Saya termasuk orang yang paling malas membeli dan menenteng-nenteng sesuatu ketika sedang bepergian. Kalau pun berbelanja, paling beli selembar kaos atau pernak-pernik lucu dan mungil sehingga bisa diselipin ke dalam tas. Maklum, mau pergi kemana pun berapa hari pun diusahakan hanya membawa satu backpack dan satu tas selempang. Itu soal bawaan, jika menyangkut tempat yang wajib dikunjungi maka sebisanya sehari sebelum berangkat; saya sudah memegang sedikit info satu tempat khusus yang sangat jarang dikunjungi orang. Tempat yang unik hingga sering kali warga di kota tujuan pun tak pernah mendengar namanya apalagi bertandang ke sana.
Maka, ketika berencana untuk transit di Surabaya dalam perjalanan mengisi liburan long week end akhir Mei lalu; saya pun sibuk menjelajah dan bertanya pada om Gugel. Seperti yang sudah pernah saya ceritakan di sini, niat awal mampir di Surabaya adalah untuk menikmati Surabaya Heritage Track (SHT)-nya House of Sampoerna (HOS). Nah, dari hasil mencari info di laman HOS, dapat bonus informasi program khusus SHT pada bulan Desember 2011 lalu kunjungan ke pabrik kecap dan pabrik sirup tertua di Surabaya. Ahaaa! ini dia yang dicari-cari. Setelah mengintip pabrik kecap tertua di Tangerang (tentang kecap benteng dari 1882 ini, saya ceritakan lain waktu) seminggu sebelumnya, satu kunjungan ke pabrik sirup tertua di Surabaya jadi pelengkap paket kunjungan wisata sejarah di bulan Mei 2012. Maka J.C. van Drongelen pun menjadi target pertama dalam itinerary kunjungan singkat di kota Pahlawan.
[caption id="attachment_191901" align="aligncenter" width="500" caption="Pabrik Limoen J.C. van Drongelen & Hellfach, Surabaya (dok. koleksi pribadi/Olive Bendon)"][/caption]
Seperti sudah dijelaskan di awal tulisan, terkadang tempat yang ingin saya kunjungi tak dikenal dan terdengar asing di kuping warga yang lahir besar di kota tujuan. Sebelum sampai di depan pintu J.C. van Drongelen, kami mesti mengitari tempatnya sebanyak dua kali, bertanya ke orang-orang di sekitar lokasi sebanyak 3 (tiga) kali dan tak satu pun menunjukkan arah yang benar! Terlaluuuuu!
Pabrik rumahan yang sudah berproduksi dari tahun 1923 ini, bentuk bangunannya masih sama seperti aslinya dengan tulisan "Pabrik Limoen J.C. van DRONGELEN & HELLFACH" di atasnya.
Didirikan tahoen 1923 oleh JC. van Drongelen.Pabrik Siropen Telasih meroepakan pabrik sirop pertama di Indonesia. Beberapa kali pindah tangan. Pada tahoen 1942 diambil alih oleh Djepang. Setelah pendjadjahan oleh Djepang selesai, pabrik dikoeasai kembali oleh Belanda sampai ada Program Nasionalisasi tahoen 1958, jaitoe semoea peroesahaan Belanda diambil alih oleh Indonesia. Tahoen 1962, diserahkan ke Perusahaan Industri Daerah Makanan & Minuman jang dileboer mendjadi P.D. Aneka Pangan tahoen 1985. Akhirnya pada tahoen 2002 masoek PT Pabrik Es Wira Jaatim. - [disadur dari lembar informasi Siropen Telasih]
Kedatangan saya disambut oleh bapak Syaiful Hidayat, Bussiness Development di Siropen Heritage. Awalnya gak diijinkan untuk berkeliling namun dengan segala daya upaya, akhirnya saya diajak ke dapur dan melihat pengemasan sirup yang semuanya masih dikerjakan secara manual. Kuali besar untuk memasak gula pun masih menggunakan peninggalan jaman Belanda, sedang kayu bakarnya sudah berganti dengan gas. Pabrik ini masih berproduksi dalam skala kecil sehingga pengunjung dapat melihat langsung bagaimana napas industri dari jaman Belanda ini berjaya. Untuk produksi massal, menurut pak Hidayat mereka juga sedang menjajaki untuk menambah pabrik baru selain yang ada di Pandaan. Siropen meluncurkan dua jenis produk yaitu Siropen Telasih dan Siropen Premium. Sebagai produk yang dikhususkan untuk oleh-oleh khas Surabaya, Siropen Premium pun dikemas dengan apik, bentuk botol seperti botol wine dan dilengkapi dengan kotak kemasan yang entengn untuk ditenteng sebagai buah tangan. Dari segi rasa, siropen menawarkan 8 (delapan) jenis rasa yaitu Mawar, Frambosen, Vanili, Cocopandan, Jeruk Keprok, Lychee, Arbei dan Melon.
[caption id="attachment_191903" align="aligncenter" width="450" caption="Terkenal sejak 1923 (dok. koleksi pribadi/Olive Bendon)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H