Mohon tunggu...
Oky Ustar diansyah
Oky Ustar diansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Traveller, staf di perusahaan multifinance

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

The Death of expertise:kenapa makin banyak orang GOBLOK yang tidak sadar dirinya GOBLOK?

5 Februari 2021   00:53 Diperbarui: 5 Februari 2021   01:19 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak usia dini, anak-anak harus dilatih agar memiliki minat dan passion untuk membaca buku-buku yang berkualitas. Jangan malah sejak kecil anak-anak sudah dibiasakan main hape, sebuah langkah fatal bagi pertumbuhan pikiran sang anak.

Kenapa sejak usia dini? Sebab penelitian menunjukkan : minat baca yang bagus mudah ditumbuhkan saat anak-anak masih usia dini. Sebaliknya, agak sulit menumbuhkan minat baca bagi orang-orang dewasa yang memang sejak kecil tidak terlatih untuk memiliki minat baca.

Langkah kedua, sekolah-sekolah dan kampus harus mulai mengubah model pengajarannya.

Pola mengajar satu arah yang tidak inspiratif, fokus hanya pada hafalan, dan menganggap murid hanya sebagai obyek yang pasif, pelan-pelan justru makin menumpulkan critical and creative thinking skills.

Sudah saatnya proses pengajaran diarahkan pada “proses kemandirian berpikir dan mengajak murid untuk melakukan eksplorasi pemikiran secara mendalam”.

Langkah ketiga yang juga penting : media sosial dan juga WhatsApp harus lebih agresif untuk menangkal informasi hoax dan informasi sampah yang tidak menghargai ilmu pengetahuan. Yang kelam, media sosial dan WA justru selama ini menjadi alat yang ampuh untuk menciptakan the death of expertise; dan menghancurkan penghargaan terhadap nilai-nilai ilmu pengetuhan dan kepakaran.

Demikianlah uraian ringkas tentang buku Matinya Kepakaran atau the Death of Expertise.

Sungguh, dunia akan terasa makin kelam, jika makin banyak orang bodoh yang tidak sadar bahwa dirinya bodoh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun