Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kasus Jessica, Jaksa Galau gara-gara Jaja?

9 September 2016   11:37 Diperbarui: 9 September 2016   19:13 6285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://oliviaarmasi.blogspot.co.id/

Ada ahli yang mempelajari rekaman CCTV. Walaupun tidak ada satupun rekaman yang memastikan kapan sianida dituangkan pada kopi Mirna.

Ada saksi ahli yang mengamati, membaca wajah hingga gerak-gerik gelisah dan mencurigakan Jessica. Padahal gelisah banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebabnya. Kegelisahan Jessica yang terbaca ahli, barangkali Jessica saat itu kebetulan sedang ada problem lain, atau kebelet misalnya.  

Ada saksi ahli yang menyimpulkan bahwa Jessica adalah psikopat. Kesimpulan psikopat duperlukan JPU sebagai argumen pembenar bahwa tewasnya Mirna tidak perlu motif. Bahkan beredar rumor entah siapa yang menyebarkan kalau Jessica memiliki perilaku menyimpang.

Keterangan saksi ahli yang meringankan Jessica, membuat jaksa galau dan panik. Terlihat reaksi mereka saat menanggapi dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada saksi ahli. Emosional dan tidak substansial.

Saksi ahli berbeda dengan saksi biasa. Bukan untuk meringankan atau memberatkan. Saksi ahli adalah mitra persidangan. Keterangan sesuai dengan bidang ilmunya adalah sebagai bahan pertimbangan. Aneh jika jaksa atau hakim menunjukkan sikap tidak bersahabat.

Saksi ahli pertama justru yang dipermasalahkan adalah administrasi keimigrasiannya. Saksi berikutnya, sepertinya Jaksa enggan mendengarkan penjelasan Djaja secara utuh. Pertanyaan dan pernyataan jaksa menggiring saksi bingung. Padahal dokter Djaja adalah saksi ahli yang sangat penting diminta keterangannya. Djaja menangani dan kontak langsung dengan jasad Mirna lebih awal dibanding ahli-ahli yang lain.

Kesaksian dr. Djaja, meluluhlantakkan skenario, opini dan cerita yang telah dibangun polisi dan jaksa.

Dengan dasar hasil visum yang sama mengapa kesimpulan ahli berbeda? Maka wajar jika kesimpulan yang kontradikitif tersebut, masyarakat perlu mempertanyakan kinerja polisi dan jaksa.

  • Mengapa tidak dilakukan otopsi? padahal dengan dilakukan otopsi "sebab mati" menjadi jelas. Dan akan memudahkan polisi serta jaksa menyelesaikan tugasnya.   
  • Mengapa dr. Djaja sebagai ahli forensik dan menangani jasad Mirna tidak diikutsertakan dalam proses penyelidikan, penyidikan hingga penyusunan dakwaan? 
  • Hasil labfor forensik barang bukti botol berisi kopi mengandung kadar sianida tinggi. Menurut dr. Djaja dengan kadar tersebut bisa berakibat satu ruangan "teler", mestinya perlu didalami dan dibuktikan dalam persidangan;
  • Jika kadar sianida di botol tinggi, mengapa sianida yang terdapat di lambung sangat kecil dan tidak menyebar keorgan tubuh yang lain. Kesimpulan Djaja, kadar sianida tersebut tidak cukup untuk membunuh manusia. Karena ilmu pengetahuan adalah berlaku universal seluruh dunia maka hakim sebelum memutuskan vonis perlu medapatkan keterangan ahli lain yang independen. Kalau perlu ahli ternama dan terpercaya dari luar negeri;
  • Kadar sianida di botol yang sangat tinggi bisa membuat "teler" manusia dengan radius 500 m2. Sementara pengakuan dua pelayan cafe yang mencicipi kopi bekas Mirna hanya merasakan kebas. Mengapa tidak terjadi sesuatu yang fatal pada mereka? Menurut Djaja, rasa sianida seperti sabun. Djajapun sempat menawarkan kalau tidak percaya pak Jaksa boleh nyoba ^_^; 
  • Keterangan Djaja, dari hasil visum warna lambung kehitaman, bibir dan kuku berwarna biru. Hal tersebut terjadi akibat kekurangan oksigen. Sedangkan keracunan sianida justru sebaliknya. Reaksi racun sianida berakibat lambung berwarna merah, tubuh menjadi kemerah-merahan. Mengapa tiba-tiba muncul photo jasad Mirna yang kemerah-merahan padahal hasil visum biru kehitaman. Perlu dipertanyakan apakah karena make up blush on atau rekayasa photoshop?

Bisa saja Jessica memang benar pembunuh Mirna. Tapi, jangan paksakan cerita kopi sianida menjadi penyebab tewasnya Mirna untuk menghukum Jessica.

Karena Jessica, ilmu pengetahuan tentang racun sianida bisa menjadi kacau. Literatur yang berkaitan dengan efek keracunan sianida, diseluruh dunia harus dirubah.

PR bagi aparat untuk mengungkap kejadian sebenarnya, secara profesional dan seadil-adilnya. Kinerja aparat jangan sampai dilandasi motivasi dan ambisi harus menang dalam persidangan, apalagi untuk kepentingan karir dan prestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun