Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyapa Pagi di Peristirahatan Antonie Aris van de Loosdrecht

2 Januari 2013   03:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:39 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari perlahan tersenyum dari balik bukit, sekilas jarum jam di pergelangan tangan kanan menunjukkan pk 07.30. Di ujung jalan, seorang lelaki mondar-mandir bak setrikaan mengamati dari kejauhan mungkin penasaran dengan sekelebat bayangan memasuki gerbang makam yang terbuka setengah di belakang sebuah gudang. Tempat perhentian yang sekian lama dirindukan itu mematung di depan mata. Untuk kedua kalinya ujung mata yang mulai digenangi setitik air perlahan menyusuri tulisan yang terpatri di atasnya. Ada desiran halus yang tiba-tiba menjalar di sekujur pembuluh darah membuat kaki undur tiga langkah merapatkan diri ke bibir pagar.

Setelah menguasai emosi, perlahan kaki diajak mendekat, mengusap makam yang di atasnya tersisa beberapa potong lilin. Hmmm ...sepertinya ada yang habis doa malam namun hanya sekejap, terlihat dari potongan lilin yang tersisa masih cukup panjang. Perlahan seuntai doa mengalir dari bibir yang bergetar mengucap syukur padaNya,"terima kasih Tuhan telah mengirimkan dia yang terbaring di sini untuk bagikan pelitaMu di tanah ini."

Antonie Aris van de Loosdrecht nama lelaki yang terbaring di sana, dilahirkan di Veenendaal 21 Maret 1885, mengenyam pendidikan terakhir di Fakultas Teologi Universitas Heidelberg. Anton menikah dengan Alida Petronella Sizoo pada 7 Agustus 1913 setelah pertemuan singkat mereka dalam satu kuliah umum tentang misi baru ke masyarakat Toraja di Rotterdam. Pasangan muda ini mengisi bulan madu mereka dengan memulai sebuah perjalanan mulia menjadi misionaris utusan Gereformeerde Zendingsbond (GZB) di tengah masyarakat Toraja. Mereka menumpang kereta api dari Rotterdam menuju Genoa, Italia pada 5 September 1913 dan dilanjutkan dengan perjalanan laut menumpang kapal S.S. Vondel hingga turun di Tanjung Priok pada 4 Oktober 1913.

[caption id="attachment_2259" align="aligncenter" width="468" caption="Prasasti di atas makam Antonie Aris van de Loosdrecht (dok. koleksi pribadi)"] [/caption]

Selama di tanah Jawa, mereka mendapat pembekalan misionari di Sukabumi dan lewat kunjungan ke beberapa sentra misi pelayanan bersama misionaris senior sebelum melanjutkan perjalanan menuju Makassar dengan menumpang kapal S.S. van Goens dari Surabaya pada akhir Oktober 1913. Dari Makassar keluarga muda ini menumpang kapal kecil S.S. Reynst pada 28 Oktober 1913 menuju Palopo dan selanjutnya tinggal di Tentena, Poso hingga awal April 1914. Di atas Reynst, Anton berkenalan dengan beberapa orang Toraja yang turut berlayar termasuk Pong Maramba, parenge' dari Rantepao (parenge' = sebutan untuk kepala adat di Toraja) yang kemudian bersahabat dengannya.

Anton dan Alida menginjakkan kaki di Toraja pada penghujung April 1914. Namun sebelum menjalankan tugas misi dan menetap di Toraja, Anton van de Loosdrecht sudah sempat mengadakan perjalanan singkat ke Toraja pada November 1913.  Mereka bergerak cepat mengadakan survey untuk lokasi pembangunan sekolah misi bagi anak-anak Toraja meski tidak mudah untuk mengenalkan sesuatu yang baru bagi masyarakat setempat yang kala itu belum tersentuh pendidikan. Diperlukan usaha dan kerja keras tanpa kesan memaksa dalam mengenalkan pendidikan yang mendatangkan kebaikan untuk masa depan generasi mereka. Untuk menjangkau hati para orang tua, pendekatan dilakukan melalui anak-anak mereka dengan menawarkan pendidikan!

Ada banyak kendala yang mereka temui selama mengumpulkan anak-anak untuk datang ke sekolah, dan ketika anak-anak telah terkumpul; hambatan berikutnya adalah kendala bahasa dalam menyampaikan materi agar mudah dimengerti oleh anak-anak di lingkungan yang hanya bisa berbahasa Toraja. Kegemaran orang Toraja berkumpul dan mendengarkan cerita yang disampaikan dengan sederhana dan menghibur, menjadi jembatan bagi Anton untuk menyampaikan kabar injil sukacita kepada mereka. Bersama Dr Andriani seorang ahli bahasa yang mendalami bahasa di Sulawesi bagian Tengah,  Anton menulis buku bacaan sederhana dalam bahasa Toraja sementara Alida mengajari para wanita Toraja menjahit.

[caption id="attachment_2261" align="aligncenter" width="468" caption="Makam Pdt M. Sirupa, satu-satunya makam orang Toraja di dalam kompleks tersebut (dok. koleksi pribadi)"]

[/caption]

Selain sebagai guru injil, dalam kehidupan sehari-hari mereka pun pun menjadi penasihat perkawinan bagi warga yang mengalami problem rumah tangga dan berbekal kursus singkat yang didapat di rumah sakit Rotterdam, Alida juga membantu merawat warga yang sakit. Pelayanan mereka tidak hanya berpusat di Rantepao, setiap minggu Anton akan melakukan perjalanan ke beberapa kampung untuk melakukan misi pelayanan dan membuka sekolah baru. Untuk mengisi kekosongan tenaga pengajar, guru-guru perbantuan didatangkan dari Manado, Sangir dan Ambon.

Antonie Aris van de Loosdrecht menghembuskan napas terakhir setelah sebuah tombak  disarangkan oleh Pong Maramba ke dada yang mengenai jantungnya sehingga mengalami perdarahan yang hebat pada 26 Juli 1917 di Bori’.  Orang yang telah menjadi sahabatnya, yang selalu dibawa dalam doanya telah menghabisi nyawanya. Semua itu terjadi karena sakit hati Pong Maramba atas keinginan hatinya memiliki Alida istri Anton.

Biarlah terangmu tetap bercahaya seperti lilin yang menerangi kegelapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun