Mohon tunggu...
Olivia
Olivia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Emotional Intelligence yang Dikemukakan oleh Daniel Goleman

14 November 2024   05:53 Diperbarui: 14 November 2024   07:59 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emotional Intelligence (EI) oleh Daniel Goleman adalah konsep yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, mengelola, dan menggunakan emosi, baik emosi diri sendiri maupun emosi orang lain, secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Goleman memperkenalkan konsep ini dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (1995), yang menjelaskan bahwa kecerdasan emosional memainkan peran yang sangat penting dalam kesuksesan pribadi dan profesional, bahkan lebih penting daripada kecerdasan intelektual (IQ).

Goleman membagi kecerdasan emosional menjadi lima komponen utama:

Kesadaran Diri (Self-Awareness): Kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi diri sendiri, serta pengaruhnya terhadap perilaku dan pemikiran. Ini juga mencakup kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri.

Pengelolaan Diri (Self-Regulation): Kemampuan untuk mengelola emosi dengan cara yang sehat dan positif, menghindari reaksi impulsif, dan menjaga kontrol diri dalam situasi yang emosional atau penuh tekanan.

Motivasi (Motivation): Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menetapkan tujuan yang bermakna, dan memiliki tekad untuk mencapainya, bahkan ketika menghadapi tantangan atau kegagalan.

Empati (Empathy): Kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, serta mampu melihat dunia dari perspektif mereka. Empati penting dalam membangun hubungan yang baik dan mendukung komunikasi yang efektif.

Keterampilan Sosial (Social Skills): Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara positif, membangun hubungan yang sehat, bekerja sama dalam tim, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.

Goleman berargumen bahwa kecerdasan emosional dapat dilatih dan dikembangkan sepanjang hidup, dan bahwa ini adalah keterampilan yang lebih relevan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti hubungan interpersonal, pekerjaan, dan kesehatan mental, dibandingkan dengan IQ tradisional.

Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002:44).

Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun