Mengenangmu dalam secangkir kopi luwak.
Bukan luwak asli.
Kopi luwak pasaran, yang dijual murah tiap bungkus kecil.
Kesukaanmu.
Rasanya sama. Manisnya sama.
Yang berbeda adalah tanpa adanya kau disisiku.
Setiap kau tawarkan ku kopi : 'mau kopi gak dik? '
aku selalu jawab : 'enggak, makasih.'
padahal jika kau berpaling sebentar saja, yang menyeruput kopimu adalah aku.Â
Dan kau pura2 tak melihat, sambil menahan tawa.
Itu sangat manis.
Lebih manis daripada kopi luwak yang kau seduh.
Kali ini kubuat kopi ini untuk ku sendiri.Â
Kau mau ku buatkan tidak? Janji deh aku tak akan menyeruput kopimu lagi....
Tak ada jawaban darimu.
Akh, Tuan  :(
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H