Persepsi Ideal self masing-masing orang tentunya berbeda namun intensinya tetap sama, IMPIAN. Ideal self merupakan perspektif seseorang tentang bagaimana ia ingin melihat dirinya. Ideal self sendiri sering dikaitkan dengan real self, kehidupan nyata. Secara general, sering kali terjadi ketidakkoherensian ideal self dan real life tadi. Hal ini tentu menimbulkan  impak buruk terkait sistem otak manusia. Seseorang akan tumbuh dengan mental korban yang selalu merasa teraniaya. Menurut kalian bagaimana? Apakah kalian setuju ideal self merupakan salah satu elemen substansial yang perannya sangat besar pada sistem kejiwaaan?Â
Ketidakterpenuhinya ideal self muncul ketika seseorang berada di fase hari H menunggu hasil. Mereka mulai menyalakan keadaan dan diri sendiri. Akhirnya self confidence, anxiety, dan self esteem terancam jatuh. Ada pula mayoritas orang yang menyalahkan pencipta akan hal yang tidak sesuai dengan apa yng dia inginkan. Apalagi jika dia merasa sudah  berusaha semaksimal mungkin. Kasus terdekat dan ternyata adalah diri saya sendiri yang menyalahkan keadaan ketika saya ditolak oleh kampus impian yang sudah saya tetapkan menjadi ideal saya. Saya merasa hancur dan hidup terasa selesai. Syukurnya saya belum dan tidak akan memasuki fae putus asa dan ingin mengakhiri hidup. Fakta ytang ada menyatakan bahwa gagal masuk Perguruan Tinggi Negeri menjadi sumber depresi siswa.
Saat membahas tentang kejiwaan, kita harus mengenali objek lebih dahulu. Tak jarang orang yang memiliki ideal self bertumbuh menjadi orang yang terstruktur dan sistematis dihalkan kesungguhannya untuk mewujudkan versi lain dirinya yang dia inginkan. Ideal self juga sangat bekerja kepada mereka yang memiliki goals yang sudah jelas. Hidup mereka lebih terarah dan disiplin. Hal ini bagi saya sendiri penting menjadi pedoman untuk hidup yang lebih bermakna. Â Â
 Populasi jiwa yang mengalami stress akibat tidak terwujudnya ekspektasi adalah mereka yang memiliki intensi yang salah saat mulai menciptakan ideal self mereka. Walaupun gagal menuju goals akhir, harusnya mereka sadar bahwa aksi yang memang sudah mereka usahakan selama ini tetap membuahkan hasil-hasil yang positif bagi hidup mereka. Proses terbentur, terbentur, dan terbentuk itu ada dan nyata. Kunci dari kasus ini sebenarnya hanya satu. Rencanakanlah aksi bukan hasil. Kita harus berusaha dan memiliki self esteem yang berkualitas tinggi. Value diri terahir dari cerminan diri. Kerjakan aapa yang kamu doakan, doakan apa yang kamu kerjakan. As the result, ideal self harus kita pandang sebagai tonggak berdiri bukan sebagai batu sandangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H