Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan featured

2025 Lautku Bebas Sampah!

5 Desember 2017   05:51 Diperbarui: 17 Juli 2018   07:28 3101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu penggemar makanan olahan dari ikan? Jika ya, saat jari - jarimu mulai mencabik - cabik dagingnya untuk dinikmati, pernahkah terlintas di benakmu benda apa saja yang masuk ke dalam perut si ikan semasa hidupnya sebelum ia terhidang di atas meja makan? Rasanya tak ada yang ingin berpikir berat - berat kala rasa lapar sudah menyerang dan wangi ikan bakar yang baru diangkat dari perapian menanti untuk segera disantap.

Berdasar informasi yang dikutip dari laman Univercity of California Davis (UC Davis), tentang hasil studi yang dilakukan bersama UC Davis dan Universitas Hasanuddin terhadap sampel ikan yang diambil dari pasar tradisional Makassar membuat saya mengingat - ingat kondisi ikan-ikan yang turun ke dalam perut yang saya nikmati hampir setiap hari di Makassar dalam setengah tahun di 2017. Karena menurut UC Davis, di dalam saluran pencernaan 25% sampel ikan yang dijual di Makassar dan 3 (tiga) kota di  California: Half Moon Bay, dan Princeton yang mereka teliti; ditemukan potongan - potongan sampah plastik!

Catatan lain yang dikeluarkan oleh United Nations Convention on Biological Diversity pada 2012 tentang Impacts of Marine Debris on Biodiversity, Current Status and Potential Solutions menyebutkan sekitar setengah dari semua spesies mamalia laut dan seperlima dari semua burung laut terkena belitan atau penyerapan sampah laut yang berasal dari sampah plastik (>80%) serta kertas, kaca, dan logam (<2%). 

Laporan itu juga menyebutkan sekitar 15% spesies yang terkena dampak belitan dan penyerapan sampah laut itu ada di dalam daftar merah International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), lembaga dunia berkompeten di bidang konservasi sumber daya alam. Artinya, spesies - spesies tersebut adalah kelompok mahkluk hidup yang terancam kepunahannya.

Sebagai negara maritim terbesar kedua di dunia dan eksportir ikan terbanyak di Asia Tenggara; Indonesia menempati peringkat kedua dunia penyumpang terbesar sampah plastik ke laut! Jenna R. Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika, dalam jurnalnya yang dirilis pada Februari 2015 menunjukkan peringkat negara - negara penyumbang sampah plastik, menyebutkan setiap tahun Indonesia menyumbang 3,2 ton sampah plastik ke laut setelah Cina (8,8 ton) dengan sedikit mengungguli Filipina (1,9 ton). 

Dalam jurnal tersebut disebutkan pula bahwa besarnya angka pertambahan jumlah populasi manusia, tingkat kemajuan dan kualitas pengelolaan limbah suatu negara sangat menentukan negara mana yang menyumbang sampah laut terbanyak.

Sumber dok. Jambeck Research Group
Sumber dok. Jambeck Research Group
Kita tahu sampah plastik memerlukan waktu yang sangat panjang untuk diurai di alam. Mengetahui kenyataan ini, kehadiran sampah plastik yang menggunung di perairan Indonesia mengancam kelangsungan hidup dan kelestarian biota laut pun berdampak pada perekonomian dan kehidupan manusianya.

Lalu, dari mana datangnya sampah ini? 

Sampah laut adalah bahan padat, padat, atau olahan yang diproses, dibuang, atau ditinggalkan di lingkungan laut dan pasir. Sampah plastik lambat laun akan berubah menjadi mikroplastik yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup di laut. Selain itu, juga mengancam kehidupan manusia karena mengkonsumsi makanan dari laut seperti ikan, kepiting yang tubuhnya telah terkontaminasi mikroplastik yang dimakannya.

Sedikit banyaknya sampah di laut satu negara, tak lepas dari bagaimana pengelolaan limbah dan kebersihan air di hulu (sungai - sungainya). Semakin baik suatu negara mengelola limbahnya, semakin baik pula tingkat kebersihan perairannya. 

Sumber dok. Jambeck Research Group
Sumber dok. Jambeck Research Group
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun