2. Menarik, Ciri khas bentuk bangunan Bali yang direalisasikan pada Gereja Santo Yoseph
Dilansir dari buku Pesona Inkulturasi Implementasi Arsitektur Tradisional Bali Bangunan Gereja Paroki St. Yoseph Denpasar, Gereja St.Yoseph Denpasar  memiliki ukuran 500m2/670m2 yang terbentuk sebagian konsep Asta Bumi dan Asta Kosala-Kosali untuk tata ruangnya yang mewadahi kegiatan ritual keagamaan.Â
Peraturan dalam pembangunan gereja Santo Yoseph menjadi salah satu perpaduan antara tata cara mendirikan Pura dan tata cara mendirikan Gereja katolik yang sudah ditentukan oleh Vatikan. Dalam bangunan Gereja St.Yoseph terbagi dalam eksterior dan interior bangunan.Â
Dari segi eksteriornya nih, konsep pengaturan arsitektur tradisionalnya dihubungkan dengan bangunan ibadah di Bali seperti bale kul-kul, candi bentar, kori agung yang pastinya disesuaikan tata letak seperti bangunan Pura. Arah Gereja Santo Yoseph dibangun menghadap ke barat yang melambangkan arah matahari terbit pada golongan area Nista Mandala.Â
Sedangkan dari segi interior Gereja Santo Yoseph pure menggunakan aturan  tata letak ruang untuk peribadatan yang sudah ditetapkan dari Vatikan seperti penempatan altar, ruang pengakuan dosa, tabernakel, ruang umat, ruang sakristi, ruang koor, dll. Menarik sekali ya, perpaduan yang saling menyeimbangkan meskipun berbeda desainnya.
3. Wah, bangunan gereja penuh dengan ornamen dekoratif/ukiran yang memukau mata!
Pastinya budaya Bali tidak lupa dengan unsur tradisi lokal setempat nih yang salah satunya paling dominan adalah ornamen dekoratif Bali yang diletakkan di bagian interior ruangan juga tidak lupa pada fasilitas gereja.Â
Menarik banget ya, ornamen yang diterapkan yaitu unsur dekoratif seperti dedaunan atau bunga-bunga dengan gabungan cerita-cerita Alkitab atau orang suci sebagai aksennya gereja.Â
Ornamen dan relief dipadukan dengan fasilitas penunjang peribadatan yang menjadi satu kesatuan contohnya pada bagian area altar dan tabernakel. Kenapa begitu? karena dinding dari area ini penuh dengan ukiran ornamen yang kalau kalian tahu dinding ini dipahat secara manual loh oleh seniman lokal Bali, jadi material dari dindingnya yaitu bahan padas alam (paras) dan bata merah.Â