Covid 19 menjadi primadona dan perbincangan hangat di masyarakat selama hampir 5 bulan belakangan ini. Mulai kota sampai desa sudah tidak asing lagi dengan istilah corona. karena dia lah banyak orang kecewa tidak bisa mudik lebaran, karena dia lah banyak pegawai terkena PHK, karena dia lah banyak pengusaha gulung tikar, karena dia lah tatanan kehidupan masyarakat menjadi berubah dengan istilah New Normal.Â
Selama hampir 5 bulan belakangan ini juga istilah di rumah saja menjadi populer, jaga jarak menjadi aturan, pakai masker menjadi gaya hidup, cuci tangan menjai kebiasaan. Sampai perdebatan ada atau tidak adanya wabah corona pun muncul. pro kontra  antara di rumah saja dengan keluar rumah pun mencuat, pergulatan antara yang puas dan kecewa dengan langkah2 pemerintah pun bergelora..pertanda apakah ini?Apakah masyarakat sudah mulai muak dengan kondisi saat ini?
Kondisi yang muncul saat ini yaitu ketakutan dan kebingungan di tengah masyarakat. Masyarakat menjadi takut saat mendengar berita tentang meningkatnya korban corona yang selalu diupdate oleh juru bicara gugus covid 19, tetapi masyarakat pun bingung harus berbuat apa, di satu sisi pemerintah meminta untuk tetap di rumah.
Di sisi lain masyarakat pun bingung kalau di rumah terus nanti mau makan apa karena pemerintah pun tidak mau menanggung beban itu semua. yang pada akhirnya terjadi pembangkangan di masyarakat yang tidak mau mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap diam di rumah.Â
Keramaian masih terlihat di pasar dan di jalanan oleh  masyarakat yang berjualan karena mereka berprinsip berdiam di rumah saja kalau tidak ada makanan akan tetap kelaparan dan mati juga mendingan cari uang dan makanan di luar kalau pun terkena corona itu sudah nasib. inilah dilema yang terjadi. Sampai akhirnya pemerintah kemudian mengakomodir permasalahan perekonomian ini dengan membuat kebijakan tatanan kehidupan baru atau New Normal.
New Normal akhirnya diberlakukan dengan berbagai macam protokol yang harus dipenuhi oleh semua lapisan masyarakat termasuk para pelaku usaha, instansi swasta dan pemerintah serta instansi pendidikan yang akan membuka aktivitasnya. Geliat kehidupan masyarakat mulai terlihat dan bermunculan kembali.Â
Jalanan sudah mulai macet, stasiun kereta dan ankutan umum mulai dipenuhi orang, perkantoran-perkantoran sudah mulai ramai dengan aktivitas pekerjanya Tetapi kekhawatiran semakin menjadi-jadi setelah diberlakukannya new normal ini karena ternyata orang yang terdampak covid 19 semakin meningkat dan muncul cluster baru yaitu perkantoran-perkantoran yang sudah membuka aktivitasnya. Tetapi apa boleh buat kehidupan harus tetap berjalan dengan resiko yang setiap saat akan datang.Â
Kondisi ini juga yang akhirnya mengilhami mas menteri nadiem untuk memberlakukan pembelajaran secara online untuk semua tingkatan dari paud, tk, sd,smp,sma dan universitas. (lucu juga yaa kalo anak2 paud atau tk dan anak2 sd kelas 1 harus belajar online...kebayang kan ribetnya? hehe..) tapi demi alasan untuk keselamatan dan menghindari covid 19 hal itu harus diberlakukan. Â
Lagi-lagi permasalahan pun bermunculan, dari mulai persiapan perangkat pembelajaran online yang belum matang, sarana pra sarana yang belum merata dan kondisi perekonomian masyarakat yang belum terpenuhi. (sudah jatuh tertimpa tangga terus kejebur lobang...mungkin ini kiasan kondisi yang terjadi di masyarakat saat ini). Kenapa? masyarakat yang harus berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan makan minum akibat dampak phk dan kerjaan yang sulit harus ditambah lagi memenuhi sarana pra sarana anak-anaknya utk belajar online, dari kebutuhan handphone, laptop dan quota internet.Â
Mungkinkah sebelumnya terpikirkan oleh mas nadiem dan pihak berwenang di sana? kita harus berpikir positif mungkin sudah terpikirkan tapi belum tau cara mengatasinya seperti apa. ya sudahlah saat ini kita hanya bisa berdoa semoga kita semua bisa mengatasi masalah ini dengan kekuatan dan kemampuan masing-masing.
Akhirnya bagaimana kita mensikapii semua kejadian-kejadian di atas terkait dengan idul qurban yang sebentar lagi hadir di tengah-tengah kita. Istilah kurban mungkin secara umum orang sering mendengar kata berkorban dalam arti lebih mementingkan kepentingan umum dibandingkan kepentingan sendiri atau lebih mementingkan hal-hal yang dianggap menjadi prioritas dan bermanfaat buat orang banyak dibandingkan kepentingan sendiri. Qurban itu sendiri dalam Islam adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah Allah SWT. Beberapa makna qurban dalam kondisi saat ini:
1. Soliter tapi Tidak Egois
 dalam ibadah qurban kita memaknai penyembelihan hewan qurban sebagai pengorbanan kita untuk menghilangkan egoisme,  implementasi dalam  kondisi pendemi ini kita diminta untuk soliter atau menyendiri tapi tidak egois. Â
Menyendiri dalam arti tetap menjaga diri untuk tidak berkumpul dalam hal-hal yang tidak penting, lebih baik di rumah saja untuk menjaga kemungkinan penyebaran virus covid 19 dan selalu mentaati protokol kesehatan yang sudah ditentukan pada saat di luar rumah, jangan memaksakan diri untuk berada di luar rumah dengan tidak mematuhi protokol kesehatan (tidak memakai masker) dengan alasan karena tidak ada gejala-gejala sakit. Sifat egois ini harus dihilangkan demi kepentingan orang banyak.Â
2. Tingkatkan Solidaritas
makna pembagian  hewan qurban sebagai bentuk solidaritas, kebersamaan dan persaudaraan. permasalahan wabah covid 19 ini tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Perlu kebersamaan dan saling bahu membahu dalam penanganan pendemi ini. Pemerintah dengan peraturan dan kebijakannya serta penegakan hukuman bagi yang melanggar sedangkan masyarakat dengan kesadarannya untuk mematuhi protokol yang sudah ditentukan dan membantu masyarakat yang terkena dampak covid 19. Kita berharap dengan kebersamaan ini bisa cepat mengatasi pendemi covid 19 ini.
3. Bersyukurlah
Makna qurban adalah sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Dalam menghadapi pendemi covid 19 ini pun kita harus selalu bersyukur, karena banyak hikmah dibalik semua kejadian ini. Rasa syukur ini lah yang akan menjadikan kita ikhlas dan berserah diri dalam menghadapi pendemi ini, tidak mengeluh dan selalu bersemangat. Â
Selalu berpikir positif dengan kejadian yang menimpa kita, dengan adanya pendemi ini kita bisa lebih banyak berkumpul dengan keluarga, saling mengenal lebih dekat dengan semua anggota keluarga yang sebelum pendemi ini mungkin kita selalu jauh dan jarang berkumpul dengan mereka. Â
Kemudian kita juga lebih banyak waktu untuk beribadah kepada Allah dibandingkan sebelumnya. Mungkin juga dengan adanya pendemi ini kita dituntut untuk belajar banyak hal misalnya belajar penggunaan internet untuk mengerjakan tugas kantor/sekolah/kampus (tiba2 belajar zoom biar bisa eksis ikut seminar atau meeting), belajar berwirausaha ( bermunculan para pedagang2 online dadakan, apa saja dijual..hehe).
Akhirnya kembali lagi kepada diri kita masing2 bagaimana memaknai setiap kejadian yang menimpa diri kita. Hati yang selalu bersyukur dan ikhlas akan menjadikan hati dan jiwa bersih, kemudian memunculkan pikiran dan sikap yang positif. "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 6).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H