Meski ada sedikit tanya yang menggelisahkan hati kenapa 21 April, kenapa tidak memilih 11 September sebagai peringatan kala Malahayati membuat Cornelis de Houtman tersungkur pada 1599 yang menjadi penanda kebanggaan itu? Sebuah ikrar telah mereka kumandangkan untuk memenuhi panggilan IBU; meneruskan perjuangan di masa kini. Hari yang mereka canangkan sebagai Hari Kreatif dan Inovatif Dunia di Benteng Inong Balee. Kegiatan mereka tutup dengan berziarah ke makam Sang Laksamana di Bukit Malahayati.
Laksamana Malahayati adalah laksamana perempuan pertama di dunia. Sepak terjangnya di bahari tak diragukan. Maka tak heran bila namanya diabadikan dan melekat pada lambung salah satu kapal perang RI, KRI Malahayati.
Setiap orang pasti memiliki sosok yang dijadikan panutan dan diidolakan dalam hidupnya. Sosok yang menginspirasi dan membuatnya bangga hingga dijadikan role model dalam meggapai citanya. Pada IBU, Laksamana Malahayati, bangga ini tak kan pernah habis, saleum [oli3ve].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H