Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memberdayakan Keberagaman Etnis Malaysia lewat Keretapi Sarong 2023

28 September 2023   10:15 Diperbarui: 28 September 2023   10:22 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mohd Rustam bin Johari sumringah. Matanya berseri-seri menyambut sapaan setiap orang yang meminta bergambar bersamanya. Pakaian tradisional Iban lengkap dengan ikat kepala yang dihiasi bulu kenyalang (Indonesia: enggang, rangkong) yang dikenakannya; salah satu yang menarik perhatian di lobi stasiun KL Sentral pagi itu. Keberadaannya di padatnya manusia yang berkumpul di KL Sentral dapat dideteksi dari bunyi kerincing di gelang kakinya yang terdengar acap kali kakinya bergerak. Mohd Rustam, anak Melaka. Pakaian Iban yang dikenakannya bukti kecintaannya pada Dayak Iban, salah satu etnis di Malaysia yang mendiami Bumi Kenyalang, Sarawak. Bersama kawannya, ia sengaja datang ke Kuala Lumpur untuk ikut membersamai keriaan Keretapi Sarong 2023. Ini kali pertama dirinya ikut keriaan Keretapi Sarong dengan pakaian Iban koleksi pribadinya!

Berdiri sedikit menjauh dari kerumunan, saya bersua Suri Syafina yang menggendong Sufi Alfaridi bin Sugiarto, anaknya yang baru enam bulan. Berlima dengan ibu dan dua adik perempunannya, hari itu, mereka bersepakat mengenakan baju kurung Melayu berwarna merah muda. Dari rumahnya di Pantai Dalam, mereka berangkat sejak pukul 07.00 dengan KTM Komuter. Sepanjang kegiatan di KL Sentral, Sufi anteng dalam dekapan ibunya. Menurut neneknya, sejak lama mereka ikut Keretapi Sarong namun baru bisa datang lagi hari ini setelah pandemi yang membuat kegiatan terhenti karena pemberlakuan social distancing. Sayang, Sugiarto, bapaknya Sufi yang asli Banyuwangi; tak bisa turut menyertai karena harus masuk kerja.

Keretapi Sarong adalah kegiatan pengerahan massa untuk mendukung promosi wisata Malaysia yang digelar setiap tahun bersamaan dengan peringatan Hari Malaysia -- hari terbentuknya Negara Malaysia ketika Tanah Melayu, Sabah, Sarawak, dan Singapura bersekutu pada 16 September 1963 atas inisiasi Tuanku Abdul Rahman, Perdana Menteri Persekutuan Tanah Melayu. Di kemudian hari, Singapura melepaskan diri dan membentuk negara sendiri. Keretapi Sarong pertama kali diadakan pada 2012 yang bertujuan untuk memupuk semangat cinta, kebanggaan, dan upaya menggalakkan budaya khususnya kain tradisi dengan mengajak masyarakat Malaysia mengenakan sarung (sarong) dalam satu hari dengan menumpang kereta. Kegiatan yang sempat terhenti karena pandemi Covid-19 ini, menjadi semarak ketika digelar kembali pada 2022 lalu.

Mohd Rustam dengan kostum Dayak Iban (Dok. Pribadi)
Mohd Rustam dengan kostum Dayak Iban (Dok. Pribadi)

Keretapi Sarong 2023 berawal ketika peserta berkumpul di 7 (tujuh) perhentian kereta yang menjadi titik temu yaitu KLIA Transit (Putrajaya Sentral), stasiun LRT (Subang Jaya, Ampang, Gombak, dan KL Sentral), dan stasiun MRT (Bandar Utama dan Kajang). Setiap peserta dari kanak-kanak hingga orang dewasa datang dari berbagai tempat menggunakan transportasi publik, mengenakan kain sarung dan/atau pakaian tradisional seperti baju kurung Melayu, kebaya Peranakan, Dayak Bidayuh, Dayak Iban, Minangkabau, kain sari/lungi India, dan lain-lain mewakili etnis yang ada di Malaysia mengikuti tema Empowering the Unity through Malaysians' Ethnicity yang diusung tahun ini. Di setiap stasiun yang menjadi titik temu itu, bersiaga volunteer yang mengenakan sarung dan kaos hitam bertuliskan Sarong Squad siap membantu dan memberikan panduan kepada peserta yang berhamburan keluar dari pintu-pintu kedatangan LRT/MRT/KTM.

Pk 08.30 ketika LRT yang membawa kami dari Dang Wangi berhenti di KL Sentral. Sebagai pusat integrasi antarmoda transportasi terbesar di Malaysia, KL Sentral  menjadi titik temu yang paling ramai didatangi peserta Keretapi Sarong 2023. Dari peron di lantai dua, tampak jelas kumpulan manusia dengan beragam busana tradisional, duduk dalam lingkaran besar yang di tengah-tengahnya sengaja diberi ruang kosong untuk menggelar atraksi spontan di lobi stasiun. Walau sebagian besar tak saling  mengenal satu dengan yang lain, suasana keakraban dan semangat kebersamaan lebur di ruang itu lewat lagu-lagu yang dinyanyikan, gerak yang ditarikan, pantun yang dituturkan berbalasan, juga permainan tradisional yang digulirkan. Sekitar pk 10.00 perlahan-lahan kerumunan itu terurai ketika satu-satu peserta Keretapi Sarong 2023 bergerak menuju Dataran Merdeka dengan "membajak" LRT tujuan KL Sentral -- Masjid Jamek. Sepanjang perjalanan, baik saat mengantre untuk masuk ke dalam peron dan menanti kedatangan kereta, ketika bersesakan di dalam gerbong LRT, pun ketika turun di Masjid Jamek; mereka tak hentinya bernyanyi. Tak ada petugas yang meminta untuk berhenti karena semua orang bergerak dengan tertib. Pula, kegiatan itu mendapat dukungan penuh dari Rangkaian Pengangkutan Integrasi Deras Kuala Lumpur a.k.a radipKL, badan usaha milik pemerintah yang mengelola sistem transportasi publik.

Shamsul Bahrin Zainuzzaman, Direktur Program Keretapi Sarong 2023 LOCCO (Dok. Pribadi)
Shamsul Bahrin Zainuzzaman, Direktur Program Keretapi Sarong 2023 LOCCO (Dok. Pribadi)

Di keseharian, sarung (sarong) lebih sering kita lihat dikenakan kaum lelaki saat hendak beribadah di mushola ataupun masjid. Namun melalui serangkaian kegiatan yang digalakkan oleh LOCCO lewat Keretapi Sarong 2023, Shamsul Bahrin Zainuzzaman, Direktur Program saat memberikan sambutan mengatakan bahwa kegiatan ini bukan sekadar merayakan asal-usul akan tetapi lebih kepada bagaimana mengungkapkan kebanggaan akan warisan budaya kita dan menghargai perbedaan dengan mempererat persatuan dalam keberagaman. Dari kegiatan ini, peserta juga diajak untuk belajar bersama di workshop tentang Sejarah Sarong, Sarong Serantau, Stail Sekarang, Segar Sarong yang diadakan di hari itu.

Dataran Merdeka sudah menjadi lautan manusia ketika kami sampai di sana. Teriknya matahari tak menghambat para peserta untuk berkumpul di tengah-tengah lapangan bersejarah, tempat Jalur  Gemilang dikibarkan pada 31 Agustus 1957 yang menandai kemerdekaan Malaysia. Dari Stasiun Masjid Jamek, manusia masih terus berjalan menyusuri belakang Panggung Bandar Raya (City Theater), bergambar jembatan River of Live, sebagian berteduh di samping Gedung Abdul Samad, sebagian besarnya berkerumun di dataran menyaksikan berbagai atraksi yang berlangsung baik di panggung utama maupun di tenda-tenda sponsor.

Sebagian peserta Keretapi Sarong 2023 turun dari LRT di Masjid Jamek (Dok. Pribadi)
Sebagian peserta Keretapi Sarong 2023 turun dari LRT di Masjid Jamek (Dok. Pribadi)
Hanyut dalam Goyang Lambak (Dok. Pribadi) 
Hanyut dalam Goyang Lambak (Dok. Pribadi) 
Elijah, seorang pelajar sekolah Methodist di Kuala Lumpur. Dia anak Sibu, Serawak. Saya ngobrol dengan Elijah yang duduk di sebelah saya saat ikut berteduh di panggung utama. Elijah datang ke Dataran Merdeka mengenakan baju koko ungu pupus, celana komprang berwarna hitam, dan kain sarung kotak-kotak coklat. Serupa dengan Mohd Rustam, ini kali pertama dirinya ikut keriaan Keretapi Sarong 2023. Dan di siang yang sungguh terik itu, dia pulang ke asrama dengan muka penuh senyum membawa 24 kaleng Wonda Kopi Tarik setelah berhasil menjawab pertanyaan dari Harith Iskandar, the Godfather of StandUp comedy Malaysia. Mohd Rustam, Suri Syafina, dan Elijah adalah bagian dari 10.000 orang peserta Keretapi Sarong 2023 yang tumpah di Dataran Merdeka di Hari Malaysia. Sebagai negara multi etnis, Malaysia memiliki keberagaman budaya. Maka amatlah penting untuk menumbuhkan pengetahuan akan akar budaya satu bangsa kepada generasi penerus agar tak keliru di dalam memaknai kecintaan pada budayanya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Pengerahan massa lewat Keretapi Sarong 2023 yang bertujuan untuk memberdayakan kekuatan keberagaman etnis Malaysia yang berjalan dengan tertib, telah usai beberapa hari yang lalu. Namun, mulut saya tiada henti melantunkan lagu Anak Merdeka (Anak Malaysia), salah satu lagu yang berulang dinyanyikan peserta Keretapi Sarong 2023 baik di perjalanan di dalam LRT/MRT/KTM maupun ketika berkumpul di Dataran Merdeka. Nyanyian yang semarak memanglah cara paling mudah untuk membangun keakraban dalam segala suasana. Yang ketika dinyanyikan berulang-ulang akan melekat di dalam ingatan. Sampai berjumpa di tahun hadapan, saleum [oli3ve].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun