Ketenangan Gryn, sebuah desa di wilayah Kaluzhskaya Oblast, Soviet; pagi itu terusik oleh deru pesawat tempur Jerman yang terbang rendah. Hari itu, Seryozha kehilangan orang-orang dekatnya. Ibu dan kakaknya terbunuh. Di rumah bibi Anisya, tetangga yang mengasuhnya, Seryozha masih menyimpan harapan ibunya akan pulang ke rumah ketika pasukan Jerman kembali mendatangi desa mereka.
Suara ketukan sepatu tentara terdengar semakin dekat. Anisya tergopoh membopong badan Seryozha dan mendorongnya keluar lewat jendela. "Run for your life! Run!" teriak Anisya disusul suara tembakan di dalam rumah. "Aghhh ..." tubuh Anisya perlahan ambruk. Kedamaian desa itu, tercerabut oleh kehadiran tentara Jerman yang membakar rumah-rumah penduduk dan mengeksekusi warga sipil yang dicurigai tersangkut dengan gerakan partisan Soviet.
Dari pinggir hutan, Seryozha memandangi desanya habis dilahap api. Sendirian. Tak tahu hendak ke mana. Ia berlari sekuat yang dia bisa. Entah berapa lama dan berapa jauh ia berjalan. Tapak kakinya mulai susah diajak menapak dengan sepatu yang koyak dan badan yang letih. Pandangannya mulai kabur dan pikirannya berhalusinasi. Badannya yang terkulai kedinginan di bawah pohon di dalam hutan, ditemukan oleh pasukan pengintai dari resimen senapan yang membawanya ke markas untuk mendapatkan perawatan. Setelah pulih dari lukanya, alih-alih dikirim ke panti asuhan di kota; Seryozha diangkat anak oleh Nikolai Sergeevich Kuznetsov, komandan resimen dan tetap tinggal di markas. Ia senang sekali ketika mendapatkan seragam Tentara Merah, sama seperti yang dikenakan oleh anggota pasukan yang lain.
Seryozha, tokoh utama dalam film drama perang Rusia, Soldier Boy, yang bercerita tentang Seryozha Shishkins, bocah 6 (enam) tahun, yang berada di tengah-tengah konflik, di garis depan Pertempuran Stalingrad. Selain belajar sejarah dunia, ada banyak pesan inspiratif tentang kehidupan, relasi dengan sesama baik antar personal maupun dalam sebuah kelompok, tujuan dari perjuangan, dan lain-lain yang bisa kita ambil sebagai pelajaran berharga dari film ini.
Tetap Berpikir Positif dan Berjuang untuk Hidup
Sepeninggal ibunya, Seryozha terus mengingat nasihat ibunya untuk diam di rumah sampai ibunya pulang. Hingga satu pagi ia terbangun dan bibi Anisya mengatakan, ibunya tak akan pernah kembali. Ia harus berlari untuk tetap hidup. Dia masuk ke hutan! Seryozha bukanlah anak yang manja. Ia tahu apa yang harus dilakukannya. Untuk mengatasi perutnya yang lapar, ia memetik buah beri yang dijumpainya. Ketika dahaga, tangan kecilnya mendulang air di tepian sungai yang dilaluinya. Kadang, mulutnya megap-megap menadah air hujan.
Ia juga anak yang cerdas, yang memiliki pengetahuan dan keingintahuan besar tentang senjata dan perangkat militer. Hal ini terbawa di kesehariannya. Ketika sendirian di hutan, ia terus menyemangati dirinya dengan kata-kata positif. I'm not afraid. I've a rifle. I'm not scared of you. Bahkan ketika dirinya terbaring lemas di tanah dan Seryozha melihat seekor landak mendekat, ia percaya si landak bisa berlari cepat untuk menyampaikan pesan dan keberadaannya kepada orang-orang di luar sana. Ketika dirinya bertemu Kuznetsov di markas, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah do you mean the hedgehog told you about me?
Sopan dan Menghormati Orang yang Lebih Tua
Didikan dari orang tuanya membentuk pribadi Seryozha. Ia tahu tata krama dan menempatkan dirinya di tengah-tengah orang dewasa. Walau badannya lemas, ketika ditanya siapa dirinya, Seryozha berusaha turun dari gendongan Rezo dan menyorongkan tangannya untuk bersalaman dengan Kuznetsov. Sopan sekali.
Kehadirannya membawa kehangatan di hati para serdadu yang telah lama terpisah dengan keluarga mereka. Ia menjadi kesayangan semua anggota resimen, yang dilimpahi perhatian dan kasih sayang. Kepolosan, sikapnya yang riang, dan perhatiannya, meluluhkan hati Kuznetsov sehingga membatalkan niatnya untuk mengirim Seryozha ke panti asuhan.
