Mohon tunggu...
Okza Hendrian
Okza Hendrian Mohon Tunggu... Dosen - Electoral Analyst di Sygma Research and Consulting

Membaca dan sebagai coloumnis

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menimbang Kelayakan Partai Politik Berbasis Ketokohan di Indonesia

3 September 2024   18:02 Diperbarui: 4 September 2024   14:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kekuasaan terpusat pada sosok individu, keputusan politik dapat lebih dipengaruhi oleh kepentingan pribadi ketimbang kebutuhan kolektif masyarakat.

Pelajaran dari Kegagalan Internasional

Melihat lebih jauh dari batasan lokal, kita bisa belajar banyak dari kegagalan partai politik berbasis ketokohan di berbagai negara. Di Irak, misalnya, Partai Ba'ath di bawah Saddam Hussein adalah contoh ekstrem dari konsentrasi kekuasaan. 

Selama hampir 30 tahun, Saddam memimpin dengan tangan besi, menciptakan rezim otoriter yang tidak hanya melanggar hak asasi manusia tetapi juga menghambat perkembangan politik yang sehat. 

Ketika Saddam digulingkan, Irak menghadapi ketidakstabilan politik yang parah, memperlihatkan bahaya dari sistem yang terlalu bergantung pada satu sosok.

Di India, dominasi Jawaharlal Nehru dalam Partai Kongres Nasional India (INC) juga menunjukkan kelemahan model berbasis ketokohan. 

Meskipun Nehru memiliki visi besar untuk India, ketergantungan pada kepemimpinan individu menciptakan tantangan dalam transfer kekuasaan yang mulus setelah kematiannya. Ini menggarisbawahi bagaimana ketokohan bisa menghambat kemajuan politik dalam jangka panjang ketika sosok sentral menghilang.

Contoh lain yang patut dicatat adalah Partai Revolusi Institusional (PRI) di Meksiko, yang menguasai politik negara selama hampir tujuh dekade. 

Meskipun PRI memberikan stabilitas politik, kekuasaan yang sangat terpusat menyebabkan korupsi meluas dan mengurangi kualitas representasi politik. 

Ketika PRI akhirnya kehilangan kekuasaan pada tahun 2000, penurunan ini menunjukkan bagaimana model berbasis ketokohan dapat mengarah pada krisis legitimasi dan kepercayaan publik yang mendalam.

Ketokohan sebagai Pilar Partai Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun