"Dis, mau nggak? Dapat dari teman Mbak, nih." Sebuah tangan tersodor ke arahku yang sedang fokus melihat layar komputer. Di ruangan ini hanya tersisa beberapa pekerja yang harus melakukan pekerjaan ekstra di luar jam kerja, alias lembur.
"Apa itu, Mbak?" tanyaku antusias, mengalihkan pandangan dari layar ke arah Mbak Nuri, salah satu rekan kerja di perusahaan tempat aku kerja saat ini.
"Labu kukus, Dis. Mau gak?"
Deg.
Sekelebat memori lampau yang mati-matian aku kubur tiba-tiba memenuhi kepalaku. Pusing. Rasa antusias yang kurasakan beberapa detik lalu mendadak sirna. Aku sedikit menjauhkan tubuh dari Mbak Nuri.
Mbak Nuri langsung menghampiri sesaat setelah menyadari keadaanku yang terlihat seperti dikejutkan oleh sengatan listrik, "Dis! Kamu nggak apa-apa?"
"Ng... Nggak apa-apa, Mbak... Kayaknya badanku kurang enak gara-gara kerjaan." Aku mengangguk dengan wajah yang sedikit pucat, "Btw, makasih udah nawarin makanannya, Mbak. Tapi Gendis masih kenyang."
Bohong.
Aku berbohong.
Aku punya trauma terhadap makanan itu.