Alhamdulillah ada pengalaman menarik ketika penulis mulai memasuki semester 5 ini. Penulis berkesempatan mengunjungi salah satu universitas ternama di Negeri Jiran yaitu USIM (Universiti Sains Islam Malaysia) pada bulan Novermber 2015 kemarin dalam rangka Student Exchange selama seminggu . Sekembalinya saya ke Indonesia, penulis mendapatkan hadiah buku dari Prof. Akhyar yaitu buku yang ditulis oleh beliau sendiri yang berjudul Win & Compete Globally karena menjawab quiz yang beliau sampaikan di grup aplikasi WhatsApp kelas kami.
Salah satu topic yang menurut saya begitu pas untuk didiskusikan sebagai mahasiswa akuntansi adalah pada bagian Dua Mercusuar Kampus yang membahas tentang bagaimana cara melihat kualitas sebuah kampus. Menurut beliau, cara melihat suatu kampus bukan dari kemegahan, jumlah mahasiswa atau ketenaran kampus yang menjadi rujukan untuk menilai kualitas suatu universitas. Kemegahan kampus bisa dibeli. Jumlah mahasiswa dapat diperdebatkan. Ketenaran kampus, itu hanya soal marketing. Oleh karenanya, kampus dengan bangunan megah belum tentu mempunyai kualitas pendidikan yang sama megahnya. Kampus dengan jumlah mahasiswa yang banyak belum tentu mempunyai efektifitas dalam sistem belajar mengajarnya. Begitu pula dengan kampus yang cukup dikenal, belum tentu menjamin keseriusan mereka dalam mengembangkan kualitas mahasiswanya, terutama kontribusi mereka dalam masyarakat.
Istilah “Dua mercusuar kampus” yang beliau maksud adalah kemampuan suatu perusahaan dalam publikasi ilmiah dan transparasi laporan keuangan mereka atau biasa disebut Annual Report kampus. Annual Report merupakan hal yang wajar diterbitkan setiap tahun oleh kampus-kampus dalam negeri ataupun negeri jiran.
USIM merupakan sebuah kampus setiap tahun secara rutin menampilkan laporan keuangan mereka. Ketika penulis mendownload annual report situs kampus mereka, penulis tidak hanya menemukan laporan keuangan mereka dalam bahasa melayu sesuai dengan bahasa resmi mereka saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan kampus mereka dalam setahun. USIM sangat terbuka menampilkan aktivitas-aktivitas mereka yang dituangkan annual report mereka. Laporan keuangan mereka juga sudah di audit oleh salah satu KAP di negara mereka.
Lalu bagaimana dengan laporan keuangan universitas di Indonesia ?
Mendengar kata transparasi laporan keuangan, mungkin menjadi suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu karena hanya segelintir saja kampus yang mau menampilkan laporan keuangan. Sering penulis mendapatkan cerita keluh kesah para aktivis pergerakan kampus yang berjuang untuk mendapatkan transparasi tersebut. Contoh saja ketika harga SPP tiba-tiba naik dan berbeda dengan buku panduan yang mereka dapatkan. Sering sekali mahasiswa mengeluhkan naiknya harga praktikum, bahkan pemberitahuan kenaikannya ketika hari pertama pembayaran SPP. Hal tersebut tidak hanya terjadi di jurusan saya saja namun juga jurusan-jurusan eksak maupun non eksak lainnya.
Di Indonesia hanya ada segelintir kampus yang sudah “berani” menampilkan laporan keuangan mereka. Sebut saja Universitas Indonesia dan Universitas Brawijaya Malang. Masyarakat luas bisa dengan bebas mendownload laporan keuangan tahunan di situs resmi keuangan kampus tersebut.
Menampilkan laporan keuangan universitas di Indonesia merupakan hal yang cukup tabu dilakukan oleh kampus-kampus di Indonesia bahkan kampus skala besar sekalipun. Sesuatu yang berhubungan dengan keuangan masih di anggap sesuatu yang privacy. Jika kita membahas laporan keuangan kampus, kebanyakan jawaban mereka adalah hal tersebut merupakan rahasia kampus
Budaya menunjukkan jumlah laporan keuangan sangatlah penting karena menunjukkan kesehatan keuangan dari suatu entitas. Bisa kita lihat Universitas Indonesia menampilkan laporan keuangan yang sudah diaudit oleh akuntan publik. Tidak peduli seberapa besar nominal ataupun sebesar apapun suatu lembaga, hal itu menunjukkan keterbukaan dari suatu lembaga pendidikan.
