Dua hari yang lalu saya pulang dari tempat kerja menumpang Kopaja AC (lagi) dengan pertimbangan : pulangnya malam, bisa beristirahat dengan enak selama perjalanan karena pasti dapat tempat duduk dan tidak desak-desakan di dalam bis dan alasan terakhir sudah lama juga tidak menumpang bis ini. Seperti biasa saya menunggu kedatangan bis di halte Pondok Indah yang gelap gulita padahal berada di kawasan elit di samping gedung mentereng punya salah satu bank besar. Bukankah demi tertib lalu lintas bis ini punya aturan menaikkan dan menurunkan penumpang hanya di halte bis? Walau pada akhirnya aturan tersebut lebih sering tidak dipatuhi karena di beberapa jalan yang dilalui haltenya tidak ada atau belum dibangun. Menunggu di kegelapan selama lebih kurang 20 menit, akhirnya kopaja AC-nya datang juga. Dan benar saja, si bis sempat berhenti di persimpangan jalan tempat kowami, kopaja reguler dan metromini biasa ngetem menawarkan tumpangan kepada mereka yang berdiri di sana.
Saat naik badan saya “terjepit” palang berputar di dekat pintu yang mungkin kekurangan pelumas sehingga susah berputar. Setelah memilih tempat duduk, saya membayangkan bagaimana jika yang naik ibu hamil atau orang yang badannya lebih besar dari badan saya yang kecil? Bisa-bisa mereka tersangkut diantara palang itu! Eh, kejadian! Di seberang plaza Pondok Indah bis berhenti, naiklah seorang ibu yang sedang hamil. Seperti dugaan saya, ibu itu bersusah payah untuk melewati palang berputar yang seret. Di halte Pondok Indah Mall bertambah 3 orang penumpang, orang terakhir yang naik adalah seorang cowok dengan ukuran badan yang cukup besar dan lebar (karena dia duduk di bangku sebelah, saya bandingkan badannya 3xukuran badan saya). Kasian cowok itu sangat kesulitan ketika harus melewati si penghalang pintu karena badannya terjepit di antara dua palang yang enggan untuk berputar.
[caption id="attachment_146130" align="aligncenter" width="300" caption="Palang berputar di sisi kiri sopir bis kopaja AC (dok. koleksi pribadi)"][/caption] Sejak pertama melihat benda itu sudah bertanya-tanya, apa tujuan produsen/pengelola bis memasang palang di situ?
- Menjaga ketertiban penumpang saat naik turun? Kayaknya terlalu berlebihan, karena badan bis sudah kecil dan terasa lebih sempit dari kopaja/metromini biasa.
- Untuk keamanan penumpang? Menurut saya justru palang pintu itu berbahaya, saya perhatikan penumpang yang membawa tas (terutama wanita) beberapa kali tasnya tersangkut saat naik/turun. Dan penumpang yang berbadan besar kesulitan untuk melewatinya.
- Membatasi penumpang naik? Sepertinya tidak perlu! Bukankah sudah ada peraturan berapa jumlah penumpang maksimal yang bisa diangkut oleh kopaja AC? Jika kuota itu terpenuhi, sopir dan kondektur harus konsekuen untuk mentaatinya dan tidak menaikkan lagi penumpang.
- Agar tidak ada yang gelantungan di pintu? Tidak masuk akal, pembatasan penumpang diberlakukan untuk bis kopaja AC jadi tidak akan ada penumpang yang berdiri di depan pintu.
Jadi, sebaiknya palang pintu itu dicopot saja karena lebih sering macet dan menghalangi jalan. Hal lain yang menarik perhatian menjelang 3 (tiga) bulan beroperasinya kopaja AC adalah: [caption id="attachment_146131" align="aligncenter" width="300" caption="Palang dan tiangnya sebaiknya dilepas semua (dok. koleksi pribadi)"][/caption]
- Kebiasaan jelek penumpang yang meninggalkan botol/cup bekas minum bukannya dibawa turun dan dibuang di tempat sampah.
- Beberapa alas bangku yang sudah mulai robek dan terlepas, kayaknya yang duduk di sistu pantatnya pada panas kali ya.
- Terakhir yang paling oke adalah, saat jalan macet sopirnya suka bertanya apakah ada yang turun di tempat tertentu yang biasa dilalui. Jika semua menjawab TIDAK ADA, maka sopir akan mengambil jalan pintas untuk menghindari kemacetan.
[caption id="attachment_146132" align="aligncenter" width="300" caption="Bekas minum yang ditinggalkan penumpang & bangku yang mulai tersenyum (dok. koleksi pribadi)"][/caption] Semoga pengelola kopaja AC memperhatikan beberapa hal di atas, dan penumpang yang naik juga ikut menjaga kebersihan di dalam bis. Selamat pagi, selamat beraktifitas! [oli3ve]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H