Mohon tunggu...
Oky Nugraha Putra
Oky Nugraha Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang manusia yang terus belajar, belajar, belajar pada siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngaji Rasa, Ngaji Diri

2 Februari 2017   10:47 Diperbarui: 2 Februari 2017   10:58 14333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa pertimbangan bibit, bebet, bobot yang sangat feodalistis itu. Aku teringat perkataan salah seorang sahabat dan juga menantu Rasul saw., Ali bin Abi Thalib, bahwa perhatikan bicaranya, bukan orangnya. Maksudnya pesan yang disampaikannya. Jangan melihat orang yang menyampaikan pesan itu. Orang baik atau jahat, selama apa yang diucapkannya mengandung kebaikan, kebermanfaatan, dan kebenaran, maka dengarkan, simak, ambil, dan simpan dalam memori kita. Sampai yang paling penting, amalkan !

PM mengaku hidup nomaden. Nomaden lokal di wilayah Cikalong Kulon. Kadangkala tinggal di rumah neneknya, beberapa waktu kemudian tinggal di rumah kakaknya. Begitu siklus tempat tinggalnya berputar selama ini. Pekerjaannya tidak tetap. Kebanyakan adalah menjadi kuli bangunan. Dengan penghasilan seadanya dari hasil dia berpeluh itu dia masih mampu untuk membalas kebaikan kakaknya dengan selalu membantu keluarga kakaknya membeli beras. Rp.10.000,00-Rp.20.000,00 uang hasil jerih payahnya dia sisihkan untuk membeli beras membantu mengisi perut saudaranya. Jika tak sedang bekerja, dia hanya diam saja di rumah membantu sebisanya. PM tak mau merepotkan saudaranya. Dengan kondisi rumah saudaranya yang sempit, dia menaruh pakaiannya di kardus, tidak di lemari. Sungguh orang yang mau berkompromi terhadap keadaan dengan tetap bisa tersenyum tulus.

Sering berziarah

PM mengaku sering pergi berziarah ke makam para wali penyebar Islam di Pulau Jawa. Dia sempat pergi berziarah dari awal tahun 2014 hinga awal tahun 2015 (1 Januari 2014-1 Januari 2015, satu tahun penuh !) ke arah timur Pulau Jawa. Yang membuatku tak habis pikir adalah dia pergi berziarah dengan berjalan kaki ! Ya, berjalan kaki. Di zaman yang serba modern ini dimana kendaraan sudah bermacam-macam jenisnya masih ada manusia yang bertindak layaknya pengelana pada masa kerajaan-kerajaan tradisional dahulu. PM mengawali perjalanan panjangnya menyusuri jalan-jalan di Pulau Jawa ini dari Cianjur menuju Bandung. Dari Bandung dia mengambil jalur selatan.

Dia berziarah terlebih dahulu ke makam Syaikh Abdul Muhyi Wali Agung Pamijahan, Tasikmalaya yang terkenal itu. Dari makam Syaikh Abdul Muhyi tersebut, PM berbelok ke arah utara, arah Pantura dimana dia menjadikan Cirebon sebagai tujuan ziarah selanjutnya. Menuju makam Sunan Gunung Djati tepatnya. Selesai berziarah disana PM melanjutkan perjalanan berjalan kaki menyusuri jalur bersejarah, Pantura, Pantai Utara Jawa yang pembangunannya dilakukan pada masa Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811). De Groote Postweg yang terkenal itu banyak menelan korban jiwa. Contohnya ketika jalur ini akan dibangun di daerah Sumedang.

Ketika sampai di wilayah Sumedang tepatnya di Gunung Kunci, terjadi kesulitan pembangunan akses jalan raya ini diakibatkan kondisi alamnya yang terdiri dari batuan cadas yang sulit berkompromi dengan alat-alat pemecah batu sederhana milik orang pribumi. Akhirnya karena tak mau rakyat Sumedang yang menjadi korban bertambah banyak, maka Pangeran Arya Adipati Kusumaningrat IX Bupati Sumedang pada waktu itu menentang pembangunan ini. Momen ini diabadikan dengan pembuatan patung bersalaman tangan kanan dan tangan kiri antara Daendels dan Kusumaningrat IX di daerah jalan yang sekarang terkenal dengan nama Cadas Pangeran tersebut.

Dari Cirebon PM sampai di Demak untuk berziarah disana. Setelah Demak, dia tiba di Kudus. Pelancong rohani ini akhirnya tiba di Gresik, tujuan akhir ziarahnya. Di makam Sunan Gresik, Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Selama perjalanan ziarah ini dia tidak memikirkan sama sekali kebutuhan-kebutuhan yang umumnya dipikirkan oleh kebanyakan orang. Makan, minum, mandi, tidur yang menjadi hak tubuhnya dia penuhi seadanya. Sikapnya yang seakan no problem dalam kehidupan ini menjadikan dia manusia yang leumpeung. Sikap hidup yang pasrah, tawakal kepada Sang Pencipta setelah berusaha sekuat daya yang kita miliki.

Dia beristirahat di masjid-masjid yang dia temui sepanjang perjalanannya. Dia mulai berjalan kaki pada saat ba’da Shubuh dan akan berhenti ketika sudah terdengar adzan di perjalanan dan akan segera mencari masjid terdekat untuk menunaikan kewajibannya pada Sang Pencipta. Istirahatnya dia lakukan pada waktu salat itu. Setelah itu dia akan kembali melanjutkan perjalanannya sampai malam tiba. PM menuturkan jika dia kuat dia akan berjalan kaki hingga pukul 00.00 WIB. Sekiranya kakinya sudah tidak sanggup berjalan pada hari itu maka dia akan berhenti berjalan pada sekitaran pukul 21.00-22.00 WIB.

Ngaji Rasa, Ngaji Diri

PM mengatakan bahwa alam ini butuh untuk kita kenali. Alam ini butuh untuk kita sapa. Alam ini butuh teman. Hikmah yang dia ambil selama ini ketika dia bepergian kemana saja dengan berjalan kaki adalah Ngaji Rasa. Mengaji Rasa. Berusaha untuk bersatu dengan alam, mengetahui apa yang alam kehendaki, merasakan apa yang dirasakan oleh alam. Kupikir aku sependapat dengan apa yang PM utarakan. Selama ini dengan serba cepatnya, instannya, dinamisnya pergerakan manusia di segala bidang kehidupan seakan-akan membuat mereka lupa bahwasanya alam butuh dimengerti. Bukan alam saja yang harus mengerti keinginan manusia yang sebagian dituntut oleh hawa nafsunya itu, tapi harus ada hubungan timbal-balik diantara keduanya.

Fasilitas yang sudah diberikan Sang Pencipta ini bagaimana caranya dikelola secara berkesinambungan tak hanya untuk kebutuhan generasi sekarang namun kita juga harus menyiapkan fasilitas ini untuk generasi yang akan datang setelah kita, anak-cucu kita yang entah di masanya seperti apa keadaannya, zeitgeist-nya. Jika manusia generasi sekarang terlalu rakus akan fasilitas natural ini, maka tak menutup kemungkinan hilangnya es di kutub utara yang telah diprediksi para ilmuwan (aku pun membaca sebuah berita di salah satu harian online nasional bahwa lapisan es di salah satu bagian bumi akan menghilang selamanya akibat ulah manusia) akan diikuti oleh fasilitas natural lainnya di dunia ini. Dari lapisan es hingga flora dan fauna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun