Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rama Widi, Harpis Toraja Yang Mendunia

11 Agustus 2011   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:54 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I love feeling of share the music with other – [Rama Widi]

Alunan nada yang mendayu memesona saat jari-jemari Rama menari dengan lincah di atas dawai harpa. Alkisah pencarian pujaan hati yang dilakukan oleh seorang pemuda di hutan belantara mempertemukannya dengan Ratu Peri Hutan yang jatuh cinta pada sang pemuda. Sekian lama mencari pujaan hati ditemuinya telah berubah menjadi batu. Menampik menjadi kekasih Ratu Peri, sang pemuda pun berubah menjadi batu bersama belahan jiwanya. Legende – masterpiece Henriette Renie dibawakan dengan indah menutup sesi pertama resital Rama Widi bertajuk “The Colors of Harp” di Erasmus Huis, Jakarta Rabu malam (10/8).

[caption id="attachment_128318" align="aligncenter" width="300" caption="Rama Widi saat tampil di Usmar Ismail tahun lalu (dok. Rama Widi*)"][/caption]

Karena kelembutannya harpa selama ini identik dengan wanita sehingga ketika menyebut pemain harpa Indonesia; memori saya berputar tak jauh-jauh dari Uzy Pieters, Maya Hasan dan Heidy Awuy. Maka saat mendapat info resital pemain harpa pria Indonesia, saya penasaran untuk datang. Melihat permainan Rama saya bertanya pada diri sendiri,”Kemana saja selama ini?” Sedikit menghibur diri saya menyimpulkan kosongnya sebagian kursi di Erasmus semalam pertanda belum banyak juga yang tahu siapa Rama Widi ;)

Rama Andhika Widi, putera pertama mantan Wakabareskrim Polri Bp. Mathius Salempang dan Ibu Fifi terpesona dengan harpa tahun 2003 ketika melihat permainan Maya Hasan di Gedung Kesenian, Jakarta. Tahun 2004 Rama mulai belajar harpa dan serius mendalaminya di Vienna Konservatorium, Austria dibawah bimbingan Julia Reth salah seorang maestro harpa dunia. Denting dawai harpa yang lembut nan tegas telah menyentuh hati Rama yang mulai belajar musik lewat orgen sejak usia 6 tahun. Selain harpa dan orgen, Rama juga piawai memainkan piano, biola, klarinet, perkusi dan alat musik tradisional Indonesia. Putera berdarah Toraja ini adalah pemain harpa pria pertama di Indonesia, Maret 2007 menjadi musisi Indonesia pertama yang bermain di Gedung Opera Vienna, salah satu artis yang tampil di Vienna Jazz Festival 2007 serta mengadakan konser solo di Arkadenhof Rathaus, Vienna. Awal Juli 2011, Rama meraih 4th prize pada 9° Concorso Internazionale di Esecuzione Musicale “Premio Citta’ di Padova” Italia. Telah bermain dengan hampir semua orkestra di Indonesia dan beberapa orkestra di Austria dan Hungaria disamping ikut terlibat dalam beberapa produksi opera.

[caption id="attachment_128315" align="aligncenter" width="300" caption="Rama Widi dan Julia Reth sang guru (dok. Rama Widi*)"][/caption] [caption id="attachment_128317" align="aligncenter" width="300" caption="Rama bersama orang tua dan adik terkasih (dok. Rama Widi*)"][/caption]

Arifin Panigoro, Addie MS, Maudy Koesnaedy, Mesty Ariotedjo, Ketua Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) Jabodetabek Arie Pongrekun serta beberapa wajah Toraja yang familiar tampak diantara penonton yang hadir semalam di Erasmus. Orang tua dan Adisti adik Rama juga tampak hadir menempati bangku kehormatan di sisi depan panggung. Kolaborasi permainan harpa Rama mengiringi suara emas Dira Sugandi dengan Essentially Your-nya menutup acara dengan manis. Ewako Sangmane![oli3ve]

*gambar diunduh dari laman Rama Widi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun