Setiap manusia (dan makhluk hidup) suatu saat pasti akan mati ! hanya waktu, tempat dan caranya saja yang berbeda ! Ketika kematian datang, yang tersisa adalah jasad sedang roh berangkat ke nirwana. Perlakuan terhadap jasad dari yang meninggal memiliki keunikan di beberapa daerah misalnya : ada sky burial yang dilakukan oleh umat Budha di Tibet dimana jasad diiris-iris, tulangnya ditumbuk dan ditempatkan di satu tempat terbuka di dataran tinggi untuk dimakan oleh burung pemakan bangkai (predator). Konon, tengkorak yang tersisa terkadang dibawa pulang dan berubah fungsi menjadi tempat minum khusus. Di Trunyan, Bali pemakaman dilakukan dengan membaringkan jasad di bawah pohon Terunyan, diberi selimut kain putih lalu dipagari dengan bambu. Lalu di Dayak Benuak, jasad dimakamkan dalam kotak-kotak kayu yang ditempatkan di sekitar pekarangan rumah. Ketiga contoh pemakaman di atas adalah bagian kecil dari beragam tradisi pemakaman yang dilakukan di berbagai daerah.
Dalam kesempatan berlibur ke kampung halaman dua tahun lalu, kami berkunjung ke satu kawasan pemakaman tua yang merupakan salah satu destinasi wisata yang diminati di Toraja, Lo’ko Mata. Sebuah makam batu yang sekelilingnya dibuat liang-liang penyimpanan jenazah sehingga berbentuk seperti mata yang muncul di sana sini. Berada di lereng gunung Sesean di ketinggian 1400mdpl dengan pemandangan yang menawan.
Sembari menikmati senja merendam kaki di sungai kecil yang mengalir dari atas bukit, kami mengobrol dengan seorang ibu; warga setempat yang sedang menjemur padi. Ibu ini menyampaikan satu berita yang cukup mengagetkan tentang jatuhnya sesosok mayat dari salah satu liang batu yang ada di depan kami. Penasaran kami turuni bukit dan menghampiri posisi dimana jasad ini tergeletak, hanya ditutupi dengan sebuah bantal dan selembar kain pantai berwarna biru. Kenapa keluarganya tidak menyimpannya kembali ke dalam liang kuburnya? Ternyata perlu ritual khusus untuk membuka sebuah kubur! Perlu penyembelihan kerbau untuk mengembalikan sang jasad ke tempat peristirahatan terakhirnya dan menunggu kawan seperjalanan yang akan dimasukkan ke liang yang sama, kata si ibu tadi.
Apa yang saya sebutkan di atas adalah beberapa contoh tradisi yang dilakukan terhadap jasad seseorang saat meninggal dunia. Bagaimana setelah jasad dikebumikan, apakah ada tradisi setelahnya? Jawabannya ada !
[caption id="attachment_209380" align="aligncenter" width="300" caption="Tradisi Ma'Nenek yang masih dilakukan di Toraja (sumber :http://www.dailymail.co.uk)"][/caption] [caption id="attachment_209377" align="aligncenter" width="300" caption="Jasad leluhur dibersihkan dan diganti pakaiannya sebelum dikuburkan kembali oleh sanak keluarganya (sumber :http://www.dailymail.co.uk)"]
Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan sebuah tautan berita tentang tradisi penggantian baju dari jasad yang telah lama dikubur di daerah Toraja. Tradisi ini dikenal oleh warga setempat dengan sebutan Ma’Nene yang sempat diliput oleh media dari luar. Tradisi Ma’Nene masih dilakukan oleh masyarakat di Desa Baruppu’, Toraja Utara, Sulawesi Selatan sebagai tanda bakti dan wujud kecintaan pada leluhur yang telah lama meninggal.
Tradisi Ma’Nene biasanya dilakukan pada bulan Agustus, keluarga dan kerabat dari yang meninggal akan menentukan satu hari untuk berkumpul di tempat pemakaman. Peti-peti mati tempat menyimpan jasad leluhur dikeluarkan dari dalam patane (=kuburan berbentuk rumah kecil) atau liang-liang batu lalu dibuka satu persatu. Jasad yang masih utuh ataupun tinggal tulang belulang kemudian dibersihkan dan diberi pakaian yang baru sebelum dikuburkan kembali. Jasad-jasad terebut diperlakukan layaknya seperti saat masih hidup dan hadir di antara keluarga besarnya. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa roh dari leluhur tetap memberkati, menjaga dan menyertai kehidupan anak cucunya.
Ketika sebuah tradisi menjadi satu keharusan yang wajib dijalankan, maka patutlah kita merenungkan masih relevankah kegiatan tersebut dilakukan bila ditilik dari sisi kepercayaan yang kita imani? Semua kembali kepada diri kita sendiri. Salam budaya [oli3ve]
Sumber berita : Daily Mail
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H