Si Laki-Laki itu Bernama Pria.
Wanitaku, tahu kah kamu bahwa aku sedang menatapmu saat ini. Waktuku sudah kurang dari seratus jam yang tersisa sebelum aku harus pergi meninggalkanmu. Mereka bilang hanya semantara kok, jadi aku rasa kamu tidak perlu lagi menghabiskan berkotak-kotak tisu itu, toh pada waktunya, kita akan bersama lagi. Dan kamu akan datang menjemput aku, dengan gaun putihmu yang kamu kenakan di kencan pertama kita. Wanitaku, aku ingin kamu melihat ke luar jendela, di sana ada jutaan mimpimu yang datang menjemput, pergilah. Aku yakin kamu kelelahan dan jenuh di dunia nyata, dan dunia mimpi akan memanjakanmu jutaan kali lipat. Apa lagi yang kamu harapkan Wanita, dari seorang Pria seperti aku?
Dan Si Perempuan ini Bernama Wanita.
Pria, tahu kah kamu bahwa aku enggan berpaling sedetikpun darimu saat ini? Ya, aku tahu kamu sedang menatapku. Mereka bilang memang hanya akan sementara, tapi mereka tidak sanggup bersumpah, kemarin sore aku menemui mereka, dan mereka saling bertatapan ketika kuminta bersumpah. Priaku, kamu tahu, aku tidak mau menatap ke arah jendela, karena jika aku melihat keluar jendela, lalu lengah, kamu pasti langsung melesat pergi tanpa suara. Aku tidak perlu melihat ke luar jendela untuk melihat mimpi-mimpiku. Karena di dalam matamu, Pria, aku menemukan masa depanku. Lebih dari sekedar mimpi di siang bolong. Berjanjilah kepadaku bahwa kamu masa depanku.
Si Laki-Laki itu Benama Pria.
Sungguh Wanita, aku tak sanggup untuk melihat tetesan air mata lagi. Matamu terlalu berkaca-kaca memunculkan fatamorgana, lalu kamu melihat pendaran masa depan di mataku. Sadarlah Wanita, tataplah aku baik-baik. Aku bukan masa depanmu.
Dan Si Perempuan ini Bernama Wanita.
Pria, aku tak peduli apakah itu nyata atau tidak. Ajak aku ke sana, Pria. Ajak aku mengarungi pikiranmu, jiwamu, dan ragamu, lalu menepi di dalamnya. Biarkan masa depanku berhenti di sana. Ini obsesi, Pria.
Si Makhluk itu Bernama Obsesi.
[Kamar ICU sebuah Rumah Sakit Internasional di Ibukota. 21.23 WIB. Seorang Pria yang sedang berbaring koma dan seorang Wanita duduk menangis di sisinya. Sesaat setelah dokter memvonis usia Pria hanya sekitar hitungan hari. Sesaat setelah undangan pernikahan mereka minggu depan dibatalkan.]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H