengolahan air dan produksi air minum di dunia (Lin et al dalam Wang J and Huo E., 2022). Desalinasi memungkinkan pemanfaatan sekitar 97% air di bumi yang dianggap terlalu asin untuk konsumsi manusia secara langsung. Terdapat tiga teknik dalam desalinasi air laut yang banyak digunakan, seperti yaitu Multi Stage Flash (MSF), Multi Efftect Distillation (MED) dan Membran Reverse Osmosis (RO) (Nugroho, A. 2004).


Gambar 3. Skema Jenis Proses Desalinasi (Sumber: Nugroho, A., (2004))
Gambar 3. Skema Jenis Proses Desalinasi (Sumber: Nugroho, A., (2004))

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun