Demi menyelamatkan hidup para peneliti di lembaga yang dipimpinnya, Achmad Mochtar rela memberikan pernyataan sebagai yang bertanggung jawab atas tuduhan sabotase yang ditudingkan pada lembaganya. Januari 1945, para peneliti dan tenaga medis yang masih hidup, dibebaskan namun Achmad Mochtar tetap ditahan. Pada 3 Juli 1945, kepalanya dipancung, jasadnya digilas dengan tank, sisa-sisa tubuhnya dibuang ke dalam liang kuburan di Ancol.Â
Achmad Mochtar lahir di Sumatera Barat pada 1892 (pada nisannya tertulis 1890), menyelesaikan pendidikan kedokteran di STOVIA pada 1916 kemudian melanjutkan pendidikan doktor di Universitas Amsterdam. Pada 1937, sekembali ke Indonesia, dirinya bergabung dengan The Central Medical Laboratory (kemudian menjadi Lembaga Eijkman). Di masa pendudukan Jepang, dirinya diangkat sebagai kepala Lembaga Eijkman sekaligus menjadikannya orang Indonesia pertama yang memegang jabatan tersebut. Di Bukit Tinggi, namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Achmad Mochtar.Â
[caption caption="Makam Prof Dr Achmad Mochtar"]
Pada 2010, 65 (enam puluh lima) tahun setelah kematiannya, berdasarkan data Dokumentasi Perang yang tersimpan di arsip Belanda; jejaknya baru ditemukan. Di taman kehormatan inilah jasadnya ditanamkan, bersama mereka yang namanya (mungkin) tak pernah disebut di dalam catatan sejarah perjalanan bangsa ini.Â
Hari ini, 70 (tujuh puluh) tahun setelah kepergiannya yang mengenaskan, dan dengan melihat segala yang telah dikerjakannya; sudah sepatutnya Prof. Dr. Achmad Mochtar mendapat tanda jasa sebagai Bapak Sains Indonesia. Saleum [oli3ve].
Bahan referensi:
- Achmad Mochtar dan Kematian 900 Romusa, Kompas 4 Juli 2015
- Dalem Tawanan Jepang, Nio Joe Lan
- Menristek Ziarahi Makam Direktur Pertama Lembaga Eijkman, Ristek
- Eijkman Peringati 65 tahun Kematian Tragis Achmad Mochtar, DetikHealth 3 Juli 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H