Lalu bagaimana dengan universitas-universitas Muhammadiyah ?
Sejauh sepengetahuan saya, belum ada satupun kampus-kampus Muhammadiyah yang berani menampilkan laporan keuangan mereka entah di perpustakaan maupun di website resmi mereka. Jangankan Annual Report seperti yang ada di kampus-kampus Malaysia yang juga menampilkan aktivitas-aktivitas mereka di laporan keuangan, tidak pernah sekalipun ada yang menampilkan laporan keuangan mulai dari laporan laba rugi sampai catatan atas laporan keuangan disitus mereka.
Bisa kita lihat di UII Yogyakarta, sebuah kampus islam yang terpisah-pisah kampusnya di Yogyakarta. Awalnya banyak mendapat sambutan kurang enak ketika Prof Akhyar berani menampilkan laporan keuangan Program International beliau di perpustakaan kampus. Banyak yang heran mengapa laporan keuangan diperlihatkan secara bebas. Namun, pada akhirnya mendapat apresiasi dari banyak Dekan dan pihak-pihak lain. “Inilah transparasi, untuk mencegah fitnah dan perilaku koruptif di kampus” Ujar beliau.
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang terdiri dari 4 yaitu laporan posisi keuangan atau neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan begitu penting untuk suatu lembaga yang orientasinya profit maunpun non profit seperti lembaga pendidikan untuk memberikan informasi kepada stakeholder ataupun masyarakat umum lainnya.
Laporan keuangan ibarat “rapor kenaikan kelas” dari seorang siswa atau pelajar. Rapor yang berisi berbagai mata pelajaran. Ada mata pelaran matematika, bahasa dan sebagainya. Nilainya pun macam-macam, ada yang dapat A atau sangat baik, adapula yang medapatkna C atau cukup. Apapun aktivitas dan hasil yang dilakukan perusahaan akan tercermin dalam laporan keuangan. Perusahaan telah berkembang menjadi ekselen dalam arti berhasil mencapai kinerja. Prestasi tersebut dapat kita nilai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang memburuk juga dapat menjadi tanda bahwa terdapat gejala entitas gulung tikar.
Universitas swasta (termasuk universitas-universitas muhammadiyah) merupakan lembaga non-profit. Seperti kita tahu bahwa terdapat 2 jenis lembaga yaitu lembaga profit dan lembaga non profit. Universitas swasta tidak memperoleh keuntungan atau laba dalam proses penghasilannya tetapi memberikan manfaat berupa jasa untuk khalayak umum. Laba bukanlah orientasi utama dari suatu kampus.
Universitas menggunakan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) organisasi nirlaba dalam penyusunan laporan keuangannya. Dalam penyusunannya hampir mirip dengan organisasi yang berorientasi bisnis, hanya saja laporan keuangan universitas tidak menampilkan laba rugi karena tidak berorientasi ke hal tersebut. Sayangnya hanya sedikit universitas yang mau menampilkan laporan keuangan tersebut ke khalayak umum. Padahal seluruh stakeholder dan mahasiswa bahkan masyarakat umum sangat membutuhkan laporan keuangan universitas tersebut. Hal ini juga untuk mengurangi ke suudzonan mahasiswa terutama para aktivis kampus yang sering mendiskusikan kemana larinya seluruh DPP dan SPP mereka selama ini
Kami sebagai mahasiswa perguruan tinggi muhammadiyahs sangat berharap semoga saja kedepannya kampus-kampus Muhammadiyah bisa mengikuti jejak universitas-universitas yang sudah berani untuk menampilkan laporan keuangan kampus kepada seluruh khalayak umum entah stakeholder, dosen dan mahasiswa. Sehingga tidak ada lagi rasa suudzon maupun prasangka-prasangka buruk lainnya serta juga menghindari kecurangan-kecurangan kampus.
Hidup Mahasiswa !
Abdurrahman Maulana Yusuf, Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Daftar Pustaka :
Adnan, Akhyar, November 2013. Compete & Win Globally. Penerbit Mitra Pusaka Nurani Yogyakarta
Wahyudiono, Bambang, 2014. Mudah membaca laporan keuangan. Penerbit Raih Asa Group Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H