Tahu diri dan Bertanggung Jawab
Medan perang bukanlah arena bermain anak-anak. Bahkan para serdadu yang berada di garda depan pun, jika bukan karena tugas dan panggilan pengabdian; akan memilih tinggal di rumah yang nyaman dan aman bersama keluarganya. Hal ini pun berlaku bagi Seryozha. Walau usianya masih terlalu muda, ia merasa memiliki tanggung jawab yang sama dengan prajurit yang lain dan harus ikut mengambil bagian dalam perjuangan. Ia mulai membantu di tenda darurat dengan memberi minum, "membacakan" surat, serta menghibur tentara yang terluka dan dirawat di sana dengan nyanyiannya.
Satu pagi, Seryozha menghadap Kuznetsov, menanyakan penugasan yang harus dilaksanakannya hari itu. Ia tak ingin hanya dianggap sebagai anak kecil. Ia ingin diberi tugas yang lebih menantang. Kuznetsov pun memberinya kepercayaan untuk mengantarkan surat-surat yang diterima dari petugas pos kepada tentara di masing-masing unitnya. Ia sungguh senang melaksanakan tugas itu karena dapat melihat keriaan di wajah penerima surat.
Tak hanya itu. Seryozha juga memiliki keberanian dan insting yang kuat. Dengan binokulernya, ia mengetahui keberadaan pengintai Jerman yang memata-matai kesatuan mereka dan melaporkannya ke markas. Dalam satu penyerangan, jaringan komunikasi di markas terputus. Seryozha yang mendengar ketegangan di ruang pengintaian, keluar mengikuti operator radio mencari tahu penyebabnya. Belumlah masalah itu terpecahkan, operatornya tertembak. Seryozha menggulingkan badannya dan mendekatkan kupingnya ke mulut sang operator serta meminta dipandu untuk melakukan tugas itu hingga berhasil menyambung kabel yang terputus.
Agen Kasih Sayang
Kedekatannya dengan Katya Vasilyeva, menumbuhkan kasih yang dalam dan kerinduan Seryozha akan sosok ibu yang didapatinya pada suster yang merawatnya sewaktu dirinya dibawa ke markas. Dia pandai meyakinkan ayahnya bahwa Suster Katya tak hanya sayang pada dirinya, ia juga menaruh hati pada sang ayah. Diaturnya siasat agar kedua orang yang dicintainya itu memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. Ketika pasukan mereka ditarik ke Stalingrad, Seryozha meminta ijin kepada jenderal, pimpinan ayahnya, agar Kuznetsov dan Katya diberi cuti untuk mengurus pernikahan mereka.
Soldier Boy -- dalam bahasa aslinya, Soldatik -- diproduksi pada 2019. Naskahnya ditulis oleh Viktoria Fanasiutina yang juga menyutradarai filmnya, dengan mengadaptasi kisah Seryozha Aleshkov. Soldier Boy baik untuk ditonton anak-anak pun orang dewasa. Menonton film berdurasi 86 menit ini rasanya nano-nano. Kadang senyam-senyum, meleleh, lalu cekikan mengikuti alur ceritanya.Â
Faktanya:Â Sejarah mencatat, The Battle of Stalingrad atau Pertempuran Stalingrad adalah pertempuran paling besar dan berdarah-darah dalam sejarah perang dunia kedua di Eropa, yang menimbulkan kerugian besar di pihak Nazi Jerman. Pada masa itu, Seryozha "Sergei" Aleshkov "bergabung" menjadi anggota 142nd Guard Rifle Regiment Soviet. Sergei Aleshkov ditemukan di hutan oleh anggota pasukan pengintai dan dibawa ke markas resimen. Ia diadopsi oleh komandan resimen dan mengikuti pergerakan pasukan yang berjuang di garis depan hingga pasukan yang dipimpin oleh ayah angkatnya itu ditarik ke Stalingrad.
Stalingrad -- namanya merujuk pada pemimpin Soviet kala itu, Joseph Stalin -- salah satu kota utama di Soviet yang diincar Jerman untuk diduduki. Atas keberanian dan jasanya, Sergei Aleshkov yang waktu itu masih berumur 6 (enam) tahun bersama seluruh anggota resimen mereka, mendapatkan tanda jasa dari pemerintah Soviet. Pada 10 November 1961, Stalingrad berganti nama menjadi Volgograd, kini adalah bagian dari negara Rusia. Saleum [oli3ve].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H