Mohon tunggu...
Oky Yudi firmansyah
Oky Yudi firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - KOPI HITAM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BERSAYAP MENEMBUS AWAN JINGGA

Selanjutnya

Tutup

Bola

Hura-Hura, Huru-Hara Kini Makin Seram

3 Oktober 2022   12:04 Diperbarui: 3 Oktober 2022   12:17 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikap sportif tetap dibutuhkan dalam berbagai situasi. Tentu, hal ini sebagai bentuk meredam potensi konflik sosial. Menarik kemudian menganalisa karakter yang disebut Ralph K White sebagai penyebab terjadinya konflik, antara lain diabolical enemy image (pandangan bahwa musuh jahat seperti setan), vipile self image (pandangan bahwa dirinya jantan), moral self image (pandangan dirinya lebih bermoral), selective inatention (tidak memperhatikan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan), absence of emphaty (tidak adanya empati), military over confidence (keyakinan yang berlebihan akan kekuatannya).

Karakter-karakter yang lemah akan nilai solidaritas sosial tersebut, menjadi tantangan bagi kita semua. Dan tantangan berikutnya sangat jelas, yaitu mengkawinkan sportifitas dan solidaritas.

Berakhirnya pandemi setelah dua tahun berjalan, telah membuka kran bangkitnya kehidupan asosiasional, yaitu sebuah kehidupan nyata yang diwarnai dengan kuatnya jaringan hubungan sosial di tengah masyarakat. Potret ini tentunya potensi kuatnya modal bangsa, namun justru karena kuatnya potensi tersebut, pembangunan mental bangsa bermodal sosial justru harus lebih dikuatkan.

Modal sosial inilah yang diharapkan sebagai benteng terjaganya masyarakat madani (civil society), yaitu masyarakat beradab yang memiliki solidaritas sosial tinggi untuk kemudian menjadi pondasi penguat kedamaian dalam suatu bangsa.

Dijelaskan oleh Francis Fukuyama (2000), bahwa ketiadaan masyarakat sipil dalam suatu negara, juga menyebabkan negara memiliki tugas berat, yaitu mengatur individu-individu yang mereka tidak bisa mengatur diri mereka sendiri. Dengan begitu, terbentuknya masyarakat sipil melalui modal sosial dan kolektivisme, menjadi kekuatan bagi suatu negara.

Ditarik pada realita saat pandemi, modal sosial terbukti telah menjadi indikator penting kemampuan bangsa Indonesia melewati masa krisis saat itu. Tingginya solidaritas sosial atau modal sosial masyarakat melalui masifnya gerakan sosial menghadapi pandemi, menjadi alasan penting mengapa negeri ini akhirnya mampu melewati masa krisis pandemi. Fakta inilah yang menjadi pengejawantahan teori Michael Woolcock tentang "social capital', bahwa modal sosial merupakan bentuk asosiasi yang menjadi aset penting perilaku saling membantu ketika salah satu individu lainnya dalam situasi krisis.

Tingginya solidaritas sosial kemudian menjadi penguat institution as a relative, yaitu relasi kelembagaan yang mana individu mengenal simbol hubungan sebagai sister, brother, meski tidak sedarah. Karakter-karakter masyarakat dalam kehidupan asosional tersebut, merupakan indikator penting lahirnya generasi bangsa yang memiliki tepo seliro satu sama lain.

Pada akhirnya, penting bagi kita semua untuk memiliki internalisasi diri akan nobody wanted war, bahwa kita sebagai makhluk sosial memiliki sikap welas asih satu sama lain dan tidak mungkin ingin membawa kerugian bagi manusia lainnya. Maka, marilah kita senantiasa membangun sportifitas dan kita jaga euforia sebagai bentuk penguat kita untuk berkumpul dengan bahagia bersama manusia lainnya yang teafiliansi dalam ikatan sosial dengan kita.

Dr. Lia Istifhama, M.E.I., Aktivis Perempuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun