Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Siti Khadijah, Inovasi Mukena Menembus Pasar Global

12 April 2019   16:07 Diperbarui: 12 April 2019   16:11 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunyi sirene yang kencang menghentikan langkah saya di depan pintu kaca berbingkai merah yang sudah terdorong sedikit. Munzir, lelaki yang berjalan di depan saya pun turut diam. Jangan -- jangan pintu ini dipasangi alarm yang otomatis berteriak ketika disentuh, kode bagi mereka yang berada dalam ruang di belakangnya untuk bersiap kedatangan tamu. 

Pk 04 petang ni, orang tu rehat satu jam-lah.

Tiga perempuan berhijab dan berbaju kurung Melayu yang berpapasan dengan kami di depan pintu memberi jawab pada Munzir. Rupanya kami datang bertepatan dengan waktu istirahat. Tapi tak apa, kami boleh masuk karena lelaki yang mengajak kami mengunjungi ruang berpintu kaca dengan bingkai merah itu salah seorang penting di sini. Maka di Jumat pertama di jelang petang pada bulan April 2019 kunjungan ke pabrik telekung (= selanjutnya akan disebut mukena, bhs. Indonesia) nomor satu di Malaysia pun dimulai dengan dipandu Mohammad Munzir Aminuddin, Chief Executive Officer, Siti Khadijah Holding Sdn Bhd.

obendon.com               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
obendon.com googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Ruang pertama yang kami masuki adalah ruang berdinding merah darah dengan loker -- loker berwarna putih menempel ke dinding. Ruang yang dibatasi  pintu berwarna putih dengan ruang kerja berukuran besar yang berisi meja, mesin -- mesin jahit, dan berbagai perlengkapan penunjang kerja yang tertata rapi. Kami menghampiri meja lebar beberapa langkah dari pintu berwarna putih. Di meja itu duduk berkeliling empat perempuan muda tengah asik menisik kain putih di tangannya. Mereka memanfaatkan waktu istirahat menyelesaikan pekerjaan menambahkan manik -- manik pada mukena. 

Di seberang mereka berderet meja -- meja tempat dudukan mesin jahit Juki dan Jack. Dua puluh empat mesin jahit berderet dalam dua barisan, berhadap -- hadapan. Masing -- masing meja terhubung dengan Euratex Unit Production System, gantungan berjalan yang diatur untuk memindahkan mukena dari penjahit satu ke penjahit berikutnya. Mesin yang memudahkan pekerjaan para penjahit sehingga tak perlu repot berdiri, berjalan, dan mengambil mukena di meja lainnya. Demikian juga ketika hendak mengoper hasil kerjanya ke bagian lain. Tinggal diselipkan saja ke gagang mesin gantung berjalan dan mukena akan berjalan sendiri mendekati penjahit yang dituju. Setiap bagian itu diberi nomor dari 1 hingga 24, jenis pekerjaan menjahit, dan nama pekerjanya. Di belakang mereka berderet enam meja untuk bagian menyetrika. Ujung kiri kanannya ditutup meja besar untuk bagian quality control dan bagian melipat. Setiap pekerja ditempatkan sesuai keterampilan yang dikuasainya. 

obendon.com
obendon.com

Siapa sangka keisengan seorang perempuan di pertengahan 40 tahun yang memiliki kesenangan menjahit dan mengutak -- atik mukena yang nyaman untuk dikenakannya sendiri, berbuah pabrik konfeksi yang menghasilkan mukena premium yang menjangkau pasar global?

Sepuluh tahun lalu, Padzilah Enda Sulaiman (56) hanyalah ibu rumah tangga yang sehari -- hari mengurusi suami dan 6 (enam) orang anak laki -- laki yang beranjak dewasa. Kreatifitasnya terasah karena tuntutan diri akan perlengkapan sholat yang nyaman untuk perempuan, melahirkan beberapa lembar inovasi mukena yang ditawarkan kepada kenalan. Tak mudah, karena sejak awal ia telah mematok kualitas prima pada mukenanya. Sementara pasar masih menimbang -- nimbang harga yang ditawarkan apakah benar sesuai dengan kualitas produknya?

Pada 2009 bermodal niat baik dan keyakinan, dibantu 3 (tiga) orang penjahit; ia menyiapkan 200 pasang mukena rancangannya untuk dipasarkan dengan bantuan Aminuddin Mohd. Nasir, suaminya. Padzilah tetap mempertahankan desain klasik serupa dengan mukena pada umumnya. Hanya saja Padzilah menambahkan sentuhan kenyamanan yang dirancang dari hati pada bagian dahi dan dagu mukena yang sering meninggalkan tanda usai dikenakan dalam jangka waktu sedikit lama. Pilihan bahan pun yang berkualitas tinggi seperti spun polyester, signature poplin, dan sutera sehingga menghasilkan mukena yang ringan, adem, dan nyaman saat dikenakan. Mukena rancangan Padzilah kemudian dipasarkan dengan merek dagang Siti Khadijah (SK). 

Keisengan Padzilah Enda Sulaiman dalam kurun sepuluh tahun telah memberikan lapangan kerja bagi ibu -- ibu rumah tangga yang lain.  Kini, SK memiliki 300 lebih karyawan yang bekerja di kantor, gerai, dan pabrik. 95% pekerja di pabrik adalah perempuan. Sebagian besar telah ditinggal suami dan kini menjadi motor pencari nafkah di dalam keluarganya yang diberi kesempatan oleh SK untuk bekerja di sana. Latipah, seorang di antaranya. Ia telah bekerja hampir sepanjang usia perusahaan ini berdiri. Ia mengerjakan jahit tindih, menyambungkan kain pada bagian kepala mukena. Di seberang Latipah duduk Aminah. Bagiannya jahit cantum. Pekerjaan mereka yang kelihatannya sederhana menyambung bagian ini itu adalah bagian penting dalam menghasilkan mukena yang sesuai dengan standar kualitas SK. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun