Mohon tunggu...
Olga Maisha
Olga Maisha Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMA

(ノ◕ヮ◕)ノ*:・゚✧

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pribumi Merdeka dan Srikandi Wonokromo

1 Oktober 2021   17:32 Diperbarui: 1 Oktober 2021   19:29 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi penerbit Lentera Dipantara

Bumi Manusia merupakan buku roman sejarah pertama dari Tetralogi Buru yang diterbitkan pertama kali pada pertengahan tahun 1980 oleh Penerbit Hasta Mitra. Karya sastra berhias kritik sosial semasa kolonialisme tersebut sempat dilarang oleh Jaksa Agung pada tahun 1981 akibat dianggap memuat ajaran komunis dalam tulisannya. Namun, Bumi Manusia kembali beredar pada triwulan ketiga tahun 2005 dan telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing hingga saat ini. Tak hanya membubuhkan imajinasi belaka melalui novel yang dikarangnya itu, Pramoedya pun turut memperlihatkan kebolehannya dalam menelusuri dokumen pergerakan awal abad 20. Berkat kepiawaiannya dalam menulis, Pramoedya berhasil membawa pembaca ke masa kolonialisme Belanda dengan mengisahkan fiksi sejarah yang meliputi pertentangan kelas sosial berbumbu roman yang ditulis dengan gayanya sendiri.

Pribumi Yang Merdeka

Berlatar belakang sejarah kebangkitan Indonesia semasa kolonialisme Belanda, kisah yang dimuat dalam Bumi Manusia berpusat pada revolusi sosial dan pemberontakan yang dikerahkan oleh kaum proletar terhadap kedudukan bangsanya di hadapan penjajah. Kisah berporos pada kehidupan seorang pribumi muda bernama Minke yang tengah mengenyam pendidikan di HBS, Surabaya. Wawasan luas dan pemikiran kritis yang dimilikinya menjadikan Minke pelajar revolusioner yang lebih dewasa ketimbang murid sebayanya. Pengetahuan serta peradaban Eropa yang diperoleh Minke semasa bersekolah pun turut memengaruhi pola pikir dan kepribadiannya sebagai pribumi Jawa yang perlahan terus memudar seiring kisah berjalan.

Diawali dengan taruhan yang melibatkan Minke dan salah satu kawannya, pemuda pribumi itu bertemu dengan gundik milik seorang Eropa totok yang bernama Nyai Ontosoroh dan Annelies-anaknya-yang jelita di Wonokromo. Berkat kesederhanaan dan kepandaiannya dalam memuji, Minke berhasil menyenangkan hati Annelies hingga keduanya saling jatuh cinta. Awal mula kisah cinta tersebut pun mendapat persetujuan dari Nyai Ontosoroh yang kemudian mengundang Minke untuk menetap di kediamannya. Menyadari kedudukannya sebagai pribumi terpelajar, Minke tentu mempertimbangkan ajakan tersebut sebab ia takut menjadi bahan gunjingan masyarakat setempat. Namun, Jean Marais selaku sahabatnya meyakinkan Minke untuk memenuhi undangan itu dan meninggalkan asramanya.

Berada di Wonokromo dalam tempo yang cukup lama membuat Minke semakin mengenal keluarga yang mendiami rumah tersebut. Satu demi satu konflik yang terjadi di kediaman Mellema pun terungkap. Tuan Herman Mellema menderita sakit jiwa akibat tuntutan pengadilan yang diajukan oleh istri dan anak sah-nya. Hal tersebut membuat Tuan Mellema sering meninggalkan Nyai Ontosoroh beserta kedua anak mereka begitu saja. Beruntung, Tuan Mellema sempat mendidik Nyai dan mengajarkan gundik yang dibelinya dari seorang juru tulis-ayah Nyai-tersebut cara mempertahankan perusahaan serta kebun yang dimilikinya.

Di lain sisi, Nyai Ontosoroh adalah wanita proletar yang gigih dan mendendam kaum borjuis yang semena-mena. Annelies sendiri merupakan seorang gadis 'pribumi' seusia Minke yang manja, cengeng, dan memiliki masa kecil yang sangat singkat. Nyai mengeluarkannya dari sekolah guna mendidik Annelies secara mandiri supaya gadis itu dapat membantunya bekerja dan meneruskan perusahaan. Berbeda dengan sang adik, Robert Mellema menetapkan dirinya sebagai peranakan Belanda dengan kedudukan yang lebih tinggi dari Annelies dan Nyai. Lambat laun, pribadi Robert semakin mendekati perilaku sang ayah yang gemar menghamburkan uang dan sering mendatangi lokalisasi milik tetangga mereka.

Setelah sekian lama Minke menetap di kediaman Mellema, isu-isu pun mulai bermunculan. Semakin bertumbuhnya perasaan cinta Annelies dan Nyai terhadap Minke menimbulkan kecemburuan di hati Robert hingga pemuda itu berniat untuk membunuh Minke. Rumor menyimpang mengenai dirinya yang beredar pun membuat Minke terancam dikeluarkan dari sekolah. Situasi semakin memanas usai ditemukannya mayat Tuan Mellema di rumah prostitusi milik Babah Ah Tjong. Minke dan Nyai Ontosoroh harus berupaya sebaik mungkin dalam menentang fitnah publik yang keliru serta memperjuangkan keadilan mereka sebagai rakyat pribumi di hadapan pengadilan. 

Usaha keduanya pun membuahkan hasil yang manis. Minke yang sempat dikeluarkan dari sekolah pun kembali diterima sebagai murid berkat bantuan Tuan Asisten Residen Herbert de la Croix yang menyenangi Minke sejak keduanya bertemu di upacara pengangkatan ayahanda Minke sebagai bupati. Walau tak lagi diakui oleh sang ayah, Minke berhasil lulus dengan prestasi yang gemilang dan menikah dengan Annelies kemudian. Namun, kebahagiaan tersebut tak berlangsung lama dan prahara kembali terjadi. Maurits Mellema-anak sah Tuan Mellema-menghendaki hak waris yang mencakup harta dan perusahaan peninggalan mendiang Tuan Mellema serta hak perwalian atas Annelies. 

Minke dan Nyai Ontosoroh pun terdesak. Menyadari posisi keduanya yang lemah di hadapan hukum Belanda, tak banyak hal yang dapat mereka perbuat. Menyewa pengacara dan juru tulis handal guna menanggapi keputusan pengadilan pun sia-sia. Pernikahan Minke dan hak asuh Nyai Ontosoroh yang dianggap tidak sah menurut hukum Belanda membuat keduanya kalah dalam pengadilan. Kisah pun ditutup dengan kepergian Annelies dari tanah Hindia menuju Amsterdam dan tangis Minke yang hanya dapat merelakan dara kesayangannya tersebut.

Catatan Poskolonialis

Layaknya bagian dari serangkaian tetralogi, Bumi Manusia memiliki kisah yang bersinambung pada jilid berikutnya. Deskripsi lugas mengenai pertentangan kelas dan kondisi pribumi di bawah hegemoni bangsa Eropa yang dikisahkan dalam Bumi Manusia menjadi dasar persoalan bagi buku selanjutnya. Sama halnya jilid pertama, Anak Semua Bangsa-jilid kedua dari Tetralogi Buru-banyak mengisahkan birokrasi pribumi yang dengan sukarela diperbudak oleh bangsa Eropa dan ketidakadilan di wajah hukum kolonial yang berlaku di seluruh penjuru Hindia (Tim CNN Indonesia, 2013. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20190808120356-241-419476/sinopsis-tetralogi-pulau-buru-karya-pramoedya-ananta-toer). Namun, Anak Semua Bangsa menyajikan kisah dengan fokus yang berbeda dimana roman tak lagi menjadi problem utama sebab Annelies telah menjemput ajalnya sehingga kisah kehidupan Minke lebih berporos pada kariernya sebagai penulis revolusioner (Fike, 2013. https://www.kompasiana.com/fikekomala/552b07e3f17e610d64d623e2/anak-semua-bangsa-sinopsis).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun