Mohon tunggu...
Olivia Cherie Comeito
Olivia Cherie Comeito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Fakultas Hukum

Hobi saya menulis, membaca, bercerita, dan mendengarkan musik :)

Selanjutnya

Tutup

Nature

10 Penerapan Basic Sustainable Living dalam Era Revolusi Industri 4.0

11 Juni 2022   12:31 Diperbarui: 22 Juni 2022   20:42 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


5. Memilih pakaian yang merupakan slow fashion ketimbang fast fashion.
Sesuai dengan namanya, slow fashion adalah antitesis dari industri fast fashion. Kalau fast fashion mementingkan kuantitas dan produksi yang cepat, slow fashion lebih menekankan kualitas produk dan pemakaian yang lebih lama. slow fashion dibuat dengan proses lebih lambat, ini membantu barang fashion tidak cepat berganti mengikuti tren secara cepat. Produk slow fashion juga cenderung dibuat untuk masa pakai yang lama sehingga tidak mudah usang lalu terbuang sehingga menjadi ramah lingkungan. Sebaliknya, produk fast fashion tentunya bergantung pada tren jaman sehingga jika trend tersebut berubah, maka baju-baju yang sebelumnya dapat terbengkalai dan menjadi limbah pakaian.


6. Mengurangi penggunaan transportasi pribadi.
Sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang gas karbon tertinggi. Bukan hal baru jika polusi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor mempengaruhi kualitas udara. Sebagai solusinya, anda dapat mulai membiasakan menggunakan transportasi publik untuk pergerakan keseharian.  Apalagi beberapa fasilitas transportasi umum sudah mendukung dari segi kenyamanannya.  Anda juga bisa memanfaatkan bersepeda atau jalan kaki untuk pergerakanmu ke tempat yang lebih dekat. Selain lebih hemat ongkos, bersepeda dan jalan kaki juga jadi sarana olahraga untuk kesehatan.  


7. Memilah sampah di rumah.
Untuk menjaga kebersihan lingkungan secara umum, kita dapat mengkategorikan jenis-jenis sampah menjadi :


•Sampah Padat (Anorganik)
Sampah anorganik adalah sampah yang terdiri atas bahan-bahan anorganik. Contoh bahan-bahan anorganik adalah bahan logam, plastik, kaca, karet, dan kaleng. Sifat sampah anorganik adalah tahan lama dan sukar membusuk.
Sampah ini tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme tanah. Apabila dibuang sembarangan, sampah anorganik dapat menimbulkan pencemaran tanah.


•Sampah Basah (Organik)
Sampah organik adalah sampah yang terdiri atas bahan-bahan organik. Sifat sampah organik adalah tidak tahan lama dan cepat membusuk. Biasanya sampah jenis ini berasal dari makhluk hidup. Contohnya adalah sayur-sayuran, buah-buah yang membusuk, sisa nasi, daun, dan sebagainya.
Sampah organik mudah diuraikan mikroorganisme tanah. Hanya saja jenis sampah akan menimbulkan bau kurang sedap jika tidak dikelola dengan baik.


8. Mengumpulkan sampah dan mendistribusikannya ke bank sampah.
Setelah mengklasifikasi jenis-jenis sampah, anda dapat mendistribusikannya ke Bank Sampah. Bank Sampah itu sendiri merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung yang juga disebut nasabah memiliki buku tabungan dan dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Dengan car aini, anda dapat menjaga kebersihan lingkungan dengan mendapatkan keuntungan lainnya.


9. Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan.

Bijak dalam penggunaan air adalah salah satunya. Usaha menghemat air sudah menjadi kebiasaan yang terus digaungkan sejak dahulu. Anda dapat menghemat air dengan tidak membiarkannya mengalir berlebihan saat sedang menyikat gigi, bercukur, mencuci muka ataupun mencuci. Sumber energi lainnya yang perlu kesadaran dalam pemakaiannya adalah listrik. listrik hampir menjadi kebutuhan esensial terutama di rumah tangga. Cara sederhana dalam melakukan penghematan listrik adalah dengan mencabut perangkat dari aliran listrik dan mematikan lampu jika tidak digunakan.


10. Memiliki komunitas Sustainable Living.
Konsep yang terakhir adalah tergabung dalam komunitas yang dapat mewadahi anda dengan baik, yaitu komunitas sustainable living. Jika anda sudah memiliki wadah yang juga mendukung setiap usaha yang anda lakukan, anda bisa memiliki semangat yang lebih karena mendapatkan dukungan dari komunitas yang memiliki latar belakang yang sama dengan anda. Karena dengan bersama-sama, anda dapat menjaga lingkungan dengan maksimal.

Itu tadi merupakan 10 Basic Sustainable Living yang dapat kita terapkan sebagai upaya untuk menjaga lingkungan dan bumi kita. Jangan pernah merasa bahwa melakukan sustainable living merupakan hal yang sia-sia karena melihat masih banyak pabrik ataupun orang-orang terkenal yang belum bisa menerapkan basic sustainable living tersebut. Kita tidak bisa mengontrol hal-hal yang ada di luar kendali kita, tetapi yang perlu dan harus tetap kita lakukan adalah tidak kehilangan value dalam diri kita untuk tetap mau menjaga lingkungan di mulai dari diri sendiri yang dapat membawa dan menjadi perubahan kepada lingkungan.

Referensi : Putri, K. (2022, February 25). Apa Itu Sustainable Living ? Sustaination. Retrieved June 11, 2022, from https://sustaination.id/apa-itu-sustainable-living/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun