Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lawan Terberat Ahok Adalah…

13 Agustus 2016   09:15 Diperbarui: 14 Agustus 2016   14:57 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
oliviaarmasi.blogspot.co.id

Siapapun yang menjadi lawan Ahok di Pilgub 2017 sangat diuntungkan situasi dan kondisi Ahok yang mempunyai musuh terlalu banyak.

Pilihan sikap Ahok, memunculkan rombongan dan gerombolan manusia-manusia yang merasa senasib sependeritaan. Hingga kemudian mereka membentuk Komunitas Korban Ahok. Mereka bersatu padu, bahu membahu menjadikan Ahok musuh bersama Asal Bukan Ahok. Daftar musuh Ahok antara lain :

  • Oknum-oknum elit politisi yang ada disemua parpol termasuk oknum politisi parpol pengusung Ahok yang terganggu kepentingannya;
  • Oknum-oknum PNS aktif yang pemalas, korup dan eks PNS yang dipecat;
  • Oknum-oknum PNS yang belum bisa merubah mindset dan menerima perubahan sebagai pelayan rakyat. Berpuluh-puluh tahun mereka adalah pamong praja yang harus dihormati, harus dilayani & ditakuti. Karena Ahok, mereka merasa diperlakukan seperti jongos/babu;
  • Oknum-oknum pengembang reklamasi maupun pengembang lainnya penentang kebijakan kontribusi yang tak lagi bisa di nego. Karena Ahok tak bisa diajak kolusi. Dan kebijakan kontribusi tambahan yang mengurangi keuntungan mereka;
  • Oknum-oknum pengusaha penentang kebijakan upah minimum yang ditentukan Ahok berdasarkan perhitungan Koefisien Hidup Layak;
  • Oknum-oknum konsultan yang tak bisa lagi pesta pora bikin DED-DED dan kajian-kajian yang hanya menjadi arsip pemda;
  • Oknum-oknum pengusaha kontraktor dan pengadaan yang hanya bermodal SIUP/IUJK yang kini gigit jari dengan kebijakan e-katalog dan lelang konsolidasi;
  • Oknum-oknum pengusaha biro iklan;
  • Oknum-oknum pengusaha event organizer (EO);
  • Pengusaha-pengusaha dan preman parkir yang dulu ongkang-ongkang terima setoran;
  • Oknum-oknum aparat beking preman seperti di lokalisasi liar Kalijodo;
  • Preman-preman penguasa tanah negara yang disewa-sewakan baik untuk lapak liar, hunian kumuh;
  • Preman dan pengusaha penguasa kios dan los pasar tradisional;
  • Oknum-oknum LSM;
  • Oknum-oknum Ketua RT/RW yang tidak bisa lagi melakukan pungli;
  • Kelompok intoleran yang merasa paling berhak atas kapling surga;
  • Kelompok rasis yang menafikan Kuasa Tuhan YME menciptakan manusia menjadi berbagai macam suku dan bangsa;
  • Oknum-oknum rakyat

Lawan terberat Ahok

Dengan musuh Ahok yang seabreg dan semua kandidat lawan Ahok diuntungkan, tapi siapa sebenarnya lawan terberat Ahok? Apakah Risma si ibu baper bersumbu pendek, Ridwan Kamil yang ahli taman tematik, Syafrie Syamsudin yang pernah gagal mengamankan ibu kota, Rizal Ramli yang tidak jelas cita-citanya? Mereka sama sekali bukan lawan Ahok.

Walaupun Ahok memiliki modal elektabilitas, popularitas dan tingkat kepuasan publik yang tinggi, bukan tidak ada yang dapat menjadi lawan sepadan. Dan lawan terberat Ahok adalah SANDIAGA UNO. 

Sandiaga Uno yang bisa dikatakan telah selesai dengan urusan harta. Saatnya aktualisasi diri untuk melengkapi curriculum vitae hidupnya. Diusia yang masih sangat muda, Sandy dinobatkan majalah Forbes sebagai salah satu orang terkaya Indonesia urutan ke 29. Kekayaannya yang tercatat versi Forbes, belum termasuk yang belakangan ketahuan di Panama Papers.

Gerindra sangat menyadari peluang menang melawan Ahok tidak bisa dengan adu program. Lawan politik Ahok hampir tidak mempunyai celah mau menjanjikan Jakarta mau dibuat seperti apalagi. Program-program terbaik menuju Jakarta Megapolitan, inovasi, bahkan diskresi serta kebijakan tidak populis yang dihindari politisi/ pejabat publik pada umumnya dan cenderung merugikan dirinya sendiri, pun telah dilakukan Ahok.

Meniru hal sama yang seperti Ahok? hingga saat ini belum ada yang mampu dan bisa melakukan. Misal, sikap garang seperti yang ditunjukkan Risma dan Kamil ke publik. Mereka galak hanya pada orang-orang yang tidak punya kewenangan dan kekuasaan.

Maka, melawan Ahok adalah hanya dengan strategi :

  • Dihadapan publik adu sopan, adu santun, religius, bermanis muka, mencitrakan seorang yang halus, penyayang dan rendah hati.
  • Dibelakang melakukan politik uang, kampanye hitam dan intimidasi

Keputusan Gerindra menetapkan Sandiaga Uno sebagai calon DKI 1 paling realistis. Disamping Sandy memenuhi kriteria sebagai antitesa Ahok. Muda, ganteng, santun, religius, kaya raya serta rendah hati. Yang pasti faktor utama, melawan Ahok butuh butuh "gizi" modal yang sangat besar.   

Keberhasilan dan kesuksesan Sandiaga Uno membangun kerajaan bisnisnya sebagai konsultan investasi adalah karena Sandy piawai melakukan lobbying. Artinya Sandy adalah orang yang sangat akomodatif dan bukan orang yang berbahaya dan membahayakan secara politik seperti Ahok.

Sandy sebagai pribadi adalah manusia yang baik. Tapi Sandy sebagai Lawan Ahok pasti akan ditunggangi oleh musuh-musuh Ahok.

Ahok menyadari situasi dan kondisi dirinya. Bahwa peluang memenangkan pertarungan Pilgub DKI bukanlah hal yang mudah. Situasi dan kondisi dan posisi Ahok saat ini lebih berat dibanding Pilgub di 2012. Saat itu, lawan-lawan Jokowi-Ahok selain ingin menguasai DKI. Perlawanan mereka bukanlah atas dasar kebencian. Tapi hanya semata-mata tidak suka dan tidak rela dipimpin Jokowi-Ahok yang berasal dari kampung.

Perhelatan Pilgub di DKI 2017 adalah pendidikan politik bagi warga Jakarta khususnya dan warga negara Indonesia pada umumnya. Manuver-manuver politik musuh-musuh Ahok, membuka mata dan menyadarkan kita. Pilkada DKI 2017 adalah sebuah momentum transformasi politik adu prestasi. DKI akan berlanjut ke arah yang benar atau akan dikuasai kembali oleh oknum-oknum politisi, birokrat, aparat hingga oknum rakyat yang tidak ingin negara ini menjadi lebih baik.  Warga DKI sendiri yang menentukan. Memilih pejabat sebagai pelayan masyarakat karena pencitraan, pragmatis dan takut diintimidasi atau karena prestasi.

Jika aksi tipu daya, strategi musuh-musuh Ahok mempan dan berhasil membius warga Jakarta karena warga tidak waspada. Maka warga Jakarta harus ikhlas & rela melihat mereka kembali berpesta pora. Karena tak ada lagi AHOK di balaikota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun