Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bersama Anies dan Sandiaga Menuju Jakarta yang Islami?

25 September 2016   23:31 Diperbarui: 25 September 2016   23:49 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilgub DKI 2017 menjadi momentum bagi warga muslim Jakarta yang merasa belum terakomodir kepentingan dan aspirasinya dengan demonstrasi menyatakan sikap penolakan terhadap Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pada puncaknya mereka melakukan deklarasi Risalah Istiqlal.

Melihat tiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang telah resmi mendaftar di KPU, dapat disimpulkan pasangan mana yang paling memenuhi syarat dan kriteria sesuai Deklarasi Risalah Istiqlal.

Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat, pasangan yang paling tidak memenuhi kriteria. 

Penolakan terhadap Ahok menurut para deklarator Risalah Istiqlal bukan karena Ahok non muslim, tapi karena kebijakannya. Menggusur warga yang tinggal di kawasan kumuh ilegal kemudian memindahkannya ke rusunawa bersubsidi. Selain itu warga rusunawa berhak mendapatkan transportasi bus gratis, bus sekolah, KJP serta KJS. Kemudian membongkar apartemen, ruko dan bangunan milik pengembang yang menyalahi aturan dan peruntukan, menggusur kawasan prostitusi liar Kalijodo, memalak para taipan pengembang dan pengembang reklamasi untuk membangun infrastruktur DKI.

Dalam orasinya, tokoh-tokoh deklarasi Risalah Istiqlal menyatakan karena kebijakan yang ngawur tersebut, Ahok dikategorikan sebagai gubernur zalim.

Agus Harimurti – Sylviana Murni, pasangan ini juga tidak masuk kriteria. Pertama, keyakinan bahwa perempuan sebagai imam adalah tabu dan dilarang. Kedua, stigma koruptor yang melekat pada mertua Agus Harimurti. Ketiga, SBY dianggap gagal memimpin partai Demokrat karena banyak kader-kadernya yang terjerat kasus korupsi. Bagaimana jika kelak demokrat memimpin DKI? Keempat, Figur Agus Harimurti terang benderang menegaskan hasrat dan ambisi SBY membangun dinasti politik keluarga seperti Ratu Atut. Kepentingan yang mengedapankan kepentingan pribadi diatas kepentingan rakyat sangatlah tidak Islami.

Anies Baswedan – Sandiaga Uno, Pasangan ini yang paling memenuhi syarat dan kriteria deklarasi Risalah Istiqlal.

Pada awalnya, keinginan Sandiaga Uno yang menjadi cawagub adalah Saefullah. Dengan pertimbangan Saefullah adalah Sekda, tokoh Islam, ketua NU DKI Jakarta, ormas Islam terbesar dan asli putra Betawi.

Keinginan Sandiaga ditolak oleh PKS. Walaupun Saefullah adalah tokoh Islam tapi tidak memenuhi kriteria sebagaimana Islam menurut gerakan Islam yang modern. PKS sebagai alat perjuangan politik gerakan Islam kampus, identik dengan kalangan cerdik pandai, intelek dan eksklusif, berbeda dengan ormas NU dan Muhammadiyah yang sebagian besar warganya tidak terdidik, tradisional.

Sebagai pengganti Saefullah munculah nama Anies Baswedan Phd, seorang cendekiawan muslim modern yang sangat populer, istimewa serta fenomenal dan berpengalaman menteri. Anies bukan warga NU dan bukan warga Muhammadiyah. Bahkan Anies memiliki kelebihan bawaan lahir sebagai keturunan Arab yang memiliki nilai lebih dibanding Saefullah yang keturunan Betawi.

Akhirnya, Prabowo pun menyadari bahwa bersama Anies, Sandiaga Uno akan sangat diuntungkan. Maka sudah sewajarnya, walaupun Gerindra memiliki kursi lebih banyak dibanding PKS, dengan tulus ikhlas Anies Baswedan diberi kehormatan menjadi Calon Gubernurnya. Bukan cuma itu saja bahkan untuk urusan logistik serta biaya Pilgub ditanggung seluruhnya oleh Sandiaga Uno.

Penolakan Koalisi Gerindra dan PKS terhadap figur Saefullah sebagai cawagub telah melalui kajian mendalam, dengan perhitungan dan kalkulasi politik yang sangat matang bahwa ormas NU dan Muhammadiyah tidak terlalu penting dan tidak berpengaruh, karena populasi NU dan Muhammadiyah di Jakarta tidak seberapa.  

Strategi untuk memenangkan pasangan Anies-Sandiaga belajar dari pengalaman PKS yang pernah berjaya di Jakarta. Untuk mengalahkan Ahok Djarot & Agus Sylviana cukup memanfaatkan jaringan gerakan Islam kampus, didukung deklarator Risalah Istiqlal bersama FPI dengan Habib Riziq-nya serta Hizbut Tahrir sebagai reperesentasi Islam modern di Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun