Macao sudah lama menjadi destinasi impian. Namun, hasrat untuk mengunjunginya naik turun seperti demam yang datang ketika flu menyerang sehingga itinerary perjalanan ke Macao pun tak pernah tuntas dibuat. Pertemuan dengan Maria Dyer di Georgetown pada awal Agustus 2015 lalulah yang mendorong kerinduan untuk merancang kembali sebuah perjalanan masa ke kota yang pernah menjadi koloni Portugis ini.
"Lip, jika satu hari nanti kamu ke Macao, kutitipkan rinduku pada Samuel dan Maria Jane. Tolong sampaikan betapa besar kerinduanku pada mereka." Tak lupa, perempuan berwajah teduh dengan senyum ramah itu mengulang pesan untuk orang - orang kesayangan hatinya, sesaat sebelum kami saling melempar salam perpisahan di gerbang Protestant Cemetery.
Samuel Dyer, suami Maria, sedang berkunjung ke Guangzhou sebelum memulai tugas di tempat baru di Fuzhou ketika terkena demam parah. Samuel dibawa ke Macao untuk mendapatkan perawatan dari Peter Parker, MD. Demamnya tak kunjung turun. Samuel pergi pada 21 Oktober 1843, meninggalkan Maria, Maria Jane - puteri bungsu Maria dan Samuel - dan dua orang kakaknya yang masih kecil. Samuel dimakamkan di sebuah pemakaman kristen di Macao. Di tempat perisitirahatan itu, Robert Morrison, misionaris protestan pertama yang menjejak di Tiongkok, juga dimakamkan bersama dengan keluarganya.
Maria Jane belum genap 10 tahun ketika ia dan kedua saudaranya dikirim ke Inggris untuk diasuh oleh pamannya. Setelah dewasa, ketiga anak ini mengikuti jejak ayah dan ibunya, menjadi misionaris di Tiongkok. Sebelum menikah, Maria Jane dan saudara perempuannya mengajar di sekolah untuk anak - anak perempuan Tionghoa yang dikelola oleh sahabat ibunya di Ningbo. Ia meninggal pada 1870 karena kolera di Zhenjiang.
Siapakah Maria Dyer sehingga kerinduan hatinya menjadi alasan kuat untuk beranjak ke Macao?
Jika melihat - lihat informasi yang bertebaran di internet, ada begitu banyak informasi yang mengulas tips perjalanan ke Macao lengkap dengan rekomendasi destinasi wisatanya yang bisa dikunjungi dalam sehari. Namun, dengan mempertimbangkan keinginan untuk  berlama - lama di beberapa destinasi wisata sejarah yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia, sayang sekali bila perjalanan dikemas tergesa - gesa.
The Camoes Garden dan Casa Garden, dua taman bersejarah yang berdiri tak jauh dari The Old Protestant Cemetery pun akan menjadi sasaran menikmati hari usai hening di Morrison Chapel. Bila perut sudah mulai berdendang, tinggal turun ke Taipa Village, sebuah perkampungan tempat berpadunya budaya Portugis dan Tionghoa. Di sana, aneka jajanan berjajar di gerai makanan dan restoran siap menggetarkan lidah.
Dari sini, penyusuran sejarah berlanjut ke The Ruins of St Paul Church, dan berkeliling di alun - alun Macao, Largo de Senado. Saat menuliskan rencana perjalanan ini, jadi terpikir juga untuk mengunjungi gereja dan kapel lain yang ada di Macao selain The Ruins of St. Paul's. Ingin memanjat menara lonceng St. Dominic's Church untuk melihat koleksi artefak yang tersimpan di dalam Museum of Sacred Art. Ingin berlari ke Penha Hill, bermain dan menikmati Macao dari ketinggian di pekarangan Chapel of Our Lady of Penha.