Mohon tunggu...
Black Horse
Black Horse Mohon Tunggu... -

Black Horse; Nomaden, Single Fighter Defence.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ide "Gila" Nasionalisasi

16 Januari 2012   21:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Untuk ini, tabik buat pemerintah Indonesia yang mati-matian berusaha menyelamatkan ekonomi AS yang kolaps lewat perusahaan pom bensin. . .

Tentang Ide "Gila" Nasionalisasi

Di beberapa forum, orang banyak memberikan rumusan pemecahan persoalan diatas. Mereka umumnya menggunakan slogan “nasionalisasi”. Ide bagus sebenarnya, tapi ini ide "gila, sebab  ada banyak persoalan yang harus diselesaikan sebelum berangkat pada penerapan "kata" nasionalisasi. Ide "gila" itu terangkum dalam dua konsep nasionalisasi itu sendiri.

Pertama, nasionalisasi ala kapitalis. Dengan model ini kita bisa melakukan nasionalisasi kapitalistis, dengan membeli saham tambang-tambang dan BUMN yang kadung dimiliki sahamnya oleh asing. Tapi model ini akan menimbulkan masalah, setidaknya ada dua permasalahan.

a. Tekanan terhadap rupiah. Dalam hal ini nilai rupiah siap digoyang setiap saat. Ini kalau kita lihat pada apa yang terjadi di Venezuela, Kuba, Korut dan Republik Islam Iran. Hingga sampai masalah embargo dari negara-negara kasta wahid yang dipelopori AS.

b. Dikelola oleh pemerintah. Apakah ada jaminan pengelola ini akan bersih melihat mereka adalah ikon partai dan poli-Tikus yang hanya mementingkan partainya?

Kedua, sosialis ala kapitalis. Solusinya adalah saham yang diakuisisi, dibagikan ke entitas-entitas korporasi rakyat yang lebih kecil. Kemudian dibeli oleh seluruh rakyat Indonesia. Tentu dengan dijamin oleh cadangan devisa negara, sehingga setiap KUD memiliki hak saham, dan memiliki hak dividen, dan memiliki hak suara atas manajemen.

Tapi persoalannya bukan hanya disini saja. Tapi ini menyoal tentang mentalitas. Karena masalah awal bangsa ini adalah tentang mentalitas bangsa yang sudah kronis.

Dan sepanjang pemerintah masih memiliki konflik kepentingan-kepentingan individu, golongan yang amat besar, maka sulit pula menangani masalah mentaliatas tersebut, kecuali mereka dihukum dengan HUKUMAN MATI. Terus berapa ribu leher mereka yang akan dipenggal?

Bagaimana dengan perbaikan privatisasi? Ini mungkin hak pak Dahlan Iskan yang berhak menjawab. Mau dibawa kemana kira-kira nasib jutaan rakyat Indonesia yang hidupnya tetap nelangsa ini. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun