Aku selalu bingung saat menatap masa depan kita berdua.
Terkadang begitu cerahnya sehingga dapat mengalahkan sinar mentari.
Terkadang kelam, dingin, kaku, melebihi sunyinya malam.
Setiap hari setiap waktu, kepala dan hatiku dipenuhi seribu tanda tanya tentang hal penting maupun receh.
Entah sampai kapan, entahlah.
Mungkin bersimpuh dikaki Sang Maha Pemberi Hidup, adalah satu-satunya jalan keluarku, kita.
Ya. Mungkin.
Mungkin harus begitu.
Selamat Malam hati, jiwa dan ragaku.
Tidurlah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!