Mohon tunggu...
Olivia Cherie Comeito
Olivia Cherie Comeito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Fakultas Hukum

Hobi saya menulis, membaca, bercerita, dan mendengarkan musik :)

Selanjutnya

Tutup

Nature

10 Penerapan Basic Sustainable Living dalam Era Revolusi Industri 4.0

11 Juni 2022   12:31 Diperbarui: 22 Juni 2022   20:42 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era revolusi industri 4.0 di Indonesia sering disebut juga sebagai Making Indonesia 4.0. Istilah ini sebenarnya mengandung makna positif dan dapat memicu perkembangan Indonesia serta merevitalisasi industri nasional secara keseluruhan, baik dari keseluruhan pihak mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Dalam era Revolusi Industri 4.0 atau yang kerap disebut era digital 4.0 ini tentunya membawa banyak perubahan pada lingkungan yang salah satunya adalah globalisasi yang akan meningkat lebih pesat karena dengan adanya teknologi yang memudahkan mobilisasi informasi menjadi lebih cepat dan mudah, data dari suatu Negara tersebar ke seluruh pelosok. Digitalisasi pada dasarnya juga menimbulkan efek negatif bagi bumi. Setiap kita menjalankan sebuah aplikasi digital, timbul emisi dari setiap rantai perangkat pendukung, mulai dari smartphone yang kita gunakan, perangkat jaringan internet yang mengalirkan data, sampai data center tempat data diolah. Dampak dari globalisasi tersebut tentunya juga dapat memperburuk keadaan iklim bumi kita menjadi lebih krisis lagi.

Karena krisis perubahan iklim yang disebabkan oleh kemajuan jaman pada era revolusi industry 4.0 ini maka pada tanggal 6 April 2022 telah terjadi aksi protes yang dilakukan oleh para ilmuwan NASA yang menyuarakan peringatan mengenai krisisnya perubahan iklim global yang terjadi. Tetapi ironisnya, para ilmuwan tersebut malah ditangkap di Los Angeles setelah menyuarakan aksinya. Akan hal tersebut, tagar #LetTheEarthBreathe pun menjadi viral di media sosial sebagai bentuk kesadaran akan bahayanya keadaan bumi kita.

Perlu diketahui bahwa, plastik merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim. Karena, sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik mengemisikan banyak gas rumah kaca ke atmosfer. Plastik terbuat dari minyak bumi dengan proses mengubah komponen minyak bumi manjadi molekul kecil yang disebut monomer.


Berdasarkan berbagai penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan plastik dan limbah plastik kian meningkat setiap tahunnya. Bahkan, ada riset yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia.
Dibandingkan dengan jenis sampah lainnya, proses penguraian sampah plastik memakan proses yang jauh lebih lama karena memerlukan bantuan radiasi sinar UV. Bahkan, penguraian sampah plastik bisa memakan waktu hingga 20–500 tahun lamanya.
Bila tidak terurai dengan benar, proses penguraian plastik justru menghasilkan partikel kecil atau mikroplastik, senyawa kimia, dan logam berat yang lebih berbahaya dan beracun.


Sampah plastik yang dibuang sembarangan berpotensi merusak dan mencemari lingkungan. Limbah plastik juga termasuk dalam sumber polusi lingkungan terbesar di seluruh dunia. Apabila dibiarkan begitu saja, dampak sampah plastik bisa berbahaya bagi ekosistem dan kelangsungan hidup di Bumi. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk menekan dampak sampah plastik yang dapat terjadi.


Untuk menekan penggunaan plastik yang sangat berbahaya bagi lingkungan, Kita sebagai generasi muda dapat melakukan perubahan terhadap lingkungan dengan cara menerapkan Basic Sustainable Living. Apa itu Basic Sustainable Living? Dalam konteks pelestarian lingkungan, Basic Sustainable Living dapat diartikan sebagai gaya hidup ramah lingkungan yang mencoba untuk membatasi penggunaan sumber daya bumi dan produk-produk yang berdampak buruk untuk lingkungan yang salah satunya adalah penggunaan sampah plastik yang ada di Bumi.

Tentunya tidak mudah bagi kita untuk sepenuhnya hidup zero waste tanpa penggunaan plastik, karena kita masih akan terus bergantung kepada plastik. Tetapi kita dapat memulai perubahan tersebut dengan menerapkan hal yang simple atau dapat dikenal dengan basic sustainable living tersebut. Bagaimana contoh atau konsep penerapannya? Berikut 10 cara sederhana yang dapat dilakukan untuk menerapkan Sustainable Living pada Era Revolusi Industri 4.0 :

1. Membawa reusable bag dan wadah-wadah sendiri untuk belanja.
Penggunaan plastik yang berlebihan banyak sekali ditemukan di pasar ataupun supermart. Jika anda ingin berbelanja untuk kebutuhan bulanan rumah maka anda dapat membawa tas untuk membawa barang-barang belanjaan anda. Penggunaan reusable bag ini dapat digunakan terus menerus sehingga dapat mengurangi penggunaan sampah. Lalu jika anda ingin membeli ikan, ayam, atau sayuran, anda juga dapat membawa wadah-wadah yang terpisah untuk setiap jenis bahan makanan yang anda beli alih-alih menggunakan plastik yang berlebihan.


2. Membawa botol minum sendiri kapan pun kemana pun.
Selanjutnya adalah membawa botol minum dari rumah alih-alih membeli air kemasan yang terbuat dari plastik dan berujung menambahkan sampah. Dengan membawa botol minum sendiri, anda juga dapat menerapkan hidup hemat dan tidak mengeluarkan uang lebih.


3. Tidak menggunakan sedotan saat memesan minuman di café/restoran.
Yang ketiga adalah untuk tidak menggunakan sedotan plastik setiap membeli minuman di café/restoran. Anda dapat mengganti sedotan plastik menjadi sedotan berbahan dasar bambu atau stainless steel. Penggunaan sedotan berbahan dasar bambu atau steinless steel dapat anda pakai berulang kali dan tentunya juga dapat anda bersihkan. Isu mengenai sedotan plastik ini juga masih sangat ramai karena penggunaannya yang sangat banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Contohnya seperti polusi air dikarenakan banyak terkumpul sampah-sampah plastik yang bahkan membahayakan hewan laut.


4. Decluttering pakaian yang sudah tidak digunakan.
Decluttering sendiri berarti kegiatan membersihkan dan menyingkirkan barang-barang yang disimpan di sekitar rumah tadi. Jadi, secara sederhana decluttering pakaian adalah menyingkirkan pakaian yang kita punya di lemari. Pakaian yang sudah disingkirkan dan sekiranya masih layak nantinya dapat diberikan kepada yang membutuhkan ataupun di jual Kembali. Dengan proses decluttering ini, kita dapat menyaring limbah pakaian buangan. Contohnya seperti bahan polyester dan nilon membutuhkan waktu antara 20-200 tahun hingga bisa terurai. Di sisi lain, industri fashion juga menyerap begitu banyak sumber daya air. Sebagai gambaran, produksi satu potong jeans membutuhkan 7500 liter air. Ini setara dengan rata-rata jumlah air minum yang kita konsumsi selama tujuh tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun