Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terima Kasih KH. Ma’ruf Amin, KH. Tengku Zulkarnain, Buni Yani & TV One?

20 Oktober 2016   14:48 Diperbarui: 26 Oktober 2016   15:23 6968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
oliviaarmasi.wordpress.com

Walhasil, bisa kita bayangkan bagaimana kelak seandainya salah satu dari mereka menjabat. Jangankan menghadapi buasnya mafia, preman & oknum birokrat ibu kota, menyikapi FPI & demo bayaran saja mereka ikut arus tak berdaya.  

 Kedua, بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari). Adanya perbedaan terjemahan satu ayat menjadi sangat penting untuk disimpulkan mana yang benar agar tidak menyesatkan. Bisa jadi dua-duanya benar. Yang keliru adalah penggunaan ayat tersebut karena tidak sesuai ‘konteks’. Ayat-ayat yang berkaitan dengan sejarah perang semestinya tidak bisa diambil hanya satu ayat saja. Apalagi untuk tujuan politis yang dilandasi dengan kebencian.

Demi kepentingan sesaat, jika hanya satu-satu ayat yang dipakai maka beberapa ayat bisa membingungkan bahkan bisa dipahami bertentangan. Seperti contoh : QS. Al Maidah: 51 dengan QS. Al Baqarah: 62 dan QS. Al Maidah: 69. Jawaban ulama MUI pasti harus dilihat asbabun nuzulnya. "Lah tapi kenapa Al Maidah 51 tidak?"

Logika orang awam, ibarat “kultwit” harus dilihat ‘konteks’, tidak dapat diambil satu “twit” saja. ^_^

Ketiga, Umat muslim diseluruh Indonesia yang menyimak Pilkada DKI otomatis membaca Al Maidah 51. Bagi yang tulus membaca dan mencari tahu kebenaran ‘konteks’ mengapa ayat tersebut diturunkan, mereka mendapat ilmu dan pahala.

Tapi tidak bagi yang googling semata-mata mencari pembenaran “Wah, ayat ini pas untuk Ahok”. Golongan ini akan semakin tersesat dan berdosa karena mengeksploitasi ayat suci untuk tujuan yang tidak semestinya.

Keempat, Masyarakat yang tadinya abai dan mengira MUI lembaga negara, jadi paham apa itu MUI. “Oh, cuma LSM to”. Masyarakat jadi tahu ulama-ulama seperti apa yang mendominasi serta menguasainya. Kalau tugas pokoknya menyertifikasi halal, sangat tidak pas mestinya menjadi ranah lembaga pemerintah.

Kelima, Islam adalah agama yang logis. Menjadi aneh jika MUI sebagai representasi ulama yang harus ditaati, ternyata fatwanya membuat kita mengernyitkan dahi. “Masa gua yang bego sih?” Sudah saatnya MUI produk ORBA dievaluasi keberadaannya.

Keenam, Dari dampak & peristiwa yang di desain pasca fatwa MUI dan ILC TV One, merupakan warning bagi pemerintah. Adanya paham radikal & intoleran yang tak segan memperalat masyarakat. Mudahnya masyarakat dipengaruhi & dimobilisasi, artinya kurikulum pendidikan kebangsaan & pemahaman agama, ada yang kurang dan perlu dibenahi.  

Kebodohan yang terus-menerus dieksploitasi akan menjadi bibit-bibit bahaya laten radikalisme dan keutuhan NKRI.

Ketujuh, Merujuk pada Ali Imron 187 & 199, kita jadi tahu jenis ulama ternyata ada dua yaitu ulama dunia dan ulama akhirat. “.. pantas saja ulama yang bersorban itu kok tidak memiliki aura keteduhan & menyejukkan seperti Rasulullah tapi malah lebih mirip Abu Jahal”. ^_^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun