“If you just set out to be liked, you would be prepared to compromise on anything at any time, and you would achieve nothing.”
(Margaret Thatcher)
Kutipan kata-kata The Iron Lady, berlaku universal untuk siapa saja. Terlebih lagi untuk seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus memilih pada satu sisi yang jelas. Jangankan untuk tujuan yang tidak baik, untuk mewujudkan sesuatu kebaikanpun pastilah ada tantangan, pro & kontra. Berdiri dibanyak kaki dengan harapan memuaskan semua pihak untuk mencapai sesuatu adalah tindakan yang sia-sia. Dan sepertinya tidak ada tokoh-tokoh pemimpin dunia yang tidak mempunyai musuh. Utusan Tuhan mempunyai musuh karena melawan kebatilan. Begitu juga seorang pemimpin pemerintahan. Menjunjung tinggi konstitusi adalah amanah walaupun untuk menjalankannya harus dia harus dimusuhi kawan-kawannya sendiri. Menjadi pemimpin harus memilih. Populer di awal, berakhir tidak disukai atau sebaliknya tidak disukai di awal tapi berakhir populer dan dikenang sepanjang masa oleh rakyatnya.
Pemerintahan SBY-Boediono sangat dipengaruhi oleh gaya dan kepribadian SBY. SBY adalah seorang pemimpin yang compromise on anything at any time. Sikap SBY tersebut kemudian disimpulkan oleh banyak orang sebagai peragu. Sikap SBY tersebut karena sifat dasar bawaan sejak lahir. SBY berzodiac Virgo. Menurut Ade Manuhutu adalah bintang segala bintang. Tidak ada yang salah dalam lirik lagu virgo tersebut. Sebagai manusia, SBY adalah seorang yang sangat baik. Cita-citanya adalah zero enemy. Dalam hubungan antar manusia, Virgo berusaha tidak mempunyai musuh. Keputusan periode kedua menggandeng Budiono, bukan karena SBY tidak suka JK, atau takut kalah populer dibanding JK. Akan tetapi style JK yang lugas menciptakan banyak musuh membuat SBY sangat tidak nyaman. Lima tahun SBY Boediono banyak orang bilang Indonesia bak negeri auto pilot. Menurut saya Pemerintahan SBY lebih mirip mengelola sebuah event. Dan SBY adalah event organizer/entertainer yang tidak berhasil.
Itulah mengapa, SBY sebagai seorang kadet yang berhasil meraih penghargaan Adhi Makayasa, prestasi tertinggi AKABRI, tapi tidak lolos tes psikologi menjadi panglima TNI. Keahlian SBY adalah memberikan opsi bukan sebagai eksekutor. SBY sebagai manusia yang hampir sempurna: gagah, baik, cerdas, pandai, santun, berbudi luhur tapi tidak berhasil menjadi seorang pemimpin yang paripurna. Populer di awal, berakhir biasa-biasa saja. Adanya seperti tidak adanya.
Bagaimana dengan Jokowi? sifat bawaan lahir seorang pemimpin berzodiac Gemini : rendah hati, suka belajar, mendengar & suka perubahan. Mencermati perjalanan Jokowi dalam mengambil kebijakan di birokrasi, adalah kebijakan yang awalnya jauh dari keinginan untuk sebuah popularitas. Tidak jarang kebijakannya menabrak zona nyaman kebanyakan pemimpin daerah. Pemindahan PKL di Solo & DKI, pemindahan pemukiman liar, sidak di kantor-kantor Pemerintah, menolak proposal-proposal yang tidak melalui musrenbang adalah hal-hal yang sangat dihindari oleh kebanyakan pemimpin daerah karena berpotensi terjadi konflik dengan rekan-rekannya sendiri. Kebijakannya jelas menjadikan dia tidak populer, bahkan sangat tidak disukai bagi pihak-pihak yang terganggu kepentingannya. PKL disemua daerah hampir pasti ada preman, oknum birokrat & oknum aparat yang menjadi beking. Pemukiman liar di tanah-tanah milik negarapun sama. Sidak membuat kenyamanan birokrat yang terbiasa kerja santai mau tidak mau suka tidak suka harus mengikuti ritme kerja Jokowi. Pengawasan & penggunaan anggaran yang sangat ketat membuat oknum birokrat sulit melakukan kecurangan. Bagi oknum elit parpol, penolakan Jokowi atas proposal-proposal dadakan tersebut membuat sumber-sumber pendapatan mereka menjadi hilang. Kekerasan & keteguhan dalam menjalankan kebijakan yang keluar dari zona nyaman itu justru menjadi menarik bagi media dan membuahkan popularitas. Ketertarikan media meliput hari-hari Jokowi dianggap sebagian orang adalah pencitraan.
Kutipan kata-kata Margaret Tatcher pas untuk menggambarkan perbedaan SBY & Jokowi. SBY seorang pemimpin yang ingin selalu berada di zona nyaman dan kompromi pada banyak hal & kepentingan. Maka dia tidak akan pernah mencapai apa yang selama ini menjadi harapan masyarakat. Tapi tidak untuk Jokowi. Kekerasan hati Jokowi yang kata nujuman Jayabaya, seorang berhati keras seperti Baladewa adalah sebuah harapan bagi bangsa Indonesia. Mempunyai pemimpin yang jelas kepada siapa dia berpihak walaupun itu akan menjadikan Jokowi sebagai Presiden yang bakal sangat tidak disukai pada awalnya tapi atas Ijin & Kehendak Tuhan akan indah pada akhirnya.
Semoga Tuhan YME senantiasa memberikan karunia kesehatan & keselamatan untuk Presiden Joko Widodo & Wakil Presiden Jusuf Kalla.
sumber foto : viva.co.id, tribunnